Muliakanlah Tuhan Pancaran Air Hidup 20 Desember 2024

20 December 2024

Bacaan: Yesaya 42 : 10 – 18  |  Pujian: KJ. 14
Nats: “Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN dan pujilah Dia dari ujung bumi, …” (Ayat 10)

Saat mengambil mata kuliah Homiletika II (ilmu berkhotbah) ada sebuah kenangan yang tidak terlupakan bagi saya pribadi. Pada saat itu, mahasiswa dibagi menjadi 6 kelompok untuk melakukan praktik berkhotbah di hadapan teman-teman mahasiswa. Kelompok saya mendapatkan bagian berkhotbah dari salah satu surat Paulus. Setelah berdiskusi dan mempersiapkan naskah khotbah dengan semua anggota kelompok, pada akhirnya teman-teman sepakat menunjuk saya untuk membawakan khotbah itu. Saya mengawali khotbah dengan menyanyikan lagu “melayani, melayani lebih sungguh… dst” sebagai pendahuluannya. Begitu selesai membawakan khotbah dan ada kesempatan bagi kelompok lain memberikan komentarnya, salah satu teman saya berkomentar, “Khotbahnya cukup bagus, tetapi sangat disayangkan, saat menyanyikan lagu suaranya fals.” Mendapat komentar tersebut, saya menjawab, “Ya saya menyadari bahwa suara saya tidak sebagus dengan teman-teman yang lain. Selain itu, orang tua mengkuliahkan saya di sini dengan harapan agar saya menjadi seorang Pendeta bukan seorang penyanyi.”

Bacaan kita saat ini berisikan nyanyian pujian setelah umat Israel merasakan pembebasan atau kemerdekaan dari pembuangan di Babel. Mereka menghayati pembebasan ini sebagai karya TUHAN yang hebat dan sangat luar biasa sehingga mereka meluapkan kegembiraan itu dengan bernyanyi memuji TUHAN. Bahkan pada ayat 10-13 dalam nyanyian itu mereka mengajak seluruh bumi untuk memberikan penghormatan kepada TUHAN. Oleh karena sesungguhnya TUHAN sendiri yang berperang untuk melepaskan mereka dari musuh. Hal itu dilakukan dengan cara TUHAN memberikan penghukuman terhadap musuh-musuh umat Israel yang selama ini didiamkan-Nya. Penghukuman itu diwujudkan secara nyata melalui alam semesta di mana gunung-gunung dan bukit tandus, sungai menjadi tanah kering, kegelapan menjadi terang, tanah berkeluk menjadi rata (Ay. 14-16). Selain itu, TUHAN juga mempermalukan orang-orang yang menyembah patung pahatan dan tuangan yang selama ini dipercaya sebagai Allah mereka (Ay. 17).

Sebagai umat TUHAN, marilah kita senantiasa memuliakan TUHAN dalam kehidupan kita sehari-hari. Memuliakan TUHAN tidak hanya sebatas dengan bernyayi tetapi menyediakan diri untuk mengakui dan mengimani karya TUHAN yang hebat dan luar biasa dalam hidup kita. Pengakuan dan iman itu juga kita wujudkan secara nyata melalui pikiran, perkataan, sikap dan perbuatan kita yang seturut dengan kehendak-Nya. Amin. [G-mbul].

“TUHAN, jadikanlah hidupku sebagai sarana kemuliaan nama-Mu.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak