Pemahaman Alkitab (Pa) Oktober (I)
Bulan Ekumene
Bacaan: Kejadian 14 : 17 – 24
Tema Liturgis: GKJW Berekumene untuk Mewujudkan Keadilan Sosial bagi Kelompok Marginal
Tema PA: Merengkuh Seluruh Ciptaan
Pengantar:
Akhir-akhir ini muncul suatu kata yang unik di kalangan anak muda dalam media sosial mereka, yaitu circle (lingkaran). Kata circle ini merujuk pada suatu komunitas atau kelompok pertemanan anak-anak muda zaman sekarang. Di mana dengan kata ini, para anak zaman sekarang menentukan siapa yang menjadi bagian dalam kelompoknya dan siapa yang bukan menjadi bagian dalam kelompoknya. Mungkin bagi orang-orang dewasa saat ini lebih melekat dengan nama “geng”, yang kemudian diadopsi oleh komunitas-komunitas yang memiliki hobi yang sama. Seperti geng motor, geng sepeda gunung, geng mancing, dan geng-geng lainnya. Tapi bukankah hal ini sudah menjadi trend di kalangan anak muda zaman sekarang, mungkin biasa bagi kita namun justru berpotensi merusak keutuhan gereja Tuhan. Karena semakin banyak yang tersingkirkan, semakin banyak yang disingkirkan karena tidak sejalan dan tidak sepadan. Sehingga bukan lagi gereja Tuhan yang beragam (seperti kata Rasul Paulus dalam analogi gereja sebagai tubuh), tetapi menjadi gereja Tuhan yang sepaham dan sepadan. Jika relasi yang demikian tidak bisa diterapkan dalam kehidupan bergereja, lalu bagaimana relasi yang harus dimiliki oleh umat Tuhan? Mari kita belajar tentang relasi dari teks bacaan kita hari ini.
Penjelasan Teks:
Dalam teks kali ini, kita mendapati suatu kisah di mana Abraham telah selesai dalam perjuanganya melawan Kedorlaomer dan para raja yang bersama dengan Kedorlaomer. Perang yang dilakukan Abraham merupakan suatu upaya penyelamatan Lot dari Kedorlaomer. Jika kita membaca bagian ayat 1-16 kita akan tahu bagaimana Abraham berupaya untuk menyelamatkan Lot dari tangan Kedorlaomer. Kemenangan Abraham merupakan wujud nyata bagaimana Allah berada di sisi Abraham dan senantiasa menyertai perjuangannya.
Ketika ia pulang, ia disambut oleh Raja Sodom di lembah Syawe dan juga oleh Melkisedek Raja Salem. Kita akan melihat sikap yang berbeda dari kedua raja ini ketika menyambut kedatangan Abraham. Melkisedek menyambut Abraham dengan penuh sukacita dengan membawakan roti dan anggur. Terlebih ia juga memberkati Abraham. Abraham merespons dengan baik apa yang dilakukan oleh Melkisedek dengan memberikan sepersepuluh dari apa yang ia dapatkan pada waktu itu. Namun sambutan yang berbeda diberikan oleh Raja Sodom, dimana ia menginginkan para pejuang yang ada bersama-sama dengan Abraham. Abraham akan diberikan hak penuh atas harta yang telah dibawanya. Abraham memberi respons yang cukup mencengangkan, dimana ia melakukan perang dan membebaskan Lot bukan sekadar untuk harta. Bahkan dalam ayat 23, Abraham mengatakan “aku tidak akan mengambil apa-apa dari kepunyaanmu itu, sepotong benang atau tali kasut pun tidak, ….” Ini menunjukkan ketulusan perjuangan Abraham. Melalui bagian ini ditunjukkan bagaimana Abraham menjalin relasi dengan setiap orang di sekelilingnya. Abraham begitu menghargai setiap orang yang berjuang bersama dia dalam perang yang sudah dia lakukan. Dia memikirkan setiap orang yang ada di sekelilingnya (Ay. 24). Dia juga memperjuangkan hak-hak mereka terlebih memastikan setiap orang mendapatkan haknya. Sehingga terlihat Abraham melandasi relasinya dengan setiap orang di sekelilingya dengan kasih, yang pada akhirnya memunculkan empati. Sehingga dengan berani ia bisa membela para pejuang yang berjuang bersama dia untuk mendapatkan haknya.
Relevansi:
Di tengah gempuran circle atau geng, kita diajak untuk melihat Abraham pada saat ini. Di mana ia bisa merangkul dan menghargai setiap orang yang ada di sekelilingnya tanpa pandang bulu. Hal ini ditunjukkan ketika ia memperjuangkan hak-hak setiap orang yang berjuang bersama dia. Kita pun diajak juga menjadi manusia yang bisa merangkul, (atau jika boleh meminjam kosa kata Pdt. Hardian) merengkuh sesama dengan kasih. Karena kita dipanggil bukan untuk menyingkirkan sesama, tetapi kita dipanggil untuk merangkul sesama, hidup bersama, saling menerima, saling memahami, dan saling mengasihi.
Pertanyaan Diskusi:
- Apakah yang menjadi dasar Abraham sehingga dia bisa memperjuangkan hak para pejuang yang berjuang bersama dia?
- Tanpa kita sadari seringkali kita membentuk geng atau circle di gereja. Bukan circle tentang hobi, kesukaaan, si kaya dan si miskin, tetapi geng atau circle antara yang tua dengan yang muda atau anak-anak. Dimana pada akhirnya gereja hanyalah tentang yang tua dan yang muda, dan anak-anak menjadi bagian yang terpinggirkan. Seberapa banyak di antar kita yang sudah memiliki tempat ibadah yang memadai bagi anak-anak? Sarana apakah yang sudah menjawab kebutuhan anak-anak? Apakah yang bisa gereja lakukan untuk merengkuh anak-anak yang selama ini termarjinalkan?
- Berkaitan dengan bulan Ekumene, upaya apakah yang perlu kita lakukan untuk membangun kebersamaan dengan umat beragama lain/ lintas iman dalam membangun masyarakat yang cinta damai dan berkeadilan? [Roge].
Pemahaman Alkitab (Pa) Oktober (II)
Bulan Ekumene
Bacaan: 1 Korintus 7 : 1 – 9
Tema Liturgis: GKJW Berekumene untuk Mewujudkan Keadilan Sosial bagi Kelompok Marginal
Tema PA: Ngemong
Pengantar:
Momong/ngemong adalah kata kerja dalam bahasa Jawa yang berarti merawat dan mendidik. Kata ngemong sering dipakai untuk menjelaskan situasi dimana orang tua sedang merawat dan mendidik anak mereka. Sehingga dalam konsep ngemong, orang tua harus tegas, teguh dalam nilai, dan penuh kasih. Konsep ngemong tentang merawat dan mendidik tidak hanya berlaku bagi anak-anak saja, tetapi juga berlaku bagi gereja Tuhan. Di mana umat Tuhan diemong dalam komunitas gereja, supaya iman mereka bertumbuh dan pada akhirnya berbuah. Inilah yang dilakukan Paulus dalam bacaan kita hari ini. Paulus sedang ngemong jemaat Korintus dengan bersurat kepada mereka.
Penjelasan Teks:
Paulus mengirimkan surat kepada jemaat Korintus didasari suatu keadaan atau kondisi yang dirasa perlu untuk segera ditanggapi melalui surat. Surat ini digunakan Paulus sebagai sarana menggembalakan umat Tuhan dan dalam upaya menjaga keutuhan persekutuan. Supaya Jemaat Korintus dapat hidup seturut dengan firman Tuhan dan persekutuan tetap bertumbuh dan berbuah. Adapun hal yang mendasari Paulus mengirim surat kepada jemaat di Korintus antara lain :
- Jemaat Korintus memiliki rasa percaya diri yang tinggi sehingga mereka menjadi sosok yang superior (lebih dari yang lain) terutama dalam hal hikmat. Oleh karena itu, mereka menghalalkan segala sesuatu bahkan juga mulai memutar balikkan perkataan Paulus, terlebih mengenai hal berzinah.
- Jemaat Korintus memiliki pandangan yang keliru mengenai pernikahan dan mengenai arti tubuh. Karena pemahaman yang keliru tentang pernikahan dan mengenai arti tubuh, orang-orang di Korintus melakukan pembiaran pada perzinahan dan memandang rendah perkawinan.
- Munculnya golongan asekisme yang merupakan kelompok yang menyuarakan untuk hidup membujang sebagai bentuk mengasihi Tuhan. Bagi mereka hubungan seksual adalah suatu hal yang dianggap kurang baik. Namun di sisi lain kelompok asekisme ini juga melakukan perzinahan, sehingga sekalipun mereka menyuarakan tentang menjaga kekudusan diri dengan membujang, mereka sendiri melanggar apa yang mereka katakan.
Jemaat Korintus mengalami kekacauan yang disebabkan oleh kesalahpahaman dan upaya menghalalkan banyak hal yang tidak sesuai dengan pengajaran Kristus. Disinilah Rasul Paulus hadir menjadi penengah dengan memperbaiki pandangan dan pemahaman mereka, mengenai perkawinan dan seksualitas. Dalam pandangannya, Paulus tidak menentang sama sekali pandangan berkaitan dengan seksualitas (Ay. 3-4) karena Paulus menyadari realitas manusia yang memiliki hawa nafsu (Ay. 2, 9), kebutuhan seksual adalah suatu hal yang wajar (Ay. 9). Melalui suratnya Paulus memberi pemahaman kepada para golongan asekisme mengenai hidup membujang. Paulus tidak melarang setiap orang yang menunjukkan cinta kasihnya kepada Allah dengan cara menjaga kekudusan diri dengan membujang. Namun di saat yang bersamaan Paulus juga mengingatkan bahwa jika memang tidak bisa menjalani kehidupan seperti Paulus (selibat), maka mereka dianjurkan untuk menikah saja (Ay. 8-9). Kehidupan seperti Paulus adalah kehidupan membujang seutuhnya dan tidak melakukan perzinahan. Tidak seperti yang selama ini dipraktikkan oleh para kaum asekisme.
Relevansi:
Wujud Paulus ngemong sangat tampak dalam surat tanggapan yang ia berikan kepada jemaat Korintus berkaitan dengan situasi yang sedang terjadi. Paulus dengan tegas dan penuh kasih memberikan penjelasan kepada mereka mengenai seksualitas dan perkawinan. Supaya jemaat Korintus bisa kuat kembali dalam iman dan kembali ke dalam jalan yang benar. Begitu pula kita dalam komunitas bergereja, kita harus bisa saling ngemong. Karena terkadang umat Tuhan dalam persekutuan dalam gereja juga masih perlu diemong karena masih sering salah jalan. Tetapi hal ini tentunya bukan hanya menjadi tanggung jawab para pelayan saja, seperti Majelis Jemaat yang didalamnya termasuk Pendeta. Ngemong ini sudah menjadi tanggung jawab bersama. Di mana umat Tuhan saling ngemong satu dengan yang lain dengan cara saling mengingatkan, saling mengasihi, dan saling mendukung. Ketika setiap orang saling ngemong dalam komunitas gereja, maka gereja itu akan terus bertumbuh dan berkembang.
Pertanyaan Diskusi:
- Apakah alasan Paulus mengirimkan suratnya kepada jemaat di Korintus?
- Menurut saudara hal-hal apa saja yang harus dilakukan dalam upaya ngemong supaya persekutuan tetap bertumbuh dan berkembang?
- Bagaimana cara kita membangun silaturahmi dan kebersamaan dengan umat beragama lain/ lintas iman? [Roge].