Bacaan : 2 Korintus 4 : 13 – 5: 5 | Pujian: KJ. 402
Nats: “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami diperbaharui dari sehari ke sehari.” (ayat 16)
Dunia tempat kita hidup seringkali digambarkan penuh pertandingan dan persaingan. Banyak yang menang namun tidak sedikit yang kalah. Beratnya hidup seringkali membuat orang jatuh pada sikap tawar hati.
Apakah tawar hati? Kehilangan semangat, merasa lelah dalam jiwa. Tawar hati muncul karena situasi yang tidak sesuai dengan harapan dan penilaian/sikap orang lain yang buruk.
Keadaan ini pula yang dirasakan oleh Paulus. Sebagai Rasul, dia harus menghadapi banyak penolakan, tekanan bahkan aniaya (5:4). Keadaan kesehatannya juga semakin buruk (4:16). Dia harus menghadapi banyak keraguan atas status kerasulannya. Tetapi dia memberikan keteladanan yang luar biasa, dalam situasi seperti itu. Dia tidak menjadi tawar hati.
Apa yang membuat Paulus mampu memiliki ketangguhan hidup sedemikian kokoh? Pertama, dia memiliki iman (ayat 13). Dia yakin bahwa Tuhan yang dia sembah dan dia layani adalah Tuhan yang benar. Tuhan yang akan memberi dan mempersiapkan segala yang baik bagi hidupnya. Kedua, keadaan buruk bukanlah akhir dari hidup. Itu adalah salah satu proses yang membuat hidupnya semakin terbaharui (4:16). Penghayatan inilah yang membuat Paulus tidak hanya melihat apa yang tampak tapi juga menyelami makna terdalam dari setiap peristiwa yang dialami (4:18). Dua hal inilah yang pada akhirnya membawa Paulus pada kesetiaan dan ketangguhan dalam menjalankan panggilan pelayanannya.
Tawar hati bisa dirasakan oleh siapa saja termasuk kita, karena hidup berisi banyak warna. Kemelut hidup, situasi yang tidak dapat kita kendalikan dan orang sekitar yang melakukan perbuatan yang menyakitkan seringkali menjadi pemicu tawar hati. Mari kita belajar kepada Paulus yang tidak mudah hancur oleh deraan hidup. Biarlah pergumulan-pergumulan hidup semakin menguatkan iman kita dan mari melihat pembaharuan yang sedang Dia lakukan. Amin (dh)
“Iman adalah obat tawar hati”