Mengapa Menghakimi?

7 October 2017

Bacaan : Yohanes 7 : 40 – 52 | Pujian: KJ 437 : 1, 6
Nats: “Yang lain berkata: “Ia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata: “Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea.” [ayat 41]

Mana lebih mudah menyebutkan kekurangan orang lain atau kekurangan diri sendiri? Membicarakan kesalahan orang lain atau kesalahan diri sendiri? Saat ini orang memang gampang menilai negatif orang lain bahkan seringkali kebaikan yang dilakukan seseorang belum tentu mendapat penghargaan dan apresiasi yang selayaknya. Sebagaimana kata bijak yang mengatakan “Seribu kebaikan dalam hidupmu belum tentu menjadikanmu sebagai malaikat di dunia, tetapi satu kesalahan saja segera dapat membuatmu menjadi iblis terkutuk penghuni neraka jahanam.”

Seperti yang digambarkan dalam bacaan Injil hari ini, ‘penilaian/ penghakiman’ terhadap apapun kebaikan yang dilakukan Tuhan Yesus, seakan-akan untuk ukuran manusia, tidak layak menghasilkan hal yang baik. Ketika banyak orang mulai mengakui Tuhan Yesus sebagai “yang datang dari Allah”, maka dengan apriori ahli Taurat mengatakan: “Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.”

Bukankah dalam kehidupan sehari-hari kita juga sering mengalaminya? Ketika sudah berusaha melakukan segala nilai kebaikan, tetapi sebanyak itu pula ‘penghakiman’ yang kita terima, seakan-akan tidak ada satu kebaikanpun dari diri kita.

Sebagai peneguhan bagi kita, bila Yesus saja yang Tuhan dan Guru ditolak, dihakimi dan dinilai oleh orang, apalagi kita? Hari ini kita diingatkan untuk tidak gampang menghakimi sesama dan sekaligus juga bersabar serta berserah kepada Tuhan jika dihakimi sesama secara tidak adil. Meneladani Tuhan Yesus, kita hadapi semua penolakan dengan sikap batin yang lebih ringan dan ikhlas. Tidak perlu sakit hati dan tetap terus berkarya melakukan kebaikan seperti yang Tuhan inginkan. [Retno]

“Sedikitlah jumlah orang yang melihat dengan matanya dan berpikir dengan pikirannya.” (Albert Einstein)

Renungan Harian

Renungan Harian Anak