Pemahaman Alkitab Oktober 2025

1 September 2025

Pemahaman Alkitab (PA) Bulan Oktober 2025 (I)
Bulan Ekumene

Bacaan: 2 Raja-raja 5 : 1 – 3, 7 – 15
Tema Liturgis: Membudayakan Persaudaraan Sejati
Tema PA: Biarlah Ia Datang Kepadaku supaya Ia Tahu bahwa Ada Seorang Nabi di Israel

Pengantar:
Fanatisme kepada Tuhan sangatlah dibutuhkan sebagai modal beragama, namun jika fanatisme tersebut disertai dengan sikap eksklusif dan radikal justru akan membawa dampak yang tidak baik. Bukan saja merugikan orang lain, tetapi juga akan merugikan diri sendiri. Sebagai contoh di suatu wilayah tertentu ada sekelompok minoritas yang ingin mendirikan rumah ibadah sebagai sarana bersekutu dan beribadah. Namun oleh kaum mayoritas di wilayah tersebut dilarang bahkan pelarangan tersebut disertai dengan ancaman kekerasan. Dampak yang muncul, kaum minoritas merasa tidak memiliki kebebasan beragama dan bersekutu. Bagi kaum mayoritas, mereka akan dicap sebagai penganut agama yang tidak toleran dan cenderung sulit untuk bergaul dengan panganut agama lain. Dan bagi masyarakat umum tidak ada lagi sikap saling menghargai dan muncul kecurigaan-kecurigaan di tengah masyarakat.

Lalu bagaimana dengan kita sebagai orang Kristen di masa sekarang ini? Masa dimana tindakan-tindakan intoleran jamak terjadi di tengah sesama anak bangsa. Pada kesempatan saat ini kita akan belajar dari kitab Perjanjian Lama, khususnya pada 2 Raja-raja 5:1-3, 7-15, yang mengisahkan interaksi antara bangsa Israel sebagai representasi umat Allah dengan bangsa Aram sebagai “bangsa lain”. Dan bagaimana Elisa sebagai nabi Allah menyikapi interaksi tersebut? Marilah kita belajar melalui kisah tersebut untuk menjadi modal kita dalam kehidupan yang plural ini.

Penjelasan Teks:
Mengawali pembelajaran kita terhadap interaksi antara Israel dan bangsa lain dalam perikop ini, marilah kita membayangkan situasi pada masa saat Elisa hidup. Kita ketahui bahwa di masa-masa Israel kuno, bangsa tersebut selain sebagai bangsa yang dikasihi oleh Allah, mereka juga sebagai bangsa yang sering melanggar perintah Allah. Dampak dari hal tersebut, bangsa Israel sering mengalami penghukuman dari Allah. Dan salah satu bentuk penghukuman Allah atas bangsa Israel ialah peperangan dengan bangsa-bangsa lain, yang tidak jarang peperangan tersebut menimbulkan kerugian bagi Israel, yaitu kehancuran dan perpecahan bangsa Israel.

Salah satu bangsa lain yang juga berperang dengan Israel ialah Kerajaan Aram (dikisahkan dalam 1 Raja-raja 20). Bahkan Benhadad, raja Aram, pernah merampas harta dan istri serta anak-anak Ahab raja Israel (1 Raja-raja 20:3). Hal ini menjelaskan bahwa hubungan politik antara Israel dan Aram sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Tentunya dari pihak yang kalah, Israel menyimpan rasa benci yang mendalam. Namun di sisi lain Israel memiliki kekuatan batin, dengan imannya bahwa merekalah bangsa yang dikasihi dan dipilih oleh Allah Yahuwah (TUHAN). Sedangkan bangsa Aram bukanlah bangsa yang mengenal Allah Yehuwah (TUHAN), namun mereka “hanya sebatas” alat Allah untuk mendidik Israel agar kembali kepada jalan yang benar.

Dalam situasi politik yang demikian, ada suatu kejadian yang menarik, yaitu salah satu tokoh penting kerajaan Aram memiliki penyakit kusta, yaitu Naaman, seorang panglima perang kerajaan Aram (2 Raja-raja 5:1). Kita tahu bahwa penyakit kusta bukanlah sebatas penyakit biasa, namun dinilai juga sebagai hukuman/kutukan dari Allah, sehingga orang yang memiliki penyakit kusta akan dikucilkan, karena dianggap merusak kekudusan/ketahiran orang lain, apalagi orang Israel sebagai bangsa pilihan Allah.

