Bacaan: Mazmur 50 : 7 – 15 | Pujian : KJ. 427
Nats: “Persembahkanlah syukur sebagai korban kepada Allah dan bayarlah nazarmu kepada Yang Mahatinggi!” (Ayat 14)
Ada sebagian orang berpikir bahwa Tuhan dapat dipuaskan dengan berbagai-bagai pemberian, persembahan atau persepuluhan. Pendapat ini tentu tidak tepat, sebab Tuhan Allah adalah Allah yang Maha Kuasa, Allah Sang Empunya bumi dan alam semesta. Persembahan yang kita berikan kepada Tuhan, seharusnya bukan sekedar untuk menyenangkan hati Tuhan tetapi sebagai ungkapan syukur kita atas kasih, penyertaan, dan pemeliharaan Allah pada kita. Kita memberikan yang terbaik dari yang kita miliki karena Tuhan terlebih dahulu telah mengasihi dan memberikan keselamatan kepada kita.
Dalam bacaan Mazmur saat ini, kita diingatkan tentang kebenaran bahwa tidak ada yang bisa membeli persetujuan Tuhan, karena segala sesuatu adalah milik-Nya. Dia tidak membutuhkan apa-apa dari kita. Di sisi lain, Tuhan mengadakan perjanjian dengan umat Israel melalui persembahan kurban sembelihan dan kurban syukur. Pengorbanan yang penuh syukur adalah respons manusia terhadap kebaikan Tuhan. Karena itu, persembahan kepada Tuhan adalah ungkapan syukur atas kasih dan rahmat Tuhan dalam kehidupan umat. Pengorbanan rasa syukur tersebut harus dicapai melalui sikap hidup sehari-hari. Tuhan mengutuk keras kehidupan umat Israel, terutama hamba-hamba-Nya, yang rajin berbicara tentang perjanjian-Nya, tetapi membenci teguran dan mengesampingkan firman-Nya. Terlebih mereka juga berteman dengan pencuri dan pezinah. Inilah sebabnya Tuhan Allah menggolongkan mereka sebagai orang-orang kafir yang tidak mengenal Allah.
Dalam praktik hidup kita sehari-hari, bisa saja kita tekun beribadah secara ritual, tetapi perilaku sehari-hari jauh dari kehendak Tuhan. Untuk itu kita diajak bertindak dan berperilaku yang indah, karena Tuhan Allah akan menunjukkan kasih-Nya kepada kita. Firman Tuhan saat ini menegaskan agar kita memiliki hidup yang selaras antara laku ibadah dan laku hidup. Setiap hari adalah ibadah. Setiap aktivitas hidup kita adalah persembahan bagi Tuhan. Maka ingatlah, hidup tanpa ibadah ibarat berlayar tanpa arah dan berlabuh tanpa pijakan. Mari kita hidup berkenan kepada Allah, kita nyatakanlah ibadah yang sejati dalam laku hidup kita sehari-hari sebagai wujud persembahan yang hidup kepada Tuhan. Amin. [NaP].
“Setiap harimu adalah ibadahmu, setiap aktivitasmu adalah persembahan bagi Tuhan”