Bacaan : Mazmur 8 : 1 – 9 | Pujian: KJ 36
Nats: “Apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?” [ayat 5]
Beauty and the Beast adalah kisah klasik dari Perancis tentang kisah cinta seorang perempuan cantik dan pintar bernama Belle dengan seorang Pangeran tampan yang dikutuk. Pangeran itu dikutuk oleh seorang penyihir karena ia bersikap sombong dan tak peduli. Kutukan dapat sirna, jika dalam kondisinya yang buruk rupa sang Pangeran dapat mencintai dan dicintai. Sejak kutukan itu, sang Pangeran terbuang dan terasing dari istananya. Tak seorang pun mau mendekat karena rupanya yang luar biasa buruk. Beast sadar bahwa dirinya tak layak dicintai dan mencintai siapapun. Pada awal pertemuan mereka, Belle adalah tawanan Beast. Namun singkat cerita, tumbuhlah rasa cinta Beast pada Belle yang menyenangkan, berani dan cantik. Sebaliknya, ternyata Belle juga menyimpan rasa cinta pada Beast yang meskipun rupanya buruk tapi baik hatinya. Akhirnya, cinta Belle membebaskan Beast dari kutukannya.
Sama seperti Beast, sebenarnya kita pun tak layak untuk diingat atau dikasihi Tuhan. Tuhan adalah Dia yang Mahakudus dan Mahabenar, sedang kita manusia adalah mahluk yang sering jatuh dalam dosa dan salah. Namun, dalam bacaan kita hari ini pemazmur mengungkapkan rasa kagumnya pada Tuhan yang mengingat, mengindahkan bahkan memahkotai kita yang serba terbatas ini. Pemazmur sama sekali tak menemukan apa istimewanya manusia sehingga Tuhan memuliakannya begitu rupa. Namun di akhir lirik lagunya, pemazmur mengatakan bahwa bukan karena kita, bukan karena kelebihannya manusia dimuliakan Tuhan. Namun karena kemuliaan dan kemurahan Tuhan sendirilah, manusia dimuliakan dan dikasihiNya.
Ya…Dia mengasihi kita tanpa syarat. Karena itu, mari kita balas kasihNya dengan tindakan kasih yang nyata, dengan transformasi hidup ke arah lebih baik dan menjadikan Dia sebagai yang utama dalam hidup kita. Seperti cinta Belle dan Beast yang berakhir indah, cintaNya kepada kita pun lebih indah dari pelangi atau bintang. Selamat hidup dalam cintaNya! [Rhe]
“Cinta hanya berpikir untuk memberi.”