Bacaan: Mazmur 8: 1-9 I Pujian: KJ 331
Nats: “Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat.” (ayat 6)
“Apakah manusia sehingga Engkau mengingatnya?” Pertanyaan dalam bacaan Alkitab hari ini sangat menarik. Pertanyaan tentang manusia tersebut tidak memakai kata „Siapakah?“ yang biasa dipakai untuk menanyakan eksistensi seorang manusia tetapi menggunakan kata „Apakah?“ yang biasa dipakai untuk menanyakan arti suatu benda/hal. Pertanyaan yang diajukan pemazmur tersebut tentulah sebuah pertanyaan retoris untuk menegaskan betapa manusia memiliki arti yang istimewa di mata Allah.
Pertanyaan tentang manusia merupakan pertanyaan yang menarik. Banyak bidang keilmuan yang berhadapan dengan persoalan-persoalan tentang manusia. Manusia menjadi salah satu topik yang tidak ada habisnya untuk dibahas di setiap bidang dan di segala zaman. Hal itu karena manusia merupakan ciptaan yang cukup rumit dibanding ciptaan yang lainnya. Namun kerumitan tersebut sekaligus menjadi keistimewaan manusia.
Mengapa manusia istimewa? Ada beberapa jawaban untuk pertanyaan tersebut. Menurut pandangan umum keagamaan, manusia dianggap istimewa dibanding dengan ciptaan lainnya karena manusia dikaruniai akal budi sedang ciptaan yang lain tidak.
Dalam pandangan Kristen, semua ciptaan, tidak hanya manusia, dipandang oleh Tuhan Allah sangat baik. Semua yang diciptakan mempunyai peran yang saling berkaitan. Namun manusia menjadi ciptaan yang istimewa karena hanya manusia yang diciptakan berdasarkan rupa dan gambar Allah (Imago Dei). Dalam diri manusia tercermin citra Allah. Hal itu mengandung konsekwensi bahwa manusia harus mencerminkan hidup ilahi dalam kesehariannya. Hal itu sulit dilakukan oleh manusia karena manusia telah berdosa.
Namun atas kuasa Kristus yang menebus dosa, manusia dibimbing untuk menjadi manusia yang sesungguhnya. Menjadi manusia sesungguhnya berarti selalu mengupayakan kualitas hidup, cara hidup yang baru, yang lebih baik dan bermanfaat. Menjadi manusia baru berarti melakukan kehendak Allah. Dengan begitu manusia menjadi layak disebut manusia yang sesungguhnya. Kiranya Tuhan menolong usaha kita menjadi manusia yang sesungguhnya. (Dn)
“Tahun Baru diadakan supaya manusia terus menjadi baru.”