Isi Ulang Energi Batin Pancaran Air Hidup 20 April 2024

20 April 2024

Bacaan: Markus 6 : 30 – 34  |  Pujian: KJ. 454
Nats: “Lalu Ia berkata kepada mereka: “Marilah menyendiri ke tempat yang terpencil, dan beristirahatlah sejenak!” (Ayat 31a)

Para pelayan Gerejawi rentan mengalami kekeringan rohani/spiritualitas ketika mereka terjebak pada rutinitas pelayanan tanpa jeda. Seperti baterai telepon seluler yang harus diisi ulang, spiritualitas seorang pelayan juga perlu diisi ulang. Setiap pelayan perlu menyadari kebutuhan mengisi ulang energi batin/spiritualitasnya agar tidak mengalami kekeringan rohani.

Yesus sering mengajak para murid-Nya meninggalkan kerumunan dan pergi ke tempat-tempat sunyi, misalnya padang gurun. Popularitas Yesus memperhadapkan-Nya pada pelayanan yang terus-menerus. Ia bersama para murid mengajar orang banyak, menyembuhkan orang sakit dan kerasukan setan, sampai tidak ada waktu untuk sekedar mengisi perut. Terlebih berita kematian Yohanes Pembaptis yang tragis tampaknya mengguncang para murid. Mereka perlu waktu beristirahat dan mencerna segalanya. Meski akhirnya keinginan untuk menyendiri itu gagal karena orang banyak terus mengikuti mereka.

Rasa lelah, jenuh, dan hambar akan tanggung jawab pelayanan atau realitas kehidupan yang bising adalah sinyal bagi kita untuk mengambil waktu jeda. Kita perlu menepi untuk mengisi ulang energi batin. Memaksakan diri terus bertahan tanpa kesadaran memperbaharui spiritualitas atau membasahi kembali kekeringan rohani bisa menyebabkan kita tidak mampu menghidupi iman atau pelayanan dengan jernih. Dalam kondisi itulah diperlukan kontemplasi. Akhir abad ke-16, Gregorius Agung menggambarkan kontemplasi sebagai beristirahat dalam Allah. Pikiran dan hati tidak aktif mencari Allah, melainkan mulai mengalami dan merasakan Allah. Hal ini membawa seseorang ke dalam ketenangan dan kedamaian batin yang mendalam. Bukan berarti semua aksi atau tindakan iman dihentikan, melainkan ada kerinduan untuk terus-menerus memusatkan perhatian kepada Allah dengan mengalami kasih dan kehadiran-Nya. Di tengah hingar-bingar kehidupan dan pelayanan, waktu jeda sangat penting untuk merefleksikan seluruh pengalaman iman, mencerna setiap peristiwa dan mencari makna, serta mengalami/merasakan kehadiran Allah yang menyapa. Dengan demikian energi batin kita akan terisi ulang. Proses olah batin akan membentuk spiritualitas kita semakin matang dan bertumbuh. Itulah yang menggerakkan aksi dan tindakan pelayanan  dalam semangat menyala, bukan sekadar rutinitas. Tindakan pelayanan yang lahir dari refleksi, yang menghasilkan buah segar bagi kehidupan sekeliling. Amin. [wdp].

“Pelayanan yang hidup merupakan gerak bolak-balik antara refleksi-aksi.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak