Bacaan : 2 Petrus 2 : 1 – 3 | Pujian: KJ 432 : 2
Nats: “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu.” [ayat 1a]
Setiap membaca perikop ini, saya teringat pada saat reuni teman-teman satu angkatan ’83 Fakultas Pertanian Unibraw di Surabaya. Ada satu acara mengelilingi kota Surabaya dengan mobil wisata. Pemandunya juga teman-teman sendiri yang asli Surabaya. Tempat-tempat bersejarah, PTP menjadi tujuan kami. Pada saat melewati daerah tertentu ditunjukkan sebuah rumah seperti istana. Dengan fasihnya dia bercerita itu sebuah rumah milik pendeta. Tanpa beban dia mengatakan enak sekali profesi pendeta sehingga bisa sekaya itu. Sebagai orang Kristen, saya betul-betul merasa tidak enak hati meskipun hal itu tidak ditujukan ke saya.
Pada saat Petrus sudah berusia lanjut, dia mengatakan bahwa akan ada guru-guru palsu. Suatu peringatan kepada jemaat yang digembalakan tentang ancaman yang menanti di masa depan dan menyiapkan domba-dombanya untuk menghadapi ancaman itu.
Guru-guru palsu ini akan bergabung dengan orang-orang percaya dalam suatu gereja. Pengajaran mereka tidak benar, kehidupannya dikuasai hawa nafsu. Karena kehidupan mereka yang demikian ini nama Kristus akan dihujat oleh orang-orang di luar jemaat. Banyak orang akan mengikuti cara hidup mereka. Mereka sangat populer. Mereka akan mencari untung dari jemaat dengan cerita-cerita isapan jempol mereka. Guru-guru palsu ini akan muncul dalam hal penyalahgunaan kasih karunia Allah untuk melampiaskan hawa nafsu dan praktek memperdaya umat Allah.
Meskipun seorang guru palsu mengacaukan Firman Allah dan menyalah gunakan untuk tujuan-tujuan yang egois, bukan berarti seorang kristiani yang melakukan kesalahan dalam mengajarkan Firman Allah adalah seorang guru palsu, karena jika demikian kita semua adalah guru palsu. Karena menurut Yakobus kita semua bersalah dalam banyak hal (Yakobus 3:1-2a).
Kita patut bersyukur kepada Tuhan karena Ia tidak menunggu hingga kita mencapai kesempurnaan untuk dapat memakai kita. Kita bisa menjadi seorang guru sekaligus seorang murid yang perlu untuk memperbaiki pesan yang disampaikan dari pemberitaan Firman Allah. [DYRA]
“Jadilah guru yang selalu ingin belajar!”