AGUSTUS I
Bacaan : Keluaran 16 : 1 – 15
Tema : Kekuatan Iman membangun GKJW
Isi Perikop
Enam ratus ribu orang Israel dewasa tidak terhitung anak-anak meninggalkan Mesir (Kel. 12:37). Firaun menyesal membiarkan mereka pergi dan kemudian mengajak rakyatnya bersama dengan para perwira dan 600 tentara berkuda mengejar mereka. Orang-orang Yahudi memberontak dan menangis kepada Musa, “Apakah tidak ada kuburan di Mesir? Kenapa kau membawa kita ke sini untuk mati di padang gurun?” The Yam SOOF, Laut Merah (biasanya salah menerjemahkan sebagai Laut Merah) terbelah dua, orang-orang Israel dapat menyeberang. Ketika orang Mesir mengejar sampai ke tengah, laut kembali menyatu dan menenggelamkan mereka. Musa dengan para laki-laki dan Miriam dengan wanita -masing secara terpisah- menyanyikan pujian syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa.
Mereka tiba di Mara dan mengeluh atas air pahit. Musa melemparkan pohon tertentu di dalam air untuk membuatnya dapat diminum dan terasa manis. Yang Mahakuasa kemudian memberitahu orang Israel, “Jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan apa yang benar di mata-Nya, dan memasang telingamu kepada perintah-perintah-Nya dan tetap mengikuti segala ketetapan-Nya, maka Aku tidak akan menimpakan kepadamu penyakit manapun, yang telah Kutimpakan kepada orang Mesir; sebab Aku Tuhanlah yang menyembuhkan engkau.”(Kel 15:26)
Kemudian Israel bersungut-sungut kekurangan makanan di gurun Sin; Allah menyediakan puyuh dan manna (porsi ganda diberikan pada hari keenam untuk dapat merayakan hari Sabat. Dalam perkembangan selanjutnya setiap merayakan Sabat orang Yahudi menyiapkan roti ganda (challahs) untuk memperingati manna porsi ganda). Musa kemudian mengajarkan tentang hukum-hukum Shabbat dan memerintahkan untuk semua orang Israel merayakannya. Di Rafidim, mereka memberontak lagi karena kehabisan air. Allah memberitahu Musa untuk memukul batu yang kemudian mengeluarkan air. Akhirnya, bagian ini diakhiri dengan perang melawan orang Amalek dan perintah untuk “melenyapkan ingatan kepada Amalek dari kolong langit.”
Pendalaman Pemahaman
- Meski di awal kitab Kejadian telah dinyatakan adanya hari perhentian (hari ke tujuh: Kej. 2:3), kesadaran untuk memelihara hari Sabat dan mengkuduskannya baru terjadi sesudah keluaran dari tanah Mesir secara khusus pada peristiwa Manna. Bahwa semua makanan pada akhirnya berasal dari Allah.
Mereka ratusan tahun membangun kemegahan Mesir. Mereka dapat melihat hasil nyata hasil kerja kerasnya, kemajuan peradaban yang dicapai namun tidak menerima manfaat sesuatupun dari itu dan membuat mereka semakin terasing dari Allah. Bahwa sesuatu yang dilakukan tanpa ada kemitraan dengan Allah berakhir dengan kesia-sian.
Pertanyaan :
- Sebutkan jenis perbudakan modern yang menghalangi/membelenggu kita untuk datang memenuhi panggilan Tuhan, baik itu beribadah maupun kesediaan menjadi pelayan Tuhan?
- Pengalaman padang gurun seperti apa yang dapat membebaskan kita untuk mendekat kepada Allah (lihat Kel 10:26)?
Berikan kesempatan beberapa kesaksian warga/pinisepuh yang telah dengan setia menerima panggilan Tuhan dan sedia melayani Tuhan dan gerejaNya sampai dengan saat ini?
- Kurangnya keyakinan diri dan kerendahatian palsu membawa keraguan besar dan membuat seseorang setengah hati mengupayakan suatu kebaikan. Mudah menyalahkan pihak lain atas sebuah kegagalan tetapi terlalu mudah membenarkan diri saat mengalami kegagalan.
Mesir dengan keadaan porak-poranda sesudah 10 tulah, hanya membawa 600 tentara berkuda vs Israel dengan 600.000 orang bersenjata (Kel 13:17-18) dan terucap, “Apakah karena tidak ada kuburan di Mesir, maka engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini?” (Kel 14:11) atau “Sebab kamu membawa kami keluar ke padang gurun ini untuk membunuh seluruh jemaah ini dengan kelaparan.”(kel 16:3)
Pertanyaan :
- Risalah beberapa tonggak sejarah pelayanan GKJW (versi penulis) dan beberapa komentar pesimisme….
- 11 Desember 1931 Lahirnya GKDW (GKJW)
- Mengapa begitu cepat ingin mandiri, kita masih butuh bantuan Zending Belanda membimbing kita…Apa kita sudah mampu mengelola sendiri…
- Mengapa jadi 1 sinode…nanti yang membiayai pegawai sinode siapa …untuk kebutuhan jemaat saja sulit mencarinya apalagi harus melu nyengkuyung kebutuhan sinode
- 1942-1945 Penyatuan kembali GKJW (PK Pembangunan GKJW 6-8-1946)
- Ikut Belanda apa ikut Jepang atau ikut Revolusi?
- Golek slamet dhewe-dhewe wae, sing penting mana yang aman dan lebih menguntungkan?
- 1987 –2016 GKJW berprogram PRKP-PKP
- Kemelipen cita-citane …
- Kaya negara wae nggawe GBHN karo Pelita..
- Banyak program akhire Jadi tambah banyak setorannya ke Sinode
- 1996 GKJW menetapkan Tata dan Pranata
- Kakean aturan apa ya iso nglakonine
- Pranata buatan manusia, hanya Alkitab yang paling penting…
(dhasare males sinau lan wegah memberlakukan dengan sungguh-sungguh/nyatakne)
- 2017…PPJP-PPJM – Mandiri dan Menjadi Berkat
- Sentralisasi 30 % ….kok akeh ya…jemaat bisa tambah dadi kere, sing sugih sinode ne
- Dhuwit terus…pelayanane (pendetane) gak di direformasi
- Mau dibawa kemana gereja ini?
Bagaimana komentar anda dengan tonggak perjalanan sejarah GKJW?
- Menurut anda apa yang bisa diwujudkan GKJW dengan kurang lebih 200 ribu jiwa dewasa (mohon maaf sensus litbang MA baru dilakukan Agustus tahun 2017 ini dan mohon dukungan semua warga) dengan segala potensi warga dan kekayaannya (tanah dan uang) yang dimilikinya? Dan pada bidang pelayanan mana anda dapat dan telah berpartisipasi?
Pdt. Patria Yusak
—
AGUSTUS II
Bacaan : Matius 8 : 1-13
Tema : Kekuatan Iman, Menguatkan kita Membangun GKJW
Penjelasan Teks
Pasal 8 menceritakan 5 mukjizat yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sesudah mengajar di atas gunung. Pengajaran Tuhan Yesus penuh kuasa/ wibawa melebihi ahli-ahli Taurat dan lebih dari itu dilaksanakan. Pada bagian perikop ini Tuhan Yesus menyembuhkan seorang penderita kusta dan hamba seorang perwira. Ada 3 hal yang penting dari perikop ini :
- Betapa besar kekuatan dan kekuasaan Tuhan Yesus Kristus
- Betapa Dia murah hati dan berbelas kasih kepada mereka yang menderita
- Anugerah iman kepada Tuhan Yesus Kristus yang olehnya kita diselamatkan
Selain 3 hal itu ada beberapa hal yang perlu kita cermati dari 2 kisah mukjizat ini:
- Cara Yesus menyembuhkan penderita kusta dengan menyentuh/menjamah
- Perintah Yesus agar si penderita kusta tidak memberitahu siapapun tetapi memeriksakan diri kepada para imam dan memberikan persembahan sesuai perintah Musa
- Kesediaan Tuhan Yesus menyembuhkan kelumpuhan hamba/anak yang dikasihi Perwira
- Cara penyembuhan dengan kata-kata/perintah seperti otoritas komandan kepada prajurit bawahannya
Mengapa ini menjadi perhatian karena dalam penafsiran tindakan Tuhan Yesus ini memiliki implikasi serius. Antara lain :
- Apakah Tuhan Yesus menerima stratifikasi (pembedaan) sosial masyarakat buatan agama Yahudi yang menganggap penderita kusta berkedudukan lebih rendah serta tidak merasa perlu untuk menghapus lembaga yang melestarikannya (imam-imam) meski melakukan penindasan/marginalisasi?
