Menjaga Ketaatan Melalui Lidah Pancaran Air Hidup 16 April 2025

16 April 2025

Bacaan: Yesaya 50 : 4 – 9a  |  Pujian: KJ. 30a
Nats: “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Pagi demi pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid.” (Ayat 4)

Komunikasi digital telah banyak mempermudah kehidupan kita, memperlancar bisnis dan profesi kita, mempercepat proses belajar, menghibur dan meningkatkan kualitas kehidupan. Kehebatan teknologi komunikasi tersebut mestinya tidak menyilaukan mata kita, yang membuat kita gagal melihat bahaya-bahaya yang melekat. Dengan gawai yang kita gunakan, kita tidak hanya melihat, tetapi kita juga dilihat. Entah sadar atau tidak, kita seringkali mendefinisikan diri, orang lain, dan dunia lewat apa yang kita lihat di dalamnya. Misalnya kita memposting status melalui Whatsapp dengan tujuan berbagi informasi, tetapi ada orang yang merasa bahwa postingan itu adalah ajang pamer sehingga terjadi konflik. Ada tantangan yang kita hadapi jika kita tidak bisa menggunakan komunikasi digital dengan bijaksana.

Situasi demikian juga dialami di masa Nabi Yesaya, ketika sebuah tantangan menjadi tekanan sehingga jika tidak mampu mengendalikan diri bisa menjadi kemarahan, sakit hati, dengki, caci maki, dan dendam. Pesan Allah melalui Yesaya yang tertulis di ayat 4, “Tuhan ALLAH telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataan aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid”. Harapannya umat Israel bisa kembali teguh dalam penderitaannya, sebab Tuhan akan memberi pertolongan mereka keluar dari tanah Babel. Mereka diajak menjadi umat yang dapat menjaga lidah dan menjaga kesetiaan dalam menghadapi pencobaan. Ketaatan ini tidak hanya sekedar dalam hati saja tetapi juga dalam ucapan dan perbuatan.

Saat ini kita bisa memahami bahwa dalam menjalani hidup sehari-hari, kita akan berjumpa dengan berbagai macam tekanan, baik itu tekanan dari diri kita maupun orang lain, tekanan yang membuat kehidupan kita terasa tidak merdeka dan bahagia. Mari kita mengingat bahwa bangsa Israel dapat hidup taat meskipun mengalami banyak tekanan. Mari kita hidup taat kepada Tuhan dengan mengendalikan diri, terkhusus menjaga lidah kita dalam berbicara. Mari memperkatakan perkataan yang membangun, jadilah bijak dalam berucap agar setiap ucapan kita dapat menjadi berkat dan tidak menyakiti hati sesama kita. Amin. [LEN].

“Berpikirlah dahulu sebelum berbicara!”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak