Dicari : Hikmat Sejati Pancaran Air Hidup 10 Januari 2025

10 January 2025

Bacaan: 1 Korintus 2 : 1 – 10 |  Pujian: KJ. 402
Nats: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (Ayat 9b)

Kata “Hikmat” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti ‘kearifan’. Kearifan berasal dari kata dasar “arif” yang berarti bijaksana, cerdik, pandai, berilmu, paham, dan mengerti. Dalam hal ini, orang-orang yang berhikmat adalah mereka yang bijaksana, cerdik, pandai, berilmu / berwawasan, paham, dan berpengertian. Banyak sekali cara yang dapat kita tempuh untuk menjadi pribadi yang berhikmat, salah satunya adalah dengan cara belajar dari kehidupan dan memperbanyak pengetahuan. Namun pertanyaannya, apakah pelajaran hidup dan segala bentuk pengetahuan yang ada di dunia ini cukup untuk menjawab pertanyaan, pencarian, maupun pergumulan hidup kita?

Rasul Paulus menekankan sebuah fakta penting yang perlu disadari oleh orang-orang beriman, bahwa hikmat yang berasal dari dunia ini tidak dapat menyelamatkan, melegakan, atau memuaskan hati, pikiran, keraguan, rasa takut maupun semua hal yang dicari oleh manusia. Hanya hikmat Allah yang dapat memberikan kebijaksanaan dan pemahaman yang sejati. Mengingat akan keterbatasan dan kelemahan diri kita, maka kita membutuhkan hikmat Allah, karena melalui hikmat tersebut kita dibimbing untuk menggunakan kemampuan dan pengetahuan yang kita miliki dengan bijaksana. Kita semua pasti berpengetahuan, tetapi pengetahuan tanpa hikmat bisa jadi tidak berguna dan hanya akan menuntun pada kesia-siaan semata.

Dalam kehidupan sehari-hari, hikmat Allah hanya dapat kita peroleh melalui perantaraan Roh Kudus. Itulah mengapa Rasul Paulus menganjurkan agar orang beriman tidak menggantungkan imannya pada pengertian-pengertian yang berasal dari pikiran manusia, melainkan pada kekuatan Allah dan firman-Nya. Rasul Paulus sendiri menyadari keterbatasan dan kelemahannya sebagai manusia, ia pun juga memiliki rasa gentar dan takut (Ay. 3). Namun berkat keyakinan dan kekuatan Roh Allah, ia dimampukan untuk melewati segala tantangan dan persoalan yang dihadapinya. Kini, marilah kita terus mengasihi Allah dan mengandalkan hikmat-Nya sebagai dasar dari segala laku serta perbuatan kita, agar kita terus dimampukan hidup dengan bijaksana. Amin. [Prst].

“Hikmat Allah, menyelamatkan jiwa.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak