Membelit Gergaji

1 March 2017

Bacaan : Yunus 4 : 1 – 11 | Pujian: KJ 413
Nats: “Tetapi firman Tuhan: Layakkah engkau marah?” [ayat 4]

Suatu hari, ada seekor ular yang sedikit terluka karena tak sengaja merayap di atas sebuah gergaji. Karena luka kecilnya, si ular menjadi amat marah. Dengan gusar ia menyerang gergaji itu, mematuk berkali kali dengan segenap tenaganya. Namun dampaknya, tentu mulutnyalah yang terluka amat parah. Karena sudah tak sanggup lagi mematuk, si ular yang masih dikuasai amarah melakukan usaha terakhirnya melawan gergaji. Ia berusaha membelit gergaji itu dengan sekuat tenaganya. Tak ayal…si ular menemui ajalnya, semakin erat membelit semakin parah luka yang dideritanya.

Pastilah kita pernah marah. Marah adalah hal manusiawi yang kita rasa dan lampiaskan. Namun, kita musti sadar bahwa kemarahan yang tidak dikelola dengan baik akan sama seperti belitan ular pada gergaji tadi. Dalam bacaan hari ini, kita bertemu dengan Yunus yang telah selesai menjalankan tugasnya untuk memperingatkan Kota Niniwe. Tugasnya berakhir dengan positif saat seluruh penduduk dan bahkan hewan di kota itu melakukan pertobatan masal. Karena pertobatan Niniwe itu, maka TUHAN mengampuni mereka. Tak disangka, pengampunan TUHAN justru membuat Yunus kesal. Dia marah karena Niniwe tak jadi menerima hukuman. Kepada Yunus yang sedang marah inilah, Tuhan justru bertanya, “layakkah engkau marah?” Tuhan lalu menjelaskan bahwa sama seperti Yunus sayang pada pohon jarak yang tak ia tanam tapi melindungi kepalanya dari sengatan matahari, Tuhan pun sayang pada Kota Niniwe. Namun, kemarahan Yunus belum surut juga. Ia masih menggerutu, ia masih marah.

Sama seperti Yunus, seringkali kita tak paham dengan rencana Tuhan dalam hidup kita. Seringkali kita menjadi marah pada kenyataan-kenyataan hidup yang tak sesuai dengan kehendak dan mau kita. Pelampiasan amarah kita pun terkadang justru berakibat distruktif. Tentulah saya tidak sedang melarang kita untuk marah, karena marah itu manusiawi. Tapi, mari belajar untuk mengelola kemarahan. Mulai hari ini, saat marah mari kita tanyakan pertanyaan yang sama: layakkah aku marah? [Rhe]

Jangan mengambil keputusan ketika sedang marah dan jangan membuat janji ketika sedang senang.
(Ali bin Abi Thalib)

Renungan Harian

Renungan Harian Anak