Di tengah kondisi Naaman yang sedang sakit kusta ini, ia menerima saran dari hamba istrinya (seorang Israel) untuk datang ke Samaria dan meminta penyembuhan dari nabi Elisa (Ay. 3). Mungkin dikarenakan ia sudah berupaya mencari kesembuhan dari tempat lain namun belum mendapatkan hasil, sehingga ia mau datang kepada nabi Elisa untuk disembuhkan.

Diawali dengan pemberian surat pengantar dari raja Aram, Naaman dengan penuh pengharapan mendapatkan kesembuhan datang ke Samaria. Ada dua respons yang berbeda dari permintaan raja Aram terhadap kesembuhan Naaman. Pertama, raja Israel mengoyakkan pakaiannya dan berseru kepada Allah. Dapat disimpulkan bahwa hal tersebut menjadi bukti penolakan terhadap keinginan Naaman. Apakah yang menjadikan raja Israel menolak permintaan Naaman panglima raja Aram? Tidak dijabarkan secara mendalam. Kemungkinannya ialah bahwa ia ingin menjaga kekudusan Israel dengan menolak kehadiran orang yang sakit kusta (Ay. 7). Belum lagi yang meminta seseorang dari kerajaan Aram yang nota bene memiliki hubungan yang tidak baik Israel. Kedua, Elisa sebagai seorang nabi dan imam agama dari orang Israel dengan jelas dan tegas menegur raja Israel atas penolakannya. Ia berargumentasi jika Naaman mau datang kepadanya dan mendapatkan kesembuhan, maka Naaman pun dapat membuktikan bahwa di Israel ada kuasa Allah dalam diri seorang nabi (Ay. 8).   

Setelah Naaman mendapatkan lampu hijau dari Elisa, Naaman pun pergi ke rumah Elisa. Pada kenyataannya, ketika Naaman sudah sampai di depan pintu rumah Elisa, ia tidak ditemui oleh Elisa. Elisa hanya menggunakan perantara pelayannya untuk menyampaikan pesan agar Naaman mandi tujuh kali di sungai Yordan (Ay. 10). Tentunya sikap Elisa ini menimbulkan kemarahan bagi Naaman. Hal ini menggambarkan bahwa meskipun Elisa berkenan menerima Naaman untuk datang kepadanya dan mendapatkan kesembuhan, namun di sisi lain secara simbolis ia pun masih menjaga kekudusan dirinya sebagai representasi seorang nabi Israel. Sehingga ia tetap menjaga jarak dengan Naaman yang sedang sakit kusta itu, penyakit yang diidentikan dengan dosa dan kutukan Allah.

Singkat cerita setelah arahan Elisa dilakukan oleh Naaman, dengan mandi tujuh kali di sungai Yordan, maka sembuh dan tahirlah Naaman. Saking senangnya ia karena kesembuhan tersebut, ia datang kembali ke Elisa dan berkata: “Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel. Karena itu terimalah kiranya suatu pemberian dari hambamu ini!” (Ay. 15). Hal ini membuktikan pernyataan Elisa, bahwa kesembuhan Naaman ini berdampak bahwa bukan saja Naaman dan pasukannya mengerti bahwa ada seorang nabi di Israel, tetapi juga ada pengakuan bahwa hanya ada satu Allah yang paling berkuasa, yaitu Allah Israel.

Relevansi:
Melalui penjabaran di atas, kita dapat merenungkan beberapa hal, yaitu:

  1. Sejauh apapun perbedaan kita dengan sesama kita, suatu saat kita pun akan membutuhkannya.
  2. Kadang kala kita memiliki sikap eksklusif yang menyebabkan orang lain segan dan enggan datang kepada kita. Hal ini berdampak orang tidak akan dapat mengenal kita secara lebih mendalam, apalagi dengan Tuhan yang kita sembah.
  3. Kesengsaraan dan kesusahan yang disebabkan oleh orang lain, tidak seharusnya menjadi halangan bagi kita untuk tetap memberikan pertolongan bagi orang yang membutuhkan.

