Bacaan: 2 Raja-raja 18 : 19 – 25 | Pujian: KJ. 378
Nats: “Atau mungkin engkau berkata kepadaku: Kami mengandalkan TUHAN, Allah kami. Bukankah Dia itu yang tempat-tempat pemujaan-Nya dan mezbah-mezbah-Nya telah disingkirkan oleh Hizkia? Bukankah ia berkata kepada Yehuda dan Yerusalem: Di depan mezbah yang di Yerusalem inilah kamu harus sujud menyembah!” (Ayat 22)
Epos Mahabharata mengisahkan perang Bharata-Yuddha antara Pandawa dan Kurawa di medan pertempuran Kuruksetra. Bagi Duryodhana ini adalah perang merebut kekuasaan. Sedangkan bagi Arjuna ini adalah perjuangan untuk keadilan dan kebaikan. Dari bantuan Krisna, Duryodhana memilih ditemani balatentara Dvaraka. Tidak tersisa pilihan bagi Arjuna selain ditemani Krisna seorang, tanpa pasukan, tanpa senjata. Melihat kekuatan militer dan senjata Kurawa, Arjuna diliputi kegentaran dan keraguan. Ia lupa kekuatannya adalah Krisna yang melampaui senjata apapun.
Kegentaran juga meliputi Hizkia, raja Yehuda, ketika melihat bangsanya menderita karena pembuangan ke Asyur, sehingga ia mengikhtiarkan perjanjian damai. Namun, utusan raja Asyur menemuinya dengan olokan, cacian, dan kesombongan. Di hadapan bangsa Yehuda, Hizkia direndahkan, dianggap tidak mampu membebaskan bangsa Yehuda dan hanya mencari perlindungan pada Mesir. Hizkia dianggap telah mendukakan hati Allah dengan menyingkirkan bukit dan mezbah-mezbah persembahan. Disinilah Hizkia menunjukkan kekuatan dalam dirinya. Ia melakukan yang baik, mengajarkan bangsa Yehuda untuk taat dan setia kepada Allah dengan menjauhkan diri dari bukit-bukit pengorbanan dan berhala. Jika Hizkia tidak meneguhkan hatinya pada janji Allah, tuduhan-tuduhan itu rentan membuatnya meragukan imannya, menghancurkan harapannya, dan menyerah kalah. Namun ia tahu yang dilakukannya benar dan Allah menyertainya.
Hidup ibarat perjuangan di medan pertempuran Kuruksetra. Berpijaklah pada kebenaran! Berjuanglah bagi keadilan! Banyak hal yang berpotensi menggoyahkan iman, seperti pencobaan, ujian, tekanan, dan tawaran dunia. Banyak orang bertindak manipulatif yang siap menggoncang keyakinan kita dengan mempertentangkan doktrin/ajaran, membandingkan dengan dalil-dalil kebenaran menurut versi mereka. Hadapi itu dengan keteguhan hati seperti Hizkia. Setialah mengandalkan Allah, taat melakukan kehendak-Nya, dan berpegang pada janji keselamatan-Nya tanpa bersandar pada kekuatan duniawi. Penyertaan Allah saja cukup bagi kita. Amin. [wdp].
“Tak ada kekuatan yang lebih berharga selain Tuhan yang membersamai kita.”