Elang dan Kenari

29 July 2017

Bacaan: 1 Raja-raja 21:1-4    |  Pujian: KJ 467
Nats
: “Lalu masuklah Ahab ke dalam istananya dengan kesal hati dan gusar…” (ay. 4)

Suatu hari, burung elang dan kenari hinggap di dahan yang sama. Mereka berdua berbincang tentang siapa yang paling kuat di hutan itu. Sang elang yang gagah, mengatakan pasti dirinyalah yang paling kuat. Sebaliknya, kenari kecil itu mengatakan bahwa pastilah ada mahluk yang lebih kuat dari elang. Mendengar itu, Sang Elang marah dan menantang Kenari untuk berduel. Mereka berdua sepakat akan mengadu kekuatan dengan bertaruh, siapa yang mampu membawa seekor anak tupai ke atas dahan pohon tertinggi, dialah pemenangnya.

Elang yang perkasa mencoba terlebih dahulu, dengan congkak ia terbang tinggi dan menukik ke bawah untuk menangkap seekor anak tupai yang dilihatnya. Namun, anak tupai itu sembunyi di antara semak belukar. Sang Elang menjadi semakin marah, ia berkali-kali mencoba menerobos semak belukar itu dengan segenap tenaga namun ia gagal. Akhrinya Sang Elang kembali ke dahan tempat Kenari bertengger dengan tubuh yang dipenuhi luka-luka.

Kali ini giliran Si Kenari, ia mendekati semak tempat anak tupai itu bersembunyi perlahan lalu mulai bernyanyi merdu. Suara merdu Kenari rupanya membuat si anak tupai tertarik, perlahan ia keluar dari persembunyiannya dan mengikuti Kenari yang terbang meninggi sedikit demi sedikit dan akhirnya membawa anak tupai ke dahan pohon tertinggi itu. Demikianlah, kekuatan otot Elang tak berguna karena amarah.

Mengendalikan amarah memang bukan perkara mudah. Sama seperti Elang perkasa yang menjadi lemah karena amarah, seorang raja yaitu Ahab juga menjadi lemah akibat tak mampu mengelola marah-nya. Penolakan Nabot menjual tanah pusakanya pada Ahab membuat sang raja murka dan bersama Izebel istrinya, ia merencanakan kejahatan keji pada Nabot. Demikianlah Raja Ahab jatuh ke dalam dosa keji, karena tak mampu mengelola amarah.

Amarah sangatlah manusiawi, namun kita musti mampu mengendalikan amarah kita agar tak menimbulkan kerusakan yang akan kita sesali. Marahlah, dengan cara yang baik. (Rhe)

Semakin marah, semakin rendahkan nada suara! Semakin marah, semakin sedikit berbicara!

Renungan Harian

Renungan Harian Anak