 Pertanyaan Untuk Didiskusikan:

  1. Bagaimana pendapat saudara mengenai sikap Elisa saat Naaman datang kepadanya sebelum disembuhkan/ditahirkan?
  2. Tidak bisa dipungkiri bahwa di tengah kehidupan yang plural ini, terjadi juga gesekan dan konflik atas nama perbedaan agama. Namun bagaimana sikap saudara saat menghadapi konflik tersebut? (Jawablah dengan melihat contoh keadaan yang pernah saudara alami). [PY].

Pemahaman Alkitab (PA) Bulan Oktober 2025 (II)
Bulan Ekumene

Bacaan: Matius 10 : 5 – 15
Tema Liturgis: Membudayakan Persaudaraan Sejati
Tema PA: Damai Sejahtera bagi Mereka yang Menerima-Nya

Pengantar:
Di setiap penugasan dalam sebuah pekerjaan tentunya ada aturan dan tujuan yang mendasari. Karena jika hal tersebut tidak disampaikan/dituliskan maka akan terjadi kebingungan dari si penerima tugas. Begitu pula dalam menjalankan tugasnya bisa jadi akan melakukan kesalahan karena melanggar batasan-batasan yang seharusnya. Begitu juga dalam catatan sejarah dalam bacaan kita hari ini. Saat Tuhan Yesus mengutus kedua belas rasul-Nya, Ia memberikan arahan yang sangat jelas. Oleh sebab itu, marilah kita renungkan bersama dalam PA hari ini.

Penjelasan Teks:
Bacaan kita adalah sebuah arahan strategi pemberitaan pertobatan yang ditata oleh Tuhan Yesus bagi murid-murid-Nya. Ada beberapa hal yang tertuang dalam arahan Tuhan Yesus tersebut. Pertama, kepada siapa mereka harus pergi dan memberitakan (Ay. 5-6). Yaitu kepada domba-domba yang hilang dari bangsa Israel. Istilah domba-domba yang hilang ini, menunjuk kepada orang-orang Yahudi keturunan Israel yang sudah tidak hidup dalam iman dan tingkah laku yang benar. Hal ini dipertegas dengan kalimat larangan untuk datang kepada bangsa lain, termasuk orang Samaria. Sepertinya misi Tuhan Yesus kali ini lebih eksklusif kepada bangsa keturunan Israel, dengan pertimbangan bahwa giliran bagi bangsa lain di luar Israel akan datang. Atau bangsa Israel saat itu menjadi prioritas karena laku keberdosaan mereka sudah terlanjur berat.

Kedua, selain tujuan yang ditargetkan untuk mendapatkan pelayanan pemberitaan pertobatan, Tuhan Yesus juga menjelaskan apa yang harus dilakukan para murid saat mereka berada di tengah “target pelayanan dan kesaksian”, yaitu 1) Memberitakan Kerajaan Sorga sudah dekat, dan 2) Menyatakan mukjizat bagi yang sakit maupun yang mati (Ay. 7-8). Melalui dua hal tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa selain sebuah pewartaan dan seruan untuk bertobat, umat Israel pun akan mendapatkan pelayanan yang maksimal dari para rasul, yaitu pemulihan dari penderitaan-penderitaan yang dialami. Hal ini adalah sesuatu yang sangat luar biasa ajaib dan menarik, karena selain bimbingan rohani mereka juga mendapatkan pemulihan dan pemenuhan kebutuhan jasmaninya.

Ketiga, Tuhan Yesus pun memberikan beberapa peraturan kepada para murid di dalam menjalankan tugas kesaksian dan pelayanan mereka, yaitu: Larangan untuk membawa perbekalan dalam bentuk apapun. Hal ini dikarenakan mereka yang menerima mandat Tuhan Yesus layak untuk mendapatkan upah (Ay. 9-10). Mungkin yang dimaksud adalah pemenuhan dasar mereka (makan-minum dan tempat tinggal) akan didapati di tempat mereka menginap, yaitu orang-orang yang dituju (Ay. 11). Hal ini tentunya sebuah ujian tersendiri terhadap iman para murid dalam mematuhi perintah. Karena sebagai manusia normal, mereka pun tidak bisa lepas dari kekhawatiran atas kehidupannya.

