Bacaan: Efesus 5:1-14 | Pujian: KJ. 424
Nats: “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang.” (ayat 8)
Pernahkah Anda merasakan kesal, karena listrik tiba-tiba mati, lalu hidup, lalu mati lagi, lalu hidup lagi, lalu mati lagi? Mungkin kita akan menjadi kesal, dan berkata, “Kalau hidup ya hidup saja! Mati ya mati sekalian saja!” Kekesalan itu muncul karena aliran listrik yang berkali-kali putus nyambung beresiko merusak alat-alat elektronik.
Dalam hidup pun demikian, bagaimana rasanya ketika bertemu orang yang sikapnya gampang berubah-ubah. Satu jam lalu sikapnya baik, tiba-tiba sekarang jadi jahat sekali, lalu beberapa jam kemudian sudah jadi baik lagi. Kita bisa pusing tujuh keliling berhadapan dengan orang yang semacam itu. Kita menjadi sulit bersikap terhadap orang yang demikian. Apalagi kalau bertemu orang yang di depan kita baik sekali seperti malaikat, tetapi di belakang ternyata ucapannya pedas seperti sambal. Kita mungkin akan memutuskan untuk tidak usah bercerita banyak-banyak dengannya, “Gak bisa dipercaya!” Namun jangan-jangan kita yang seperti itu?
Itulah mengapa Paulus mengingatkan Jemaat Efesus, „dulu kamu gelap, tetapi sekarang dalam Tuhan kami menjadi terang, kalau sudah hidup terang ya terang saja terus.“ Untuk menjadi anak Tuhan yang terang terus, kita dipanggil untuk melakukan kebaikan, kebenaran, dan keadilan secara konsisten. Namun tidak asal-asalan. Kita tetap harus mengujinya. Paulus sadar bahwa tidak semua tindakan yang nampaknya baik, benar, dan adil itu sesuai dengan kehendak Bapa. Jangan-jangan perbuatan kita yang baik, benar, dan adil hanyalah upaya untuk membela diri sendiri atau kita lakukan karena sesuai selera kita. Perbuatan anak terang tertuju kepada Tuhan. Jadi, bukan hanya di luar saja terangnya, tetapi sampai ke dalam, sampai ke niat yang tak bisa dilihat orang. (GHB)
„Jangan takut menjadi terang! Dan biarkanlah terangmu bercahaya dalam kegelapan!“