Bukan PHP (Pemberi Harapan Palsu)

23 July 2017

Bacaan: Mzm 86:11-17    |      Pujian: KJ 401
Nats
: “Lakukanlah kepadaku suatu tanda kebaikan, supaya orang-orang yang membenci aku melihat dengan malu, bahwa Engkau, ya TUHAN, telah menolong dan menghiburkan aku.” (ayat 17)

Saat memberi senyuman, tapi  tidak dianggap…

Saat mencoba menyapa lebih dulu, tapi dia pura-pura tidak dengar…

Saat menolong dengan sungguh-sungguh, malah dianggap cari muka…

Saat mencintai, tapi dibalas dengan dusta …

Ah, semuanya itu terdengar sangat menyakitkan. Merasa seperti orang yang paling dibenci. Ya, merasa menjadi orang yang paling dibenci, atau menginginkan semua orang menyenangi apa yang kita lakukan, adalah pertanda kecil bahwa hidup manusia masih sangat berharap kepada manusia. Kebahagiaannya ditentukan oleh bagaimana orang lain bersikap terhadap dirinya. Tetapi setiap pribadi yang setia berpengharapan kepada Allah tidak akan pernah goyah ketika sesamanya tidak berlaku seperti yang ia inginkan.

Sebuah kebaikan yang dilakukan, belum tentu akan berbalaskan kebaikan. Maka orang-orang yang sungguh-sungguh baik akan mengandalkan Tuhan, bukan berharap dari manusia. Pribadi yang baik akan setia melakukan kebaikan meskipun lingkungannya memberi balasan tidak baik untuknya. Sebab berbuat kebaikan itu memberikan penghiburan yang sejati yang berasal dari Tuhan Allah. Mazmur memberikan kekuatan dan pengharapan baru bagi setiap kita yang bersedia berharap hanya kepada Tuhan. Ya, pengharapan kepada Tuhan adalah pengharapan yang selalu baru. Sama seperti sinar matahari yang hangatnya selalu baru setiap pagi, dan hadirnya selalu saja tepat waktu, demikianlah pengharapan kepada Tuhan yang meneguhkan kehidupan kita.

Ketika manusia sudah secara sungguh dan penuh untuk hidup taat dan berpengharapan kepada Allah, apakah dunia ini akan sanggup meniadakan kebaikan yang berasal dari Allah? Manusia bisa pura-pura memberi pengharapan baik kepada sesamanya, tetapi pengharapan Allah tidak pernah diingkariNya. [dee]

 “Keteguhan hidup manusia bersumber dari jiwa yang senantiasa berharap kepada Allah.”

Renungan Harian

Renungan Harian Anak