Bacaan: Yesaya 47 : 1 – 9 | Pujian: KJ. 27
Nats: ”Kedua hal itu akan menimpa engkau dalam sekejap mata, pada hari yang sama. Kehilangan anak-anak dan kejandaan akan menimpa engkau habis-habisan, sekalipun banyak sihirmu dan sangat kuat manteramu.” (Ayat 9)
Seorang pria, kita sebut saja namanya Johan. Ia seorang yang sombong dan bertubuh besar, tertinggal kereta api. Kereta api berikutnya tidak akan berhenti di kota kecil tersebut, kecuali ada penumpang sebanyak enam orang atau lebih untuk diangkut. Johan kemudian mengirimkan pesan kepada kondektur kereta tersebut: “Hentikan kereta api di stasiun ini. Ada penumpang besar yang akan naik.” Ketika kereta api memasuki stasiun dan berhenti, Johan naik. Sang kondektur turun, melihat isi peron, dan menanyakan di mana penumpang berjumlah besar seperti dalam pesan yang ia terima. Dengan terus terang Johan menjawab, “Sayalah penumpang besar itu.” Johan menunjukkan kesombongan dirinya, yang tampak dari cara pandang dirinya, yang menilai dirinya sendiri secara berlebihan. Di dunia ini, ada orang-orang yang sedemikian sombongnya sampai ia mengharapkan setiap orang kagum, tunduk, dan patuh pada perintahnya.
Di masa umat Tuhan: Israel dan Yehuda memberontak kepada Tuhan, maka Tuhan memakai bangsa Babel untuk mendidik mereka. Namun di kemudian hari bangsa Babel menjadi sombong dan merasa diri tidak terkalahkan oleh apapun dan siapapun. Dikatakan pada ayat 7 “untuk selama-lamanya aku tetap menjadi ratu!”. Karena kesombongan itu, Tuhan Allah mengadakan pembalasan dan tidak menyayangkan seorang pun. Lalu apa kata Tuhan kepada mereka? Yesaya 47:9 menyebutkan, ”Kedua hal itu akan menimpa engkau dalam sekejap mata, pada hari yang sama. Kehilangan anak-anak dan kejandaan akan menimpa engkau habis-habisan, sekalipun banyak sihirmu dan sangat kuat manteramu.” Dengan keras Tuhan berkata kepada Babel dan menunjukkan bahwa tidak ada yang bisa diandalkan selain Tuhan.
Kita seringkali bejumpa dengan orang-orang yang berkuasa, berpengaruh, dan berharta yang hanya mengandalkan apa yang melekat pada mereka. Atau kita yang sering berada pada posisi tersebut? Mungkin saja kita tergoda menggunakan apa yang melekat pada diri kita: kuasa, pengaruh, dan harta seperti bangsa Babel. Nubuat kejatuhan Babel harusnya membuat kita berpikir dua kali sebelum kesombongan menjadi jalan kita. Kiranya kita tidak menjadi sombong dengan apa yang melekat pada diri kita. Amin. [MTS].
”Setiap orang yang tinggi hati adalah kekejian bagi TUHAN, sungguh ia tidak akan luput dari hukuman.”