Pemahaman Alkitab (PA) September 2025 (I)
Bulan Kitab Suci
Bacaan: Ulangan 29 : 1 – 20
Tema Liturgis: Membudayakan Cinta Alkitab dengan Berkisah
Tema PA: Jangan Melupakan Sejarah
Pengantar:
Bagi bapak, ibu dan saudara yang saat ini berusia lebih dari seperempat abad tentu tidak asing dengan kata, “Bapak biyen…” atau “Ibu biyen…” atau juga “Mbah biyen…” yang kemudian diikuti dengan rangkaian panjang kisah masa lalu dari para sesepuh itu. Kadang dalam hati kita mbatin: “mesti bar iki ceritane ngene, trus ngono,” dst. Ya, tidak jarang para sesepuh kita itu mengulang kisah masa lalu mereka itu beberapa kali sampai anak-cucunya hafal. Namun, mengapa para sesepuh merasa mereka perlu bercerita dan mengulang-ulang cerita mereka? Melalui pengalaman bangsa Israel bersama Musa yang sudah lanjut usia, mari kita belajar tentang makna sebuah cerita yang diulang-ulang kembali.
Penjelasan Teks:
Pembaharuan Perjanjian
Pada perikop sebelumnya, Musa sudah mengulangi dengan panjang lebar perintah-perintah yang harus dipatuhi oleh umat Israel sebagai bagian perjanjian mereka. Ikatan perjanjian Allah dengan bangsa Israel tidak dibatalkan oleh Allah (Ay.1, bdk. Kel. 24:7-8). Oleh karena bangsa Israel tidak taat kepada Allah, maka sebagian besar dari mereka mati selama dalam perjalanan di padang gurun selama 40 tahun. Allah kemudian memperbarui perjanjian itu dengan generasi Israel yang baru, mereka yang dlahir di padang gurun. Perjanjian yang sudah ada, diperbaharui di sini, dan Musa adalah perantara perjanjian itu, baik perjanjian yang lalu dan saat itu terjadi.
Seperti umumnya surat perjanjian yang dimulai dengan uraian singkat. Begitu pula dengan perjanjian ini, yang dimulai dengan pengulangan tentang apa yang sudah dilakukan Allah terhadap bangsa Israel, yang menegaskan bahwa Tuhan Allah adalah Allah umat Israel. Sebagai buktinya, Musa meminta mereka untuk mempercayai dengan mata mereka sendiri (Ay. 2), dimana Allah berkarya membebaskan bangsa Israel dari tanah Mesir (Laut Teberau terbelah dua). Allah menyertai mereka selama perjalanan di padang gurun (Manna, tiang awan dan tiang api). Allah memelihara mereka (Pakaian dan kasut mereka tidak lapuk, makanan dan minuman yang Tuhan sediakan). Allah memberi mereka kemenangan atas Sihon, raja Hesybon dan Og, raja Basan (Ay. 7-8). Itu semua adalah perbuatan Allah. Musa menunjukkan kuasa dan kebaikan Allah yang hadir bagi umat-Nya. Dengan memperhatikan semua karya Allah itu, Musa mengajak bangsa Israel untuk setia dan taat kepada TUHAN.
Uraian dan ajakan itu disampaikan dengan tujuan untuk mengikat mereka lebih erat lagi dengan Allah. Dan mereka hidup dalam ketaatan kepada Allah. Sebuah perjanjian kekal, yang tidak akan dilupakan Allah dan tidak boleh mereka lupakan. Dan Musa melakukannya dengan ungkapan yang sangat khidmat untuk menggantikan upacara lahiriah yang tidak dilaksanakan (Kel. 24:4, dst.). Ia tidak menuntut persetujuan dari mulut bangsa Israel, tetapi ia memperhadapkan perkaranya secara jelas di depan mereka, dan kemudian menyerahkannya kepada Allah dan hati nurani mereka sendiri. Perjanjian itu mengikat semua orang, baik yang hadir dalam pertemuan, mereka yang di kemah, bahkan orang asing yang tinggal di rumah orang Israel. Perjanjian Tuhan Allah dengan Israel ini berlaku bagi semua dan untuk selama-lamanya.
Relevansi:
Jika berbicara tentang perjanjian tentu kita tidak dapat melihat salah satu pihak, melainkan kedua belah pihak. Pembaharuan perjanjian terjadi karena dalam perjalanannya ada pihak yang tidak memenuhi isi perjanjian, dan dari pengalaman sejarah, manusia termasuk yang tersurat dalam Ulangan, jelas bahwa manusialah yang tidak bisa memenuhi perjanjian tersebut. Namun alih-alih menuntut dengan wanprestasi[1], Tuhan Allah berkenan memperbaharui perjanjian itu. Dan Musa mengukuhkan pembaharuan perjanjian itu dengan mengingatkan kembali bangsa Israel akan karya kasih Allah yang dinyatakan-Nya dalam segala keadaan Israel. Kisah yang diulang-ulang mengandung maksud agar kita selalu ingat dan bisa menempatkan diri kita dengan baik, belajar dari sejarah.
Pertanyaan Untuk Didiskusikan:
- Menurut Bapak, Ibu, Saudara berdasarkan bacaan kita hari ini, apakah isi perjanjian Allah dan umat Israel saat itu? Mengapa perjanjian itu diperbaharui?
- Dari bacaan dan PA hari ini, kita tahu bahwa perjanjian dengan Allah juga harus direspons oleh manusia, bagaimana saudara merespons dan memegang janji Allah dalam hidup saudara secara pribadi?
- Apakah yang saudara lakukan agar tidak lupa dengan perjanjian itu? Jika ada pengalaman khusus terkait hal itu, mohon bisa dibagikan secara singkat! [WE].
Pemahaman Alkitab (PA) September 2025 (II)
Bulan Kitab Suci
Bacaan: Kisah Para Rasul 4 : 1 – 12
Tema Liturgis: Membudayakan Cinta Alkitab dengan Berkisah
Tema PA: Kisah Injil yang Membumi
Pengantar:
Di era digital saat ini, kita mudah mengakses beragam hal, termasuk siaran/podcast terkait dengan debat agama-agama. Hal itu tentunya tidak bisa lepas dari siapa yang mengunggah siaran/podcast tersebut dan apa tujuan orang tersebut mengunggah siarannya itu. Yang menarik dalam podcast tersebut sering kali diwarnai dengan perdebatan, dimana masing-masing pihak mengklaim ajaran agamanya sebagai yang benar. Nyatanya perdebatan tentang karya kasih Allah tidak hanya terjadi di zaman sekarang saja. Tuhan Yesus dan para murid semasa hidup juga mengalaminya. Lantas apa yang Ia lakukan? Baiklah, jika kita belajar lebih dalam terkait hal tersebut melalui bahan PA hari ini.
Penjelasan Teks:
Perikop ini menceritakan tentang sidang yang mengadili Petrus dan Yohanes di hadapan Mahkamah Agama yang dipimpin oleh para pemimpin Yahudi, tua-tua dan ahli-ahli Taurat (Ay. 5) karena mereka berkhotbah tentang Yesus Kristus dan mengadakan mukjizat dalam nama-Nya. Hal ini dituduhkan kepada mereka sebagai suatu kejahatan.
Ada dugaan pengadilan yang diadakan bagi Petrus dan Yohanes adalah pengadilan luar biasa, yang sengaja diadakan untuk perkara ini. Pelaksanaan sidang (Ay. 5) – Pada keesokan harinya – bukan di malam hari, seperti ketika Kristus diadili di hadapan mereka. Tampaknya mereka tidak begitu berapi-api menyampaikan dakwaan seperti dulu. Mereka menangguhkan sidang sampai keesokan harinya, tetapi tidak lebih lama dari itu, sebab mereka sudah tidak sabar hendak membungkam rasul-rasul itu dan tidak ingin kehilangan waktu.
Tempat sidang diadakan di Yerusalem (Ay. 6). Kristus mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa di sanalah mereka akan mengalami penderitaan sama seperti yang sebelum itu dialami-Nya di tempat itu di hadapan mereka.
