Bacaan: Matius 9:2-13 | Pujian: KJ 467
Nats: “Percayalah hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni.” (ay.2)
Eva Mozes Kor adalah penyintas dari kamp konsentrasi Auschwitz, yang telah menewaskan seluruh anggota keluarganya. Eva dan saudari kembarnya, Miriam lahir di sebuah desa kecil di Romania. Selama beberapa tahun awal kehidupannya, keluarga Eva hidup dalam ketenangan dan kebahagiaan.
Sampai suatu hari, keluarganya diberitahu untuk bersiap-siap pindah dengan membawa hanya sedikit sekali barang. Dibawa dengan truk ternak, Eva dan keluarganya sampai ke kamp konsentrasi Auschwitz. Hanya dalam tempo setengah jam, Eva dan Miriam kehilangan seluruh anggota keluarganya.
Mereka tak langsung dieksekusi karena mereka anak kembar. Anak kembar diperlakukan “istimewa” di kamp itu, karena mereka dijadikan sebagai kelinci percobaan oleh dr. Jozef Mengele. Dokter ini melakukan berbagai percobaan pembedahan dan injeksi obat kimia yang mengerikan pada anak-anak kembar di Auschwitz. Banyak anak-anak yang meninggal dengan mengenaskan.
Eva dan Miriam juga mengalaminya, namun mereka selamat dari percobaan mengerikan itu. Tumbuh dewasa di Israel, Eva dan Miriam menyadari bahwa kesehatan mereka memprihatikan, kemungkinan besar diakibatkan oleh injeksi yang pernah mereka terima. Miriam akhirnya meninggal, karena ginjalnya tak berkembang.
Sedang sampai sekarang, Eva berbicara tentang pengalamannya di berbagai tempat. Satu hal yang luar biasa, Eva menyatakan ia mengampuni dr. Mengele. Sejak pengampunan itu diberikannya, Eva mengaku hidupnya menjadi lebih baik. Sungguh pengampunan berdampak luar biasa.
Pengampunan itu jugalah yang diberikan oleh Tuhan Yesus bagi seorang yang lumpuh. Dalam alam pikir teologis Yudaisme kala itu, penyakit selalu diakibatkan oleh dosa. Karena itu, pemulihan bagi orang lumpuh ini pertama kali diawali dengan pengampunan. Pengampunan menjadi awal pemulihan.
Pengampunan memang tak mudah diberikan, apalagi jika lukanya terlalu dalam. Namun, sadarkah kita bahwa pengampunan tidak hanya berarti pembebasan bagi orang lain. Namun juga terutama membebaskan diri sendiri dari lingkaran dendam. Mari mengampuni dengan sungguh-sungguh! (Rhe)
“Pengampunan memang tak bisa mengubah masa lalu yang pahit, tapi akan menjadikan masa kini yang tenang dan masa depan yang berpengharapan.”
foto: By Oregon State University – Eva Mozes Kor, CC BY-SA 2.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=48159730