Bacaan: Wahyu 1: 9-18 I Pujian: KJ. 10
Nats: “… aku dikuasai Roh dan aku mendengar dari belakang suara yang nyaring …” (ayat 10)
Pengalaman iman Rasul Yohanes di pulau Patmos sangatlah privat. Tidak ada saksi saat Rasul Yohanes mengalami peristiwa itu. Tidak ada dokumen secara visual ataupun tulisan yang bisa dipakai sebagai bukti apa yang dialami oleh Rasul Yohanes selain tulisan Rasul Yohanes sendiri. Hal seperti ini tentu sangat lemah ke-otentikannya. Orang bisa tidak percaya dan menganggapnya sebagai halunisasi yang dikarang-karang untuk mencari sensasi (gimmick). Ya!.. memang sulit membuktikan pengalaman iman pribadi semacam itu secara faktual.
Bagaimana sikap kita jika mendengar cerita dari warga jemaat yang mengaku menerima pengalaman iman yang privat semacam itu? Misalnya: mengaku didatangi sosok berjubah putih, berambut putih atau sosok putih bersayap dalam mimpi. Saat sakit mengaku melihat Tuhan Yesus di tembok kamar dan mendengar bisikan-bisikan, dll. Dalam hati kita bertanya: Apakah hal itu bukan hanya halunisasi akibat alam bawah sadar yang ketakutan mati? Ataukah hanya gejolak psikologis dari orang yang sedang menghadapi masalah berat? Tentu sulit membuktikan.
Bagaimana semestinya sikap kita? Pertama, berpikirlah bahwa bagi Tuhan tidak ada hal yang mustahil. Tuhan bisa memakai siapa saja dan apa saja untuk menjadi alat Kuasa-Nya. Kedua, belajarlah dari sikap Rasul Yohanes. Rasul Yohanes menyaksikan tentang firman Allah dalam Tuhan Yesus, bukan berfokus kepada diri-sendiri (sikap narsis, arogan, dst) (Wahyu 1:2). Rasul Yohanes menyebut dirinya Hamba-Nya (Wahyu 1:1). Seorang hamba hanyalah alat yang tidak mempunyai otoritas. Sumber kekuatan/kehebatannya hanyalah Sang Tuan, Ia-lah Sang Alfa dan Omega. Tegasnya, Rasul Yohanes tidak memakai kekuatan/kehebatan berdasarkan ke-manusiawi-annya. Namun hanyalah Kekuatan Ilahi. Hal ini pasti nampak dalam pemikiran, perbuatan tubuh dan perkataan yang mencerminkan buah-buah Roh (Galatia 5:19-23) BUKAN perbuatan daging. (Onewan)
„Jangan membanggakan apa yang telah engkau lakukan hari ini, sebab engkau tidak tahu apa yang akan diberikan hari esok. (Pythagoras).“