Bacaan: Kejadian 48 : 8 – 22 | Pujian: KJ. 249
Nats: “… ia juga akan menjadi suatu bangsa dan ia juga akan menjadi besar kuasanya; walaupun begitu, adiknya akan lebih besar kuasanya dari padanya, …” (Ayat 19b)
Ungkapan Jawa “Kebo nusu gudel” secara harafiah berarti orang tua menyusu kepada anak. Namun ungkapan tersebut secara umum dipahami dalam kerangka kesediaan untuk belajar bahkan dari yang lebih muda. Zaman dahulu hal itu bukanlah hal yang mudah, karena mind set tentang orang tua sebagai sosok yang lebih berpengalaman, sudah mengecap asam dan garam kehidupan sangat kuat. Namun di dunia yang semakin cepat saat ini, terlebih di masa pandemi, nyatanya “Kebo nusu gudel” menjadi cara bagi para sepuh untuk bisa mengikuti arus perkembangan. Sebut saja dari hal yang paling sering kita jumpai, yaitu tentang smartphone. Para orang tua sering bertanya kepada anak-anaknya untuk dapat menggunakan sesuai kebutuhan mereka.
Kesediaan belajar dan mengakui kelebihan bahkan dari sosok yang lebih muda adalah hal baik, namun dalam kehidupan sehari-hari bisa jadi tidaklah mudah. Dalam bacaan kita hari ini menggambarkan hal tersebut. Ketika Yakub memberkati anak-cucunya, ada 1 kejanggalan yang terjadi, ketika berkat disampaikan kepada anak-anak Yusuf, yaitu Efraim dan Manasye. Manasye sebagai anak sulung diberkati dengan tangan kiri. Tentu ini menimbulkan ketidak-nyamanan di hati Yusuf, namun setelah dia menyampaikan hal itu kepada ayahnya berkat yang diberikan tidak berubah. Yakub dengan tegas menyatakan bahwa anak yang lebih muda memang akan berkembang melebihi saudara-saudaranya. Dan dalam perjalanan selanjutnya bisa kita baca bahwa tidak ada permusuhan yang terjadi antara kedua bersaudara itu. Artinya, Manasye bersedia menundukkan ego, mengakui kelebihan saudaranya dan tetap menjalin hubungan baik, sehingga mereka berkembang bersama-sama.
Alkitab mengajarkan bahwa dalam hidup persekutuan ada pilihan untuk menjalani peran masing-masing. Tua – muda, laki-laki – perempuan semua memiliki kesempatan untuk berkembang, namun ada juga orang-orang potensial yang perkembangannya melebihi yang lain. Ketika hal itu dipandang sebagai persaingan, maka persekutuan akan menjadi lemah. Namun ketika ada kesediaan untuk merendahkan hati, mengakui bahkan sedia belajar sekalipun pada yang lebih muda, pasti persekutuan akan semakin erat bahkan mengalami pertumbuhan yang baik. Selamat menghayati kebersamaan dalam semangat saling belajar dan mendukung satu dengan yang lain. Amin. [WE].
“Kesombongan membuat kita melihat kelemahan seseorang, kerendahan hari membuat kita bisa melihat kelebihan orang itu.” – Andreas SW –