Bacaan: Imamat 15 : 25 – 31 | Pujian: KJ. 466a
Nats: “Begitulah kamu harus menghindarkan orang Israel dari kenajisannya, supaya mereka jangan mati di dalam kenajisannya, bila mereka menajiskan Kemah Suci-Ku yang ada di tengah-tengah mereka itu.” (Ayat 31)
Peraturan diperlukan agar tercipta ketertiban dan kenyamanan dalam kehidupan bersama. Misalnya, kewajiban menggunakan helm demi keselamatan diri, larangan penebangan hutan liar demi menghindari tanah longsor, dan menaati rambu lalu lintas demi keselamatan bersama. Peraturan itu harus dipahami dan ditaati dengan kesadaran akan akibatnya bila dilanggar, jika tidak hanya akan dianggap formalitas yang dilakukan dengan terpaksa atau karena ada sangsinya.
Kitab-kitab Taurat menunjukkan kehidupan Israel yang dipenuhi dengan peraturan yang mengatur relasinya dengan Allah dan sesama ciptaan. Bacaan kita memperlihatkan perhatian Allah terhadap kesehatan jasmani dan kesejahteraan umat yang diwujudkan dalam hukum keagamaan yang mengatur pentingnya ketahiran umat ketika menghadap Allah yang Mahakudus. Ritus penyucian diri dan persembahan kurban diperlukan setelah umat melewati masa kenajisannya, agar mereka bisa beribadah kepada Allah dalam kekudusan. Allah tidak berkenan umat-Nya mati dalam kenajisan atau dosa-dosanya. Sayangnya, umat Israel seringkali jatuh pada formalitas tanpa mempedulikan makna aturan-aturan tersebut. Akibatnya, meskipun mereka menjalankan aturan-aturan dengan ketat, kehidupan mereka tidak selalu mencerminkan ketaatan untuk melakukan kehendak Allah dan kesetiaan kepada-Nya. Kekudusan/ketahiran tidak hanya soal tubuh jasmani. Tuhan Yesus sendiri mendobrak paradigma orang-orang Yahudi yang seringkali menitik beratkan pada hal-hal lahiriah, sehingga mereka mengabaikan dimensi batiniah atau kehidupan rohani (spiritualitas).
Menghindarkan diri dari kenajisan diperlukan untuk layak menghadap Tuhan. Namun yang harus dikuduskan bukan sekadar kehidupan lahiriah, tetapi juga kehidupan rohani. Satu sisi, kita harus menjaga tubuh dari tindakan-tindakan yang cemar. Di sisi lain, kita harus memelihara kehidupan rohani dengan membangun iman, taat melakukan kehendak Allah serta kesungguhan hidup dalam pertobatan dan kebenaran. Allah yang Mahakudus tidak ingin kita binasa dalam kenajisan atau keadaan berdosa. Ia telah menyucikan kita dengan mencurahkan tubuh dan darah-Nya, supaya kita dapat menghadap Allah dalam kekudusan. Amin. [wdp].
“Kekudusan hidup adalah wujud nyata kesaksian kita di dunia yang sarat formalitas”