Guci Mewah Dari Tanah: Sebuah Proses Yang Indah Pancaran Air Hidup 12 Maret 2025

12 March 2025

Bacaan: Ayub 1 : 1 – 22  |  Pujian: KJ. 441 : 1
Nats: “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah melakukan yang kurang patut.” (Ayat 22)

Guci mewah keberadaannya dimulai dari tanah liat yang biasa dan tidak berharga. Proses pembuatannya dimulai dari pembentukan oleh tangan seorang pengrajin. Tanah liat yang kasar harus dipilih, dihaluskan, dibersihkan dari kotoran, dan dibentuk dengan seksama. Selanjutnya guci harus dikeringkan, kemudian dimasukkan ke dalam tungku api yang panas. Proses pembakaran ini yang menjadikan guci mengalami perubahan mendalam. Panas yang kuat mengubah tanah liat menjadi keramik yang keras dan tahan lama, yang kemudian dilapisi dengan glasir yang menambah keindahan dan nilai guci tersebut.

Ayub 1:1-22, kita diperkenalkan dengan Ayub, seorang yang tidak bercela dan jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Keberadaan Ayub sebagai seorang yang saleh dan diberkati dengan kekayaan dan keluarga yang besar tidak lantas menjadikan hidupnya mulus! Ada satu peristiwa dimana Ayub harus kehilangan semua hartanya dan anak-anaknya, namun, respons Ayub terhadap penderitaan ini sungguh istimewa, dia berkata, “Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan.” (Ay. 21). Kisah Ayub menggambarkan betapa berharganya iman yang murni di hadapan Tuhan, sama halnya dengan proses pembentukan guci mewah yang harus melalui proses perapian untuk mengalami perubahan yang istimewa.

Masa Pra-Paskah adalah waktu bagi kita untuk memasuki “api pembersihan” rohani, di mana melalui doa, puasa, dan pertobatan menjadi upaya menyisihkan segala kotoran yang menghalangi relasi kita bersama Tuhan. Ayub menjadi teladan, bahwa melalui penderitaan dan ujian, kita dimampukan menemukan kemurnian iman dan kesetiaan yang sejati kepada Tuhan. Proses ini mungkin tidak nyaman, seperti panas yang mengubah tanah liat, tetapi bagian ini menjadi penting dari transformasi kehidupan kita sebagai umat-Nya. Sejenak mari kita menyadari untuk menerima proses dengan hati yang terbuka, memahami bahwa setiap tantangan dan langkah dalam perjalanan sebagai upaya mempersiapkan diri untuk merayakan kebangkitan Kristus dengan keindahan dan kemurnian yang baru. Harapannya ketika Paskah tiba, kita akan menjadi “guci yang mewah” yang diproses dan dibentuk oleh tangan Tuhan, dan siap untuk menunjukkan kemuliaan-Nya, Amin. [vena].

“Ujian terkadang membuatmu terluka, namun keteguhan jiwa berproses di dalamnya membawamu dalam sukacita.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak