Aku Percaya Pancaran Air Hidup 18 Agustus 2023

Bacaan: Yesaya 63 : 15 – 19 | Pujian: KJ. 280
Nats: “Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; nama-Mu ialah ”Penebus kami” sejak dahulu kala.” (Ayat 16b)

Sapa kowe lan sapa aku, sapa Gusti ning atimu?” Kalimat di atas adalah penggalan lirik lagu dengan judul “Ndang Budhal” karya saudara Purba A. Nugraha, salah satu putra berbakat di GKJW. Kalimat tersebut mengajak kita untuk merefleksikan tentang diri dan siapa sejatinya Tuhan yang kita sembah dalam hidup kita. Alkitab memberi kesaksian tentang Tuhan dalam perjalanan sejarah bangsa Israel dengan berbagai sebutan. Dialah Sang Pencipta, Gunung Batu, dan secara khusus dalam bacaan hari ini, Yesaya menyebut-Nya dengan Bapa, Penebus kami.

Masing-masing sebutan tentu tidak terlepas dari konteks atau latar belakang umat. Secara khusus dalam kitab Yesaya, penghayatan terhadap Allah Sang Bapa dan Penebus hadir dalam kesadaran akan “sapa kowe lan sapa aku”, yaitu Yesaya dan Bangsa Israel, sebagai bangsa terjajah yang mengalami berbagai derita dalam pembuangan. Dalam segala derita yang dihadapi, bagian perikop kita hari ini menyebutkan: di satu sisi sebagai keluhan kepada Tuhan,  di sisi yang lain menjadi penguatan bagi diri dan bangsa Israel. Bahwa saat pertolongan dan pembebasan itu belum tampak, Tuhan Allah tetap ada bagi bangsa Israel. Pengakuan inilah yang menjadi dasar pengharapan akan masa depan yang lebih baik dan sumber keberanian untuk berseru kepada Tuhan.

Setiap orang tentu memiliki pengalaman pribadi yang dapat menghantarnya pada perjumpaan dengan Allah yang disembah. Ada yang menyebut Sahabat, Guru, Ibu, Sumber Kehidupan dan masih banyak lagi. Bagaimana dengan diri kita, siapakah Tuhan di hati dan hidup kita? Beragam pengalaman bisa menghantar kita untuk akhirnya dapat menjawab pertanyaan tersebut. Bisa jadi seperti Yesaya dan Israel pada masa itu, pergumulan dan kesulitan menghantar kita pada penghayatan dan pengakuan tentang Tuhan yang menebus, menolong, dan menyelamatkan. Ketika kita dapat mengenal Dia dalam kehidupan kita pribadi, niscaya ada pengharapan yang menghantar kita untuk terus melangkah. Karena kita percaya, Tuhan selalu ada dan beserta kita. Amin. [WE].

“Pangandelmu marang Gusti iku kang mitulungi”

 

Bagikan Entri Ini: