Bacaan: Obaja 1 : 1 – 9 | Pujian: KJ. 363
Nats: “Keangkuhan hatimu telah memperdayakan engkau, ya engkau yang tinggal di liang-liang batu, di tempat kediamanmu yang tinggi; engkau yang berkata dalam hatimu: ‘Siapakah yang sanggup menurunkan aku ke bumi?” (Ayat 3)
Apakah dengan sifat angkuh, seseorang akan mendapatkan suatu keuntungan? Nyatanya tidak, justru yang didapat bukanlah keuntungan melainkan kebuntungan. Sebab keangkuhan atau kesombongan hati seseorang akan membutakan pandangannya terhadap orang lain, sehingga ia cenderung meremehkan orang lain dan membanggakan dirinya sendiri. Seorang yang angkuh akan jatuh pada kelengahan dan kerapuhan, sebab ia lupa bahwa “di atas langit, masih ada langit”, sehebat apapun seseorang tersebut akan selalu ada orang yang lebih hebat dan melampaui kehebatannya. Bagaimanapun juga, kita adalah manusia yang rapuh dan pasti memiliki kelemahan, sehingga membanggakan diri dalam keangkuhan akan semakin menghancurkan diri kita.
Melalui hamba-Nya Obaja, Tuhan Allah menyampaikan nubuat hukuman kepada bangsa Edom atas sifat angkuh mereka. Bangsa Edom adalah bangsa yang berasal dari keturuan Esau, meski memiliki kekerabatan dekat dengan bangsa Israel yang adalah keturunan Yakub, namun hal tersebut tidak membuat bangsa Edom menolong bangsa Israel ketika dalam kesesakan. Orang Edom sangat membanggakan negerinya dan merasa diri kuat karena berada di daerah pegunungan berbatu. Karena itu, mereka berpikir tidak akan ada bangsa lain yang sanggup mengalahkan mereka. Mereka pun menjadi angkuh dan lupa bahwa Tuhan sangat membenci keangkuhan. Tuhan menyatakan kuasa-Nya atas mereka dan Ia akan menghukum mereka, supaya mereka tahu bahwa mereka adalah manusia yang penuh dengan keterbatasan.
Suatu bangsa, manusia atau komunitas tertentu akan mudah sekali diperdaya oleh keangkuhan ketika merasa memiliki segala-galanya: kekuatan, kekayaan, kedudukan, kepintaran, dan sebagainya. Darimanakah semuanya itu? Segala sesuatu datangnya hanya dari Tuhan, dan tidak ada sesuatu pun yang ada di dunia ini atau yang kita miliki, yang dapat kita banggakan atau sombongkan. Tanpa prakarsa Tuhan, kita tidak mungkin dapat mempertahankan keadaan kita. Dan apa yang kita punyai hari ini, esok belum tentu ada, karena kekayaan dan kejayaan manusia dapat lenyap dalam sekejap. Oleh sebab itu, marilah kita belajar rendah hati, untuk menghargai keberadaan yang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan yang baik adanya. Amin. [mojo].
“Keangkuhan merendahkan orang, tetapi orang yang rendah hati, menerima pujian.”