- Disebutkan dalam kisah hamba perwira disebut “pais” artinya “budak, anak laki-laki yang konotasinya punya hubungan khusus (gemblak/piaraan =jawa), atau pasangan gay) dari perwira tersebut. Apakah Tuhan Yesus setuju dengan hubungan intim sejenis pada masa itu (=kalau sekarang LGBT)?
- Meski Perwira itu mendapat simpati baik dari perbuatan amal yang dilakukannya (bdk. Di Luk 7:5) bukan berarti tindakannya yang pilih kasih pada hamba karena memiliki “hubungan khusus”, yang menurut norma budaya saat itu diterima tidak perlu dikritisi.
- Cara berpikir perwira dengan analogi adanya hirarkhi antara manusia yang secara normatif budaya dibenarkan, memiliki budak (doulos)-penguasaan seseorang atas sesamanya pada zaman itu apakah juga tidak ditolak oleh Tuhan Yesus Kristus?
Berangkat dari persoalan ini kita dapat mengungkap seberapa dahsyat transformasi oleh Injil pada sistem sosial-norma budaya masyarakat yang -kelihatannya- lumrah, wajar diterima bahkan oleh logika, sebenarnya mengandung unsur/potensi jahat yang perlu dikritisi bahkan ditolak oleh Kekristenan. Dalam surat Roma 12:2 dikatakan, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Iman bukan hanya pengakuan atas kedaulatan Allah, tetapi juga penolakan atas praktek hegemoni kekuasaan (struktur) atau norma masyarakat yang menindas, bahkan lembaga-struktur keagamaanpun tanpa terkecuali. Pada zaman Yesus sampai dengan sekarang sistem dominasi, imperialisme, perbudakan adalah sesuatu yang jahat dan penghinaan terhadap kasih Allah dan ancaman atas pemeliharaan dunia.
Tuhan Yesus menajiskan diriNya dengan menyentuh penderita kusta, Dia merendahkan diriNya dan menyamakan diri dengan mereka yang dihinakan. Tuhan Yesus melihat perbuatan kasih perwira kepada hambanya dengan menjadikan kedudukan dan kekuasaan dunia menjadi tidak begitu penting/diabaikan. Dan itulah yang dilakukan Tuhan Yesus Kristus untuk kita (Fil 2:8-10), Dia dinajiskan dan ditolak supaya kita dikuduskan dan diselamatkan oleh tubuh dan darah-Nya.
Materi PA: pilih!
- Carilah kliping, koran atau majalah tentang berita diskriminasi, marginalisasi, tindak kekerasan atau gambar illustrasi betapa sulitnya orang menerima sebuah keanekaragaman atau kemajemukan.
Diskusikan, apakah kita sering menilai persolan dari norma kita atau sudut pandang korban, misal malah lebih menyalahkan korban. Contoh: perempuan dilecehkan …. komentarnya “ya itu karena mereka berdandannya memancing untuk dilecehkan…” dan lain-lain.Kita mengingat dan prihatin atas tindakan seseorang atau sekelompok orang yang karena ketakutan berlebihan, intoleran, dan kurang paham akan sisi kemanusian yang utuh memperlakukan sesamanya yang berbeda baik itu jenis kelamin, suku, agama, ras, budaya, atau LGBT dengan tidak adil melalui kata-kata (hinaan, cemooh, ejekan) bahkan tindak kekerasan. Bahkan kerap kali itu dilakukan atas nama agama.
Dan betapa kemudian harga manusia menjadi begitu murah… (bdk. Yusuf (Kej 37:28), Amos 2:6,8:6; Yesus di jual (Mat 27:3).
Atau
- Bentuk pengajaran atau pembinaan seperti apa yang dapat membuat anak-anak kita dapat bertindak adil dan menerima, menghargai sebuah perbedaan?
Buat drama pendek keluarga dengan tema belajar menghargai perbedaan pendapat dan menerima kekurangan atau kelebihan anggota keluarga. Misalnya, cara membagi warisan (lihat pranata pewarisan GKJW dan bandingkan dengan budaya jawa dalam menentukan pembagian warisan).Hal ini (intoleransi) terjadi tidak secara spontan tetapi melalui proses induktif yang lama dan kemudian mengendap dalam pikiran menjadi sebuah cacat permanen kepribadian. Mereka sudah tidak bisa lagi melihat sesama manusia adalah sebagai gambar dan rupa Allah oleh karena pemahaman dan keadaan kodrati. Bahwa manusia berdosa adalah sasaran dari kasih Allah yang dinyatakan dalam karya dan teladan hidup Yesus Kristus.
Pdt. Patria Yusak