SEPTEMBER I
Bacaan: Yeremia 17: 1-8.
Tema : Firman Allah Mendasari Sikap dan Tindakan Umat
Penjelasan Teks
Dosa dari Yehuda telah tertulis dengan pena besi
Sejumlah ucapan-ucapan ini memperlawankan orang Israel yang sejati dengan yang palsu. Dosa itu mulai dari dalam hati, dan kesalahan Yehuda tak dapat diingkari (ay. 1). Karena dosanya itu mereka akan dihukum (ay. 2-4). Orang fasik percaya kepada manusia dan dikutuk (ay. 5-6), sedangkan orang yang benar atau percaya kepada Allah dan masa depannya akan dijamin oleh Allah. (ay. 8, dan lihat Mazmur 1: 1 dst).
Ayat 9-10 kembali kepada karya misterius di hati manusia, dan menyatakan bahwa hanya Allah yang dapat menyelidiki jalannya yang tidak terduga itu (ay. 10). Sebuah contoh dari jalan yang tidak terduga adalah orang yang mencari kekayaan dengan cara yang tidak jujur (ay. 11 dan lihat Lukas 12: 13-21). Pengamatan nabi Yeremia mengenai hati manusia diakhiri dengan sebuah pernyataan kutukan bagi mereka yang meninggalkan Allah.
Pengakuan ketiga Yeremia
Pengakuan ini hendaknya ditafsirkan dalam terang pengamatan Yeremia mengenai karya misterius dari hati manusia yang disebut dalam 17: 5-10. Seperti dalam pengakuan yang pertama dan kedua, Yeremia memohon kepada Allah untuk menyembuhkannya (ay. 14), untuk memperhatikan cemoohan dan hujatan musuh-musuhnya (ay. 10), dan untuk mengingat bagaimana ia tidak menekankan kehancuran musuh-muuhnya (ay. 10). Tentu saja ia berdoa agar musuh ini dan bukan dirinya sendiri dipermalukan (ay. 17-18), karena hanya dengan demikian akan tampak bahwa Allah adalah Allah yang adil.
Pertanyaan untuk digumuli
Apakah Anda sadar bahwa Ibadah Anda selama ini merupakan Ibadah yang sejati? Jika tidak apa upaya Anda untuk merubahnya agar menjadi Ibadah yang sejati?
Pdt. Didik Prasetyoadi Mestaka
—
SEPTEMBER II
Bacaan : Markus 11: 12-25
Tema : Firman Allah Mendasari Sikap dan Tindakan Umat
Penjelasan Teks
Kutukan terhadap pohon ara dan pembersihan Bait Allah
Dibaca sekilas, kisah Yesus dengan pohon ara (ay. 12-14 dan 20-21), merupakan kisah yang paling aneh dalam Injil. Tidaklah sesuai dengan sifat Yesus untuk mengutuk pohon ara hanya karena tidak menghasilkan buah. Lagi pula, jika maksud memasukkan rincian bahwa “waktu itu bukan saatnya berbuah” (ay. 13). Yesus tampak lebih tidak masuk akal lagi, dan kejadian itu menjadi lebih sukar dipahami.
Dua kunci diperlukan untuk menguraikan kisah yang aneh ini. Pertama, pembaca Injil Markus hendaknya ingat bahwa pohon ara adalah gambaran yang lazim dalam Pejanjian Lama untuk bangsa Israel, misalnya Hosea 9: 10. Maka, kutukan Yesus terhadap pohon itu melambangkan kemarahan-Nya terhadap bangsa Israel. Akan tetapi mengapa Yesus mengutuk Isarel pada drama Injil ini? Ingat, bahwa orang-orang baru saja menyambut-Nya dengan meriah di Yerusalem.
Kunci kedua, untuk memahami bagian ini adalah konteksnya yang langsung, yang mengungkapkan kemarahan Yesus yang mengusir para pedagang dan pembeli di halaman Bait Allah. Mereka telah mengotori apa yang dimaksudkan sebagai “rumah sembahyang untuk segala bangsa diubah menjadi sarang penyamun” (ay. 17, mengutip dari Yesaya 56: 7). Akhirnya pembaca Injil Markus dapat melihat mengapa Ia menggabungkan kutukan pohon ara dengan pembersihan Bait Allah. Pohon ara yang kering melambangkan sisi tak berbuahnya ibadat bangsa Israel pada zaman Yesus.
Bagian ini mungkin menantang pembaca Injil Markus untuk mengevaluasi kedalaman iman mereka. Berlawanan dengan upacara lahiriah dari Bait Allah lama, Markus mengharapkan bahwa mereka hendaknya memiliki iman yang dalam terhadap Allah, yang dapat memindahkan gunung itu (ay. 22-23). Dalam ay. 23-24, Yesus menggunakan bahasa yang berlebihan untuk mengatakan bahwa berkat iman dan doa, umat-Nya akan dapat melakukan hal-hal yang tampaknya mustahil, maupun juga menerima apa yang mereka minta dalam doa. Ingat, gambaran yang berlebihan semacam itu dalam Markus 10: 23.
Yesus dan Gereja Perdana yakin terhadap kuasa doa yang tidak terbatas. Tampaknya satu-satunya yang tidak diharapkan oleh pembaca Injil Markus dalam doa adalah dibebaskan dari ambil bagian dalam jalan penderitaan Yesus.
Markus menutup gambaran mengenai kesalehan sejati dengan mengatakan bahwa barang siapa yang berdoa untuk pengampunan bagi mereka yang telah menghina mereka sebagai balasan akan diampuni oleh Bapa yang di sorga (ay. 25).
Pertanyaan untuk digumuli
Bagaimana kalau kita mengutuk seseorang dalam hidup ini? Diperbolehkan atau tidak? Coba jelaskan pendapat Anda? Bagaimana Anda bersikap menghadapi orang yang memusuhi Anda?
Pdt. Didik Prasetyoadi Mestaka