Bacaan: Markus 12: 18 – 27 I Pujian: KJ. 432
Nats: „… melainkan hidup seperti malaikat disorga.“(ayat 25)
Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. Peribahasa ini memiliki makna bahwa perbuatan manusia selama hidup akan tetap dikenang meskipun manusia itu telah tiada. Meskipun demikian, hal yang bersifat duniawi tidak ada sangkut pautnya dengan kebangkitan dan hidup manusia di bumi baru dan langit baru.
Orang Saduki yang bertanya kepada Yesus tentang keturunan dan hubungan antara suami dan istri adalah gambaran orang yang sangat terikat dengan keduniawian. Mereka berpikir bahwa relasi di bumi berhubungan erat dengan model dan peraturan hidup yang ada di sorga. Tuhan Yesus menjelaskan di ayat 25 bahwa di sorga, suami istri tidak akan saling mengenal. Hubungan mereka akan bersifat lebih mendalam dan rohani serta tidak dikuasai lagi oleh hubungan perkawinan seperti di bumi (hubungan mereka terjalin seperti malaikat). Memang orang Saduki sulit memahami Alkitab dan kebangkitan karena mereka tidak mempercayai kebangkitan dan meremehkan kuasa Allah yang dapat membangkitkan dan menghidupkan.
Sebutan Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub bukan menunjukkan bahwa Allah adalah Allah orang mati. Sebutan itu menunjukkan persekutuan Allah dengan mereka. Ketiadaan tubuh fana (duniawi) bukan berarti ketiadaan roh, dan roh itu hidup: “barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun sudah mati”.
Kita manusia yang hidup pada saat ini, tidak perlu mencampurkan “dengan begitu saja” ide duniawi ke dalam pemahaman sorgawi yang sudah barang tentu akan menyulitkan kita untuk memahami Alkitab terlebih mempercayai kebangkitan. Iman dan logika itu berbeda, namun karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini Dia menunjukkan dan membuktikan kesungguhan dan kuasa-Nya yang dapat difahami oleh logika. Baik itu melalui kisah Alkitab (masa lalu) maupun melalui kehidupan kita yang nyata (masa kini) saya yakin kita semua sudah merasakannya. Nyata bahwa Kristus sudah bangkit. Bersaksilah… Amin. (GaSa)
“Pracayaa Gusti kwasa Ngluwari Sira”