MEI I
Tema Masa Raya Unduh-Unduh : Merayakan Hidup dengan Bersyukur.
Tema PA : Taat Kepada Allah Berbuah Berkat.
Bacaan : Ulangan 11: 8 – 17
Mari Menghitung Berkat Tuhan
Mari menyanyikan Reffrein KJ. 439 ini:
Reff….
Berkat Tuhan, mari hitunglah, kau ‘kan kagum oleh kasihNya.
Berkat Tuhan mari hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasihNya.
(Dinyanyikan sekali lalu warga jemaat diajak diskusi singkat: bagaimana kesan yang didapat dari syair itu ? Lalu ajak kembali menyanyikan bagian Reffrein itu dua kali dengan pemaknaan dan penghayatan)
Apakah mudah menghitung berkat Tuhan ? Tentu ini bukan sesuatu yang mudah karena sangat bergantung dari penghayatan kita atas berkat Tuhan itu sendiri. Kalau kita tidak pernah menyadari bahwa sepanjang hidup kita ini diberkati oleh Tuhan maka akan sulit untuk menghitung berkat Tuhan. Demikian jugapun kalau kita menyadari seluruh hidup kita ini adalah berkat Tuhan maka kita akan mengalami kesulitan luar biasa sebab memang berkat itu tiada terhitung lagi. Itulah sebabnya saat kita menyadari dan mulai mengingat berkat Tuhan, yang ada dalam diri kita adalah rasa kagum kepada Tuhan.
Butuh Perjuangan Untuk Mengerti Berkat Tuhan
Namun toh demikian, untuk dapat mengerti bahwa hidup kita ini adalah penuh dengan berkat Tuhan tetap membutuhkan perjuangan yang luar biasa sebab godaan untuk mengakui setiap berkat adalah kemampuan dan usaha sendiri itu sangat besar. Oleh sebab itulah Umat Isarel dalam Ulangan 11:8-17 ini diingatkan kembali untuk selalu memusatkan hidup kepada Tuhan saja. Apa yang harus kita lakukan supaya kita semakin menyadari bahwa seluruh kehidupan ini adalah berkat Tuhan ? Inilah pertanyaan menarik yang perlu kita diskusikan. Namun sebelum mendiskusikan itu mari kita melihat secara teliti dari bacaan kita ini tentang apakah yang dimaksud dengan berkat Tuhan.
Pertama, berkat yang dimaksudkan dalam bacaan kita ini adalah KEKUATAN (ayat 8) yaitu kekuatan supaya umat Israel mampu memasuki negeri perjanjian. Mengapa kekuatan disebut berkat ? Tentu kita ingat bagaimana perjalanan panjang umat Israel yang berjuang keluar dari tanah perbudakan yaitu Mesir menuju tanah perjanjian yaitu Kanaan. Banyak yang dapat keluar dari Mesir tetapi tidak semua berkesempatan memasuki tanah perjanjian. Bahkan pemimpin umat yang begitu dekat dengan Tuhan yaitu Musa pun tidak mendapatkan kesempatan itu. Disinilah nampak bahwa kekuatan memasuki tanah perjanjian adalah anugerah. Dengan demikian jika disebut kekuatan memasuki tanah perjanjian sebagai berkat Tuhan sebab kekuatan itu adalah anugerah dari Tuhan Allah sendiri. Demikian dengan kehidupan kita, jika kita memiliki kekuatan menjalani kehidupan ini dengan segala pergumulannya tentu semua adalah karena anugerah Tuhan sehingga kemampuan menjalani kehidupan sehari-hari itu adalah berkat Tuhan. Kekuatan itu bukan hanya berupa kesehatan dan kekuatan fisik tetapi juga kekuatan jiwa dan semangat juang dalam menjalani kehidupan.
Kedua, berkat yang dimaksud dalam bacaan kita ini adalah UMUR PANJANG (ayat 9). Umur panjang adalah anugerah dari Tuhan sebab memang kita tidak berdaya menentukan masa hidup kita. Untuk memasuki tanah perjanjian dan mengusahakan kehidupan di tanah terjanji umat Israel memerlukan umur panjang. Bahkan dalam ayat 9 ini, umur panjang juga berkaitan dengan keabadian mengusahakan kehidupan bagi bangsa Israel ditanah perjanjian itu. Jadi umur panjang yang dimaksud disini bukan sekadar usia manusia yang panjang saja tetapi apakah generasi akