Bacaan : 1 Tesalonika 4 : 1 – 12 | Pujian: KJ 446 : 1, 3
Nats: “Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus.” [ayat 7]
Dengan santainya, si Nendra pergi ke pasar mengendarai motor tanpa menggunakan helm. Pulangnya, dia ditegur oleh ayahnya. “Kamu tahu nggak kalau naik motor tanpa mengenakan helm itu melanggar peraturan lalu lintas?” Bukannya takut, dia malah menjawab dengan bercanda, “Ah, melanggar peraturan lalu lintas itu ‘kan kalau ada polisi, Pa. Kalau nggak ada polisi, nggak apa-apa kok Pa.” Heran bercampur prihatin dengan jawaban tersebut, sang ayah hanya bisa mengelus dada.
Mungkin, Tuhan selaku Bapa kita juga sering mengelus dada melihat tingkah laku kita. Apa yang tidak boleh dilakukan, malah cenderung menantang untuk kita langgar. Apa yang seharusnya dikerjakan, justru sering kita lupakan. Padahal, salah satu identitas penting kita selaku anak-anakNya adalah menjadi pelaku kebenaran dan berjalan pada jalur kekudusan yang ditetapkan oleh Tuhan.
Dalam suratnya, khususnya pada bacaan kita hari ini, Rasul Paulus mengingatkan sekaligus meneguhkan orang-orang di kota Tesalonika agar mereka tetap memegang iman percaya mereka kepada Kristus. Memang, mereka telah melakukan banyak hal. Tetapi godaan, juga selalu mengiringi langkah iman mereka. Itulah sebabnya Rasul Paulus mengingatkan bahwa berlaku hidup kudus adalah panggilan Allah sendiri. Allah yang telah memanggil mereka, adalah Allah yang kudus. Tidak mengupayakan hidup kudus, sama saja dengan menolak Allah dalam kehidupan.
Lama menjadi orang Kristen adalah tahun-tahun yang indah dalam hidup kita. Namun, sudahkah kita mampu menjaga keindahannya, dengan selalu mengupayakan kehidupan yang kudus agar berkenan di hadapan Allah? Mari itu terus-menerus kita upayakan, supaya Allah bersukacita karena panggilanNya atas kita tidak sia-sia! Mari terus belajar, agar Allah tidak terus mengelus dada melihat kecemaran hidup kita. Amin. [cahyo S]
“Jika kita berupaya, maka Allahlah yang berjuang dalam kita.”