Bacaan: 2 Korintus 9 : 1 – 5 | Pujian: KJ. 432
Nats: “Sebab itu aku merasa perlu mendorong saudara-saudara itu untuk berangkat mendahului aku, supaya mereka lebih dahulu mengurus pemberian yang telah kamu janjikan sebelumnya, agar nanti tersedia sebagai bukti kemurahan hati kamu dan bukan sebagai pemberian yang dipaksakan.” (Ayat 5)
Apakah yang menjadi ukuran bahwa seseorang itu beriman? Apakah dari cara dia beribadah atau dari tindakan dan tutur katanya? Bagaimanakah kita menggumulkan hal ini? Mungkin jawaban yang muncul akan sangat beragam. Di dunia ini ada orang yang mungkin tidak beriman (tidak percaya Tuhan) tetapi sikap dan perbuatannya baik dan sangat peduli terhadap sesamanya. Namun ada juga orang yang mengaku beriman tetapi dia tidak pernah menunjukkan sikap yang baik terhadap sesamanya, tidak peduli terhadap penderitaan orang lain. Sikap inilah yang disebut sebagai orang yang imannya tidak progresif atau tidak mengalami kemajuan. Progresivitas iman berkaitan erat dengan kemampuan seorang beriman untuk dapat bergerak maju ke arah yang lebih baik.
Dalam suratnya kepada Jemaat di Korintus, Rasul Paulus mengajak setiap jemaat memiliki dan menunjukkan kehidupan beriman yang progresif, yaitu dengan membangun kesadaran dan kepekaan sosial bahwa masih banyak orang-orang di sekeliling mereka yang membutuhkan bantuan. Bantuan yang dimaksud adalah tentang penggalangan dana untuk Jemaat Kristen di Yerusalem. Terbantunya Jemaat Yerusalem yang sedang dalam keadaan sulit merupakan tanda bahwa Jemaat Korintus berperan dalam mensejahterakan sesamanya. Menanamkan kesadaran dan kepekaan sosial dalam kehidupan bersama akan menciptakan keseimbangan dan keadilan sosial. Oleh karena itu, Rasul Paulus mengingatkan dengan tegas bahwa kerelaan untuk berbagi materi harus benar-benar terwujud, bukan hanya dalam kata-kata saja, namun juga dalam tindakan nyata yang didasari kerelaan hati.
Setiap keluarga Tuhan dipanggil untuk mewujudkan bukti imannya secara progresif. Sebab, beriman bukan hanya tentang pengharapan dan peribadatan kepada Tuhan. Namun juga kesadaran dan kepekaan sosial terhadap segala penderitaan dan kesulitan sesama yang terjadi di sekeliling kita. Mari kita mau memberi dan berbagi dengan sesama. Itulah yang harus ditemukan oleh setiap keluarga guna menolong keluarga lain yang masih kurang sejahtera. Selamat mewujudkan progresivitas iman. Amin. [Din].
“Kualitas hidup yang semakin maju meniadakan batas antara sesama dan turut memikirkan kesejahteraan bersama.”