Bacaan: Matius 18 : 15 – 20| Pujian: KJ. 249 : 1, 3
Nats: “Sebab dimana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” (Ayat 20)
Kata Atretanan adalah kata dalam bahasa Madura yang artinya kekeluargaan atau persaudaraan. Kata ini sangat penting dalam laku hidup orang Madura pada umumnya, hingga mereka memiliki istilah “Balai Lanjeng” atau dalam bahasa Indonesianya adalah rumah panjang. Balai Lanjeng merupakan tempat tinggal orang Madura bersama para saudaranya yang biasanya berderet memanjang. Mereka sangat senang tinggal berkumpul bersama keluarganya, karena keluarga adalah hal yang sangat penting bagi mereka. Ikatan persaudaraan atau kekeluargaan ini tidak dapat dipisahkan, meskipun mereka memiliki perbedaan satu dengan yang lain.
Bacaan yang kita renungkan kali ini sangat menarik, khususnya pada ayat 20. Ayat ini populer bagi kita karena menekankan kebersamaan dalam persekutuan. Namun pertanyaannya adalah mengapa harus lebih dari satu, baru Tuhan hadir? Jika seorang diri menyebut Nama Tuhan, apakah Tuhan tidak hadir? Hal ini dapat dijelaskan dari konteks bacaan kita mulai ayat 15. Ayat 15 menekankan sebagai sesama saudara seiman, kita wajib saling mengingatkan apabila ada saudara kita yang melakukan kesalahan. Proses mengingatkan itu dilakukan dalam beberapa tahap, mulai dari empat mata, lalu mengajak dua orang saksi, dan jika tetap tidak mau mendengarkan, maka ia dibawa di tengah jemaat sebagai pergumulan bersama. Proses ini yang menjadi latar belakang ayat 19-20 yang menekankan tentang kebersamaan dalam persekutuan.
Berdasarkan bacaan kita saat ini, maka selain orang Madura yang menekankan tentang prinsip kekeluargaan, Kitab Suci kitapun menekankan kuat tentang kebersamaan dalam persekutuan. Kehadiran Allah apabila ada dua atau tiga orang berkumpul menyebut Nama Tuhan menunjukkan bagaimana pentingnya persekutuan umat percaya. Dalam bulan Kitab Suci ini, kita diajak bersama untuk menghayati bahwa persekutuan orang percaya memiliki peranan yang sangat penting, karena dalam persekutuan itu umat percaya dapat saling menguatkan serta menopang dalam upaya menjalani kehidupan sesuai dengan kehendak Allah yang tertulis dalam Kitab Suci. Amin. [Kuh.C].
“Kehadiran fisik orang Kristen lainnya adalah sumber sukacita dan kekuatan yang tak tertandingi bagi orang percaya.” (Dietrich Bonhoeffer)