Bacaan : Yehezkiel 22 : 17 – 31 | Pujian: KJ 446
Nats: “Hai anak manusia, bagiku kaum Israel sudah menjadi sanga; mereka semuanya adalah ibarat tembaga, timah putih, besi dan timah hitam di dalam peleburan; mereka seperti sanga perak” [ayat 18]
Sewaktu masih kecil, setiap kali pulang ke rumah kakek dan nenek, kami sekeluarga pasti melewati rumah seorang pande besi. Memang pekerjaan seorang pande besi sangat berat, ia harus berkali-kali menempa besi yang sudah dibakar sampai terbentuk sebuah benda tertentu, misalnya cangkul, sabit, pisau dapur atau benda-benda lain yang berguna.
Ketika pande besi menempa dengan keras besi yang sedang membara tersebut, maka besi tersebut akan melepaskan partikel-partikel kotoran dalam bentuk bunga-bunga api. Partikel-partikel kotoran itulah yang disebut dengan “sanga”. Namun Kamus Besar Bahsa Indonesia (KBBI) mendefinisikan sanga sebagai kotoran dari logam yang sedang dilebur.
Kitab Yehezkiel ditulis ketika bangsa Israel berada dalam masa pembuangan di Babel. Bacaan pada hari ini memberikan sebuah gambaran tentang bagaimana Tuhan Allah ingin “melebur” bangsa yang dikasihi-Nya. Kemurkaan-Nya atas dosa-dosa bangsa Israel telah membuat Tuhan berupaya mendisiplinkan bangsa itu dengan keras. Kehidupan bangsa Israel yang penuh dosa diibaratkan seperti sanga atau kotoran logam yang harus dibuang. Oleh karena itu bangsa Israel harus mengalami kehidupan sebagai bangsa jajahan sebagai akibat dari ketidak-taatan mereka kepada Tuhan (bdk Yesaya 48:10).
Entah berapa kali dalam kehidupan kita, kita melawan kehendak Tuhan. Tentulah Tuhan juga ingin agar kehidupan kita senantiasa dilepaskan dari “sanga” yaitu kotoran-kotoran atau kenajisan-kenajisan diri. Hal itu berarti bahwa mau atau tidak mau kita harus menempa diri. Sebab, bila tidak mau menempa diri, maka kita akan ditempa oleh Tuhan, bahkan bila perlu mungkin harus dilebur dan dipisahkan dari segala kotoran kehidupan kita. Marilah kita melakukan introspeksi diri, berusaha untuk melepaskan diri dari segala hal yang dapat merusak kehidupan kita, serta belajar untuk taat dan memuliakan Tuhan. Jangan pernah kita berpikir bahwa kesalahan kecil bukanlah sesuatu yang bisa membuat hidup kita menjadi buruk. [DK]
“Kesalahan kecil (kerikil di dalam sepatu) yang dibiarkan akan melukai.”