Bacaan : Keluaran 4 : 18 – 23 | Pujian: KJ 447
Nats: Lalu Musa kembali kepada mertuanya Yitro serta berkata kepadanya: “Izinkanlah kiranya aku kembali kepada saudara-saudaraku, yang ada di Mesir, untuk melihat apakah mereka masih hidup.” [ayat 18]
Ada seorang ibu muda terpilih menjadi calon tetap Diaken Jemaat untuk pertama kalinya. Dan ia bergumul atas panggilan Tuhan itu. Hati kecilnya sedia tulus untuk melayani Tuhan, tetapi bagaimana dengan suaminya, anak-anak dan juga mertuanya? Terbayang bagaimana nantinya ia harus membagi waktu dan perhatian untuk pelayanan dan di sisi lain tetap bertanggung jawab dalam keluarga sebagai isteri dan ibu bagi anak-anak. Pastinya harus ada yang dikalahkan kepentingannya pada satu waktu, dan jika itu terjadi apakah mertua nantinya tidak marah melihat anak dan cucu-cucunya terabaikan karena tugas pelayanan yang dia lakukan?
Hal tersebut juga dialami Musa, abdi Allah, yang juga adalah seorang kepala keluarga. Sesudah menerima pengelihatan dan panggilan Tuhan, dia tidak serta merta mampu menjelaskan secara langsung perjumpaan pribadinya dengan Tuhan Allah yang ajaib itu kepada keluarganya. Musa perlu juga berhati-hati atas pengelihatan/ perjumpaan pribadinya dengan yang adi kodrati tersebut apakah sungguh-sungguh berasal dari Allah (bdk. 1 Yoh 4:1). Bahwa kemudian Musa menetapkan hatinya untuk taat dan melaksanakan panggilan Tuhan tersebut tetap dilandasi dengan sifat rendah hatinya (Bil 12:3), yakni bahwa panggilan Tuhan itu benar. Tetapi relasi dan tanggung jawab dengan orang-orang di sekelilingnya tetap harus terjalin dengan baik. (Bdk. 1 Tim 5:8)
Musa adalah seorang abdi Allah yang setia dan bertanggung jawab kepada keluarganya. Demikian juga seharusnya pelayan-pelayan Jemaat Yesus Kristus saat ini di dalam menunaikan tugas pelayananya. Mereka giat melayani Tuhan dan menjadi warga negara yang baik, tetangga yang baik dan seorang kepala keluarga yang setia serta bertanggung jawab. [PY]
“Bersihkan dedaunan di pekarangan rumah anda, sebelum semua berterbangan ke rumah tetangga.”