Bacaan : 1 Tesalonika 4 : 1 – 18 | Pujian: KJ 325
Nats: “Sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal akan diangkat bersama-sama mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan.”[ayat 17]
Masyarakat Tesalonika pada saat itu baru saja memeluk iman Kristen dari pengajaran Injil Rasul Paulus. Mereka berasal dari masyarakat yang tidak mengenal kekudusan dan tidak memandang kekudusan sebagai kebajikan yang harus dijalankan sehingga kejahatan dianggap sebagai hal biasa. Ajakan Rasul Paulus untuk hidup kudus tidak mendapat respon, mereka tetap pada kebiasaannya. Keadaan ini tentunya sangat memprihatinkan bagi Paulus, tetapi dia tidak putus asa untuk terus berusaha merubah mereka menjadi manusia kudus. Firman Tuhan menyebutkan bahwa “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan yang cemar tetapi yang kudus” (ayat 7).
Warga Tesalonika juga tidak memahami apa yang dimaksud kedatangan Tuhan yang kedua, mereka mengharapkan hal itu segera terjadi, agar mereka yang masih hidup dapat menikmati kemuliaan, juga khawatir apabila sudah meninggal tidak dapat menikmati kemuliaan tersebut. Setiap hari mereka duduk-duduk dan berkumpul meninggalkan pekerjaan sehingga akhirnya mereka kecewa karena Tuhan tidak datang. Rasul Paulus memperingatkan agar mereka tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan tetap berperilaku baik. Orang yang hidup dan mati dalam Kristus akan tetap dalam Kristus karena persekutuan dengan Kristus tidak dapat diputuskan, bahkan akan dibangkitkan bersama Dia (ayat 17-18). Bagaimana kita mempersiapkan diri menyongsong kedatangan Tuhan yang kedua?
- Kita harus tetap bekerja, memahami kehendakNya dan jadi saksi Kristus.
- Dalam diri orang percaya ada sifat kemandirian dan kasih kepada sesama.
- Hari kedatangan Tuhan yang kedua tak ada seorangpun yang tahu, hanya Allah yang tahu (Markus 13:32)
Bila panggilan tersebut datang tiba-tiba, jangan biarkan diri kita dalam keadaan tidak siap, hiduplah selalu dalam Kristus. [Sri]
Kebangkitan adalah jaminan terakhir dari kebenaran yang tidak dapat dihancurkan.