Keempat, sebuah antisipasi dan konsekuensi dari pelayanan mereka. Maksudnya adalah prosedur bagaimana jika ada orang-orang yang menerima atau menolak kehadiran mereka. Jika ada sebuah keluarga yang mau menerima salam mereka dan mempersilakan masuk, maka keluarga tersebut pun akan mendapatkan “salam” tersebut. Salam yang dimaksud bukan sebatas sapaan saat berjumpa, namun salam juga sebuah doa yang diberikan (Ibrani: “Shalom Aleichem”= Damai kiranya menyertaimu). Sebaliknya jika ada yang menolak kehadiran mereka dan tidak mau mendengarkan peringatan tentang Kerajaan Sorga, maka para murid harus meninggalkan tempat itu. Konsekuensi yang akan mereka terima ialah penghukuman yang melebihi Kota Sodom dan Gomora pada zaman Lot (Ay. 12-15).

Relevansi:
Melalui penjabaran bacaan di atas, pada saat ini kita mendapatkan empat pembelajaran:

  1. Selain kita memberitakan kabar sukacita dan keselamatan kepada orang yang belum mengenal Tuhan Yesus, kita pun bertanggungjawab atas kesetiaan dan pertobatan sesama umat Kristen. Diakui atau tidak, kadang kita bersikap acuh kepada saudara seiman kita yang sedang jauh dari Tuhan atau sedang bergumul atas keberdosaannya. Memang sangat tipis sekali dengan pandangan ikut campur kehidupan orang lain, namun kita tetap dituntut untuk saling menjaga dan mengingatkan.
  2. Kesaksian dan pelayanan kita, sejatinya bukan sebatas sesuatu hal yang rohani saja. Kadangkala saudara-saudara kita jatuh dalam dosa dikarenakan keadaan ekonomi (kebutuhan jasmani) yang kurang. Di sinilah kita belajar tentang pelayanan yang holistik, bukan saja memikirkan surga yang ada di langit, tetapi bagaimana menghadirkan sifat-sifat kerajaan surga di dunia.
  3. Tidak dapat dipungkiri sebagai manusia kita pun memiliki kekhawatiran dalam menjalani kehidupan kita. Sehingga tidak jarang membatasi kita untuk turut berpelayanan (misal: Beberapa orang menolak dicalonkan menjadi Pentua-Diaken Jemaat dengan alasan sibuk dalam bekerja/mencari nafkah). Melalui perikop yang kita baca hari ini, kita kembali belajar bahwa Tuhan Yesus sudah menata setiap hal yang kita butuhkan, sehingga tidak ada lagi alasan berkaitan kekhawatiran kita atas pemenuhan kebutuhan jasmani saat kita turut berpelayanan.
  4. Tentunya kita tidak bisa mengontrol pemikiran dan pandangan orang lain kepada kita. Begitu pula berkaitan sikap orang lain atas keberadaan dan pelayanan kita. Namun kita belajar bahwa kita harus tetap melakukan tugas pelayanan yang diberikan kepada kita dengan baik. Jika memang pelayanan kita ditolak, maka itu bukan lagi bagian dari kita. Namun sebaliknya jika pelayanan kita diterima, kita percaya bahwa Tuhan pun akan memberikan berkat damai sejahtera. Baik kepada kita maupun kepada orang yang kita layani.

Pertanyaan Untuk Didiskusikan:

  1. Sejauh pemahaman saudara, bagaimana penilaian saudara saat Tuhan Yesus secara eksklusif memberitakan berita Kerajaan Surga hanya kepada keturunan bangsa Israel? Dan apakah hal tersebut tetap berlaku pada zaman sekarang?
  2. Sebutkan dan jelaskan wujud pelayanan dan kesaksian kita, baik kepada sesama orang Kristen maupun kepada di luar orang Kristen agar mereka dapat mengenal dan menerima keselamatan sorgawi! [PY].

Renungan Harian

Renungan Harian Anak