Bacaan: Kisah Para Rasul 21:27-39 I Pujian: KJ 260:1
Nats: “Ketika masa tujuh hari itu sudah hampir berakhir, orang-orang Yahudi yang datang dari Asia, melihat Paulus di dalam bait Allah, lalu mereka menghasut rakyat dan menangkap dia” (Ayat 27)
Bagi orang-orang yang gemar memancing, kegiatan memancing akan sangat menyenangkan apabila ikannya mudah dipancing. Sebaliknya memancing akan menjadi sangat menyebalkan jika ikannya tidak mudah dipancing. Maka para pemancing harus berpikir keras untuk mencari umpan yang tepat dan disukai oleh ikan. Dengan demikian ikan-ikan akan mudah dipancing dan pemancing tidak akan pulang dengan tangan hampa.
Melalui bacaan kita saat ini, kita mengetahui betapa mudah menghasut dan memancing amarah rakyat agar menangkap Paulus. Orang-orang Yahudi dari Asia mengatakan bahwa Paulus mengajarkan ajaran sesat, mereka juga menuduh Paulus telah membawa orang yang bukan Yahudi ke dalam bait Allah, padahal orang yang bukan Yahudi hanya boleh berada di halaman Bait Allah. Mereka menggunakan Isu penghinaan agama sebagai umpan yang ampuh untuk menangkap Paulus dan menghentikan karya Allah.
Di Indonesia masih sering kita mendengar bahkan menjumpai isu-isu agama yang akhirnya dapat menimbulkan perpecahan di Negara yang berlandaskan “Bhinneka Tunggal Ika” ini. Isu agama adalah umpan yang paling ampuh untuk menghasut dan memancing amarah bagi orang-orang yang beragama. Hal inilah yang digunakan iblis untuk memecah belah bangsa, bahkan memutuskan tali persaudaraan yang sudah lama terjalin antar umat beragama.
Sudah menjadi tugas iblis untuk merusak kedamaian umat manusia, dan saat melihat manusia mengalami perpecahan, pertikaian dan permusuhan, itu akan menjadi kebahagiaan bagi sang iblis. Tetapi akankah kita membiarkan itu terjadi? Bukankah lebih baik bagi kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang tidak mudah terpancing oleh sang iblis? Supaya kedamaian senantiasa ada di hati kita. Tuhan Yesus memberkati kita.(DFA)
“Jadilah ikan yang bijak, yang dapat membedakan umpan yang membawa kedamaian atau yang membawa kebinasaan.”