Ramah Marah Haram

29 October 2017

Bacaan : 1 Tesalonika 2 : 1 – 8 | Pujian: KJ 426 : 1
Nats“… Tetapi kami berlaku ramah di antara kamu, sama seperti seorang ibu mengasuh dan merawati anaknya.” [ayat 6]

Satu wajah manusia bisa memberikan banyak makna. Bisa wajah yang ramah dilihat, bisa juga wajah yang marah dilihat, bisa juga raut wajah yang jadi haram untuk dilihat. Padahal wajahnya hanya satu, tapi bisa memberi banyak pesan.

Rasul Paulus memahami benar tugasnya untuk melayani. Kesadaran diri Rasul Paulus bahwa dirinya adalah hamba Tuhan yang bertugas melayani sesamanya, menempatkan diri sungguh-sungguh sebagai pelayan yang memberi perlakuan ramah kepada jemaat di Tesalonika yang sedang dilayani. Keramahan Rasul Paulus bukanlah keramahan semu atau keramahan yang dibuat-buat. Keramahan sikap sebagai seorang pelayan adalah keramahan seperti seorang ibu yang mengasuh dan merawati anaknya. Tentu ini keramahan yang autentik (murni). Keramahan yang tidak dipengaruhi oleh kondisi di luar dirinya sendiri. Keramahan yang lahir dari kecintaan yang sungguh kepada anaknya. Demikianlah Rasul Paulus menggambarkan diri sebagai seorang pelayan bagi jemaat di Tesalonika yang akan berlaku ramah.

Bersikap ramah atau marah atau bersikap yang mendatangkan rasa haram bagi orang lain yang menerima perlakuan kita, merupakan keputusan kita secara pribadi. Bahkan dalam satu kesempatan yang sama, seseorang bisa berlaku ramah, berlaku marah, dan melakukan hal yang haram sekaligus kepada beberapa orang yang berbeda. Ketika setiap warga jemaat hadir dalam ibadah Minggu, mengaku diri sebagai hamba Tuhan, merasa diri bersedia melayani sesama, maka layakkah kita menempatkan diri sebagai orang yang lebih hebat dari yang lainnya? Kalau dunia politik bangsa kita kadang-kadang terlihat lucu dengan ulah para politikus di dalamnya, hal ini juga tanpa disadari melanda gereja. Banyak orang yang disebut sebagai hamba Tuhan dan pelayan bagi sesama, tetapi lebih senang diperlakukan sebagai raja, dibandingkan dengan berlaku ramah kepada orang yang dilayani. Sikap manakah yang akan kita pilih? [dee]

Keramahan yang tulus dapat menyelamatkan hati yang hancur

Renungan Harian

Renungan Harian Anak