Para hakim di pengadilan, mereka adalah pemimpin-pemimpin, tua-tua dan ahli-ahli Taurat (Ay. 5). Para ahli Taurat adalah orang-orang yang terpelajar. Mereka datang untuk berbantah-bantah dengan para rasul dan ingin menyangkal pengajaran mereka. Para pemimpin dan tua-tua itu orang-orang yang berkuasa, yang apabila tidak sanggup membantah para rasul, mereka berpikir bisa menemukan satu cara lain untuk membungkam mereka. Seandainya Injil bukan berasal dari Allah, Injil itu juga tidak akan dapat diwartakan secara luas. Di sini kita melihat nama Hanas dan Kayafas, kedua pemimpin dalam perkara penganiayaan ini. Hanas adalah pemimpin Mahkamah Agama, sedangkan Kayafas adalah imam besar (walaupun di sini Hanas juga dipanggil demikian), merangkap ketua gedung pengadilan. Sepertinya Hanas dan Kayafas memegang jabatan sebagai imam besar secara bergantian dari tahun ke tahun. Kedua orang inilah yang paling bersemangat menentang Kristus.
Petrus dan Yohanes dikenai dakwaan (Ay. 7). Pertanyaan yang mereka ajukan kepada rasul-rasul itu adalah, “Dengan kuasa manakah atau dalam nama siapakah kamu bertindak demikian itu? Dengan wewenang apakah kamu melakukan hal-hal ini?” (pertanyaan sama yang pernah mereka ajukan kepada Yesus, Mat. 21:23), “Siapa yang mengutus-Mu memberitakan pengajaran seperti ini dan memberi-Mu kuasa melakukan mukjizat seperti ini? Engkau tidak menerima jaminan atau izin dari kami, dan oleh sebab itu harus menjelaskan kepada kami dari mana engkau memperoleh jaminanmu itu.”
Jawab Petrus dan Yohanes : Jawaban ini disampaikan kepada mereka oleh Roh Kudus, yang dalam kejadian ini semakin tampak dalam diri Petrus. Dengan maksud yang kudus mereka mengabaikan keselamatan diri sendiri dan bersedia memberitakan Kristus seperti yang pernah diperintahkan-Nya kepada mereka untuk dilakukan bila ada dalam keadaan seperti ini. Petrus menghadapi para hakim pengadilan itu dan menyebut mereka pemimpin-pemimpin umat dan tua-tua Israel. “Kalian adalah pemimpin dan tua-tua, yang seharusnya mengetahui lebih banyak perihal tanda-tanda zaman dibanding orang lain dan tidak menentang hal yang seharusnya kalian terima dan majukan melalui kewajiban kedudukan kalian, yakni hal Kerajaan Sang Mesias. Kalian adalah para pemimpin dan tua-tua Israel, umat Allah, dan jika kalian menyesatkan mereka dan membuat mereka melakukan kesalahan, maka banyaklah yang harus kalian pertanggungjawabkan.”
Dengan gamblang Petrus menyatakan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah dalam nama Yesus Kristus (Ay. 9-10). Petrus membenarkan apa yang telah diperbuatnya bersama Yohanes itu dalam menyembuhkan orang lumpuh itu. “Sekarang, jika kami harus mempertanggungjawabkan kebajikan ini, tidak ada alasan bagi kami untuk merasa malu (1 Ptr. 2:20; 4:14, 16). Biarlah mereka yang membawa kami ke dalam masalah menjadi malu.” Petrus mengalihkan semua pujian dan kemuliaan dari kebajikan ini kepada Yesus Kristus. “Oleh Dialah, bukan oleh kuasa kami sendiri, orang ini disembuhkan.” Ia justru mendakwa hakim-hakim itu, bahwa merekalah yang telah membunuh Yesus ini, “Dialah yang telah kamu salibkan, dan coba kita lihat bagaimana kalian akan menjawabnya.” Tujuannya adalah untuk menuntun mereka percaya kepada Kristus (sebab itulah yang menjadi tujuannya).
Petrus membuktikan kebenaran kebangkitan Kristus sebagai kesaksiannya yang paling kuat untuk melawan para penganiayanya. “Mereka menyalibkan Yesus, tetapi Allah membangkitkan Dia dari antara orang mati. Mereka mengambil nyawa-Nya, tetapi Allah mengembalikan nyawa-Nya kepada-Nya. Perlawanan kalian terhadap kepentingan-Nya tidak akan berhasil.” Ia memberitakan semua ini di hadapan semua orang yang hadir, supaya mereka nanti mengulangi pernyataan itu kepada semua tetangga mereka.
Bahwa dengan nama Yesus dan kuasa-Nya mereka bertindak adalah satu-satunya nama yang dapat menyelamatkan kita semua. Dari sini Petrus mengalihkan pembicaraan untuk menunjukkan bahwa ia tidak ingin membentuk sekte atau golongan tertentu melalui pengajaran yang mereka sampaikan dan mukjizat yang mereka adakan itu. Hanya melalui Kristus dan nama-Nyalah segala kebaikan yang perlu bagi keselamatan kita dapat diharapkan dari Allah. Inilah kehormatan yang ada di dalam nama Kristus, yaitu bahwa nama itu sajalah satu-satunya nama yang melalui-Nya kita diselamatkan, satu-satunya nama yang harus kita panggil saat kita datang dengan semua permohonan kita kepada Allah.
Hasil persidangan: Para imam tidak mampu membantah bahwa kesembuhan orang lumpuh itu merupakan kebajikan sekaligus mukjizat (Ay. 14). Dengan seluruh kemegahan dan kekuasaan mereka pun, para imam itu tidak sanggup mengalahkan Petrus dan Yohanes. Mereka mengetahui, bahwa keduanya orang biasa yang tidak terpelajar. Sekalipun begitu, bila berbicara tentang Mesias dan kerajaan-Nya, mereka mampu membicarakannya dengan begitu jelas, terang, dan meyakinkan, dengan mengutip Kitab Suci Perjanjian Lama yang berhubungan, sehingga hakim yang paling terpelajar pun tidak mampu membantah mereka atau berdebat dengan mereka.
Keberanian mereka dalam hal-hal ilahi sebenarnya sudah cukup untuk menunjukkan dari siapa mereka memperoleh pendidikan mereka. Orang-orang yang menjadi pengikut Yesus ditunjukkan dengan bergaul akrab dan bersekutu dengan Tuhan Yesus , mendengarkan perkataan-Nya, berdoa di dalam nama-Nya, memperingati kematian serta kebangkitan-Nya, dan harus menjaga perilaku hidup mereka dalam segala hal, supaya orang-orang yang bergaul dengan mereka bisa mengenal mereka sebagai pengikut Yesus.
Relevansi:
Melalui uraian di atas kita mendapati beberapa point penting :
- Kemampuan menjawab Petrus dan Yohanes bukan berasal dari diri mereka melainkan dari Roh Kudus, dan kesetiaan mereka mengikut Tuhan Yesus.
- Jawaban jelas, tegas, dan lugas yang disampaikan bukan dalam rangka “melawan” atau mencari kemenangan argumen, melainkan agar mereka yang menentang sekalipun menjadi percaya kepada Kristus. Fokus mereka adalah pada Injil.
- Karya penyelamatan Allah itu mewujud dalam hal yang nyata, seperti yang ditunjukkan dalam kesembuhan orang lumpuh. Kasih Allah bukan teori kosong belaka melainkan dapat dilihat, didengar, dan dirasakan.
Pertanyaan Untuk Didiskusikan:
- Pernahkan bapak, ibu dan saudara berdebat terkait iman Kristen, tidak harus dengan kepercayaan lain, bisa jadi dengan sesama Kristen beda denominasi, misal tentang cara baptis? Bisakah saudara ceritakan secara singkat?
- Jika saudara pernah mengalami perdebatan/ orang mempertanyakan tentang iman Kristen kepada saudara, bagaimana saat itu saudara menghadapinya?
- Setelah PA hari ini, berkaca dari sikap Rasul Petrus dan Yohanes di pengadilan Mahkamah Agama, apakah sikap saudara saat menghadapi situasi yang sama seperti yang dialami oleh Rasul Petrus dan Yohanes? [WE].
[1] Wanprestasi adalah istilah dalam hukum perdata yang merujuk pada kondisi di mana salah satu pihak dalam suatu perjanjian atau kontrak gagal memenuhi atau melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang telah disepakati. Dimana pihak yang dirugikan berhak untuk menuntut ganti rugi, membatalkan perjanjian, atau meminta pelaksanaan kewajiban secara paksa.