Bacaan: 1 Timotius 3:14-16 | Pujian: KJ 433
Nats: “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” (ay. 15)
Dalam salah satu episode Kick Andy “Produk lokal Go Global” ditayangkan mengenai seorang wirausahawan sepatu boots sukses yang tidak segan membagikan ilmunya serta melatih wirausahawan pemula. Kick Andy melemparkan pertanyaan menggelitik kepada wirausahawan tersebut “Apakah tidak takut apabila membagikan ilmu, sama saja dengan menabur benih kompetisi dan memunculkan pesaing?” Jawaban yang diberikan cukup mencengangkan. Wirausahawan tersebut menjawab “saya teringat petuah ibu saya, umpama gelas yang penuh terisi air, supaya gelas tersebut dapat diisi air lagi maka isi gelas tersebut harus dipindah dulu ke tempat lain. Begitu pula ilmu, ketika saya sedang membagi ilmu saya ke orang lain, maka saya sedang memberi ruang bagi bertambahnya ilmu saya.”
Di usianya yang terbilang muda, Timotius telah mengemban tugas panggilan pelayanan yang berat. Tugas pelayanan itu tentu menjadi tugas yang tidak mudah, mengingat ada banyak hal yang masih perlu diterima sebagai bekal Timotius untuk menjalankan tugasnya.
Paulus menyadari hal tersebut, sehingga menjadi hal yang penting baginya untuk senantiasa mengirimkan surat-suratnya yang berisi ajaran, petunjuk dan nasehat kepada Timotius sebagai bekal bagi Timotius menerima panggilan pelayannya. Dengan begitu diharapkan Timotius semakin dimampukan dan dimantapkan memenuhi tugas pelayanan itu.
Beberapa orang menilai ilmu sebagai sesuatu yang sangat mahal, bernilai tinggi dan sesuatu yang tidak seharusnya secara mudah dibagikan. Tetapi ketika ilmu, pengetahuan dan pengalaman kita menjadi sarana bertumbuh dan berbuah bagi orang lain, maka bersukacitalah untuk membagikannya bagi orang lain. [Ardien]
“Berbagi ilmu tidak akan menjadikanmu rugi. Dengan berbagi kita terisi.“