Bacaan : Yeremia 15 : 1 – 9 | Pujian: KJ 344
Nats: “Engkau sendiri telah menolak aku …” (ay. 6)
Ada asap pasti ada api, segala sesuatu pasti ada penyebabnya. Siapa bermain air dia akan basah, siapa bermain api dia akan terbakar. Nubuat-nubuat tentang hukuman kepada Yehuda oleh Yeremia bukanlah pesan dari Allah yang kejam atau Allah yang jahat kepada umat-Nya. Tetapi karena bangsa Yehuda sendiri telah menolak Allah dan meninggalkan Allah.
Perikop ini adalah pernyataan tegas Allah dalam “menolak” doa syafaat yang disampaikan Yeremia (lih ps 14). Telah berulang kali bangsa itu diselamatkan dan diampuni namun tetap saja mereka tidak dapat memelihara kesetiaan kepada Allah sang sumber selamat dan sang sumber pengampunan itu. Ini adalah titik klimaks, dan merupakan sebuah konsekwensi yang harus diterima Yehuda atas penolakannya kepada Allah. Tuhan tahu persis bahwa Yehuda baru akan menyadari kesalahannya dan bertobat apabila mereka jauh dari kuasa keselamatan Allah yang memayungi, memberikan perlindungan dalam perjalanan hidup mereka. Sehingga keputusan yang tegas dari Tuhan terpaksa harus dilakukan.
Mungkin tidak jauh berbeda dengan apa yang kerap kali dialami sebagian orang pada masa kini. Saat dalam kondisi hidup nyaman, stabil, sering kali lupa kepada Tuhan sang sumber berkat, mereka lupa bahwa yang memberikan kenyamanan, damai sejahtera dan keselamatan hidup adalah Allah. Kesenangan pribadi menjadi tuhan baru yang terus dikejar dan diperjuangkan. Barulah mereka ingat nama Allah dan berteriak menyerukan namaNya jika mereka berada pada masa krisis.
Sudah semestinya kita belajar dari pengalaman Yehuda. Mengejar kenyamanan dan kesenangan memang tidaklah salah. Itu adalah hal yang wajar. Namun mari kita mengupayakan kenyamanan hidup itu bersama-sama dengan Tuhan, sebab Tuhan sendiripun juga mengupayakan keselamatan dan berkat bagi manusia. Jadi, jangan sekali-kali kita melupakan nama-Nya apalagi meninggalkan Dia. (GaSa)
“Sumber selamat, berkat dan damai adalah Allah, jangan jauh dari-Nya!”