Bacaan: Lukas 3 : 15 – 17, 21 – 22 | Pujian: KJ. 309 : 1, 2
Nats: “… Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” (Ayat 22b)
Sebuah buku harian yang masih kosong menanti untuk ditulis. Setiap halaman mencerminkan kesempatan baru, ruang untuk menuliskan kisah hidup yang belum terungkap! Tinta yang ditorehkan menggambarkan pilihan dan pengalaman yang membentuk perjalanan kehidupan. Baptisan ibarat tinta pertama yang menyentuh lembaran baru, menandai awal dari relasi yang intim dengan Tuhan. Baptisan bukan sekadar momen simbolis melainkan sebuah langkah awal dalam perjalanan iman yang membutuhkan komitmen berkelanjutan, upaya untuk senantiasa memperbarui kesetiaan dan berjalan dalam kasih karunia Allah yang tak berkesudahan.
Lukas 3:15-17, 21-22 memaparkan tentang kisah baptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis. Orang banyak saat itu bertanya-tanya tentang identitas Yohanes, apakah dia Mesias? Tetapi dengan lantang dan tegas Yohanes menjelaskan bahwa dia bukanlah Mesias. Akan datang Dia yang lebih besar dari dirinya. Yohanes membaptis dengan air, tetapi Mesias akan membaptis dengan Roh Kudus dan api, sebuah janji akan kuasa dan penyucian yang mendalam. Selanjutnya, ketika Yesus dibaptis, langit terbuka, dan Roh Kudus turun dalam bentuk burung merpati, serta terdengar suara dari surga berkata, “Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan.” Bagian ini adalah momen peneguhan atas misi Yesus di dunia. Baptisan Yesus bukan sekadar ritus formal, tetapi peneguhan identitas dan komitmen-Nya untuk melayani dunia.
Baptisan dalam kehidupan saat ini mengajak kita untuk sejenak melihat dan merasakan kembali panggilan hidup kita dalam relasi kita bersama dengan Tuhan Allah. Tentunya, hal ini bukan sekadar peristiwa di masa lalu, melainkan komitmen yang terus berjalan bersama Tuhan, dan hidup meneladani Yesus. Selanjutnya, baptisan adalah tanda penyertaan Roh Kudus dalam kehidupan kita. Roh Kuduslah yang senantiasa menguatkan kita dalam menghadapi tantangan dan terus hidup sesuai dengan kehendak Allah. Baptisan Yesus mengajarkan kita bahwa hidup sebagai umat milik-Nya adalah tentang menjadi anak Allah yang berkenan di hadapan-Nya, bukan sekedar tindakan simbolis, melainkan hidup yang senantiasa ajeg dalam bimbingan-Nya. Mari sejenak kita melihat, apakah diri kita telah menghidupi baptisan sebagai tinta indah pertama dalam buku kehidupan kita? Amin. [vena].
“Komitmen bersama Tuhan bukan sekadar kata, namun janji yang terukir dalam setiap asa.”