Bacaan: 1 Korintus 10 : 1 – 13 | Pujian: KJ. 436
Nats: “Sebab itu, siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!” (Ayat 12)
Belajar dari pengalaman adalah sesuatu yang baik bagi diri kita. Tidak hanya belajar dari pengalaman sendiri tetapi juga bisa belajar dari pengalaman orang lain. Permasalahan utamanya adalah betapa sulitnya kita belajar dari sebuah kesalahan. Jangankan dari kesalahan orang lain, belajar dari kesalahan diri sendiri saja sulit. Kita seringkali jatuh dalam dosa, melukai sesama kita dan Tuhan. Ya, kita menyesal, namun toh kita ulangi lagi dan lagi.
Pengalaman orang Israel dahulu membuktikan kepada kita tentang kesulitan itu. Seperti yang dinyatakan oleh Rasul Paulus dalam bacaan kita hari ini. Rasul Paulus berusaha terus mengingatkan jemaat Korintus agar mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama seperti bangsa Israel dahulu, yaitu jatuh dalam penyembahan berhala (Ay. 7), percabulan/ perzinahan (Ay. 8), mencobai Tuhan (Ay. 9), dan hidup bersungut-sungut (Ay. 10). Tentu Allah tidak berkenan dengan sikap mereka dan Allah memberikan hukuman sebagai konsekuensi atas dosa-dosa mereka. Sekalipun demikian, Tuhan tetap berbelas kasih kepada mereka. Dengan tegas Paulus mengingatkan mereka agar menjadi umat yang taat dan setia kepada Tuhan, jangan sekali-kali melakukan hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan. Karena itu, Rasul Paulus dalam 1 Korintus 10:12 mengingatkan, ”Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!”
Hal ini pula yang harus menjadi dasar hidup kita saat ini, menyadari bahwa kita berpotensi jatuh dalam dosa. Kita mudah menipu diri sendiri dengan meyakini bahwa kita telah berhenti melakukan dosa tertentu. Bahkan setelah kita bergumul dengan mengakui kesalahan, bertobat dan berkomitmen untuk kembali mengikuti Allah, pencobaan masih mungkin terjadi. Namun yakinlah bahwa Allah akan memampukan kita untuk tidak kembali jatuh pada pola-pola yang sama. Allah pasti memberikan jalan keluar dari setiap pencobaan yang kita alami. Allah menghendaki agar kita hidup setia kepada-Nya tanpa berpaling kepada ilah yang lain. Maka, masa pra paskah saat ini adalah saat yang baik bagi kita untuk mengolah hati dan mengolah diri kita melalui berbagai macam kegiatan rohani. Dengan demikian kita akan semakin tangguh dalam menatap masa depan yang penuh harapan dalam berkat Tuhan. Amin. [RA].
“Orang bijak bukanlah orang yang tak pernah berbuat kesalahan, tetapi mereka yang mau memaafkan diri mereka dan belajar dari kesalahan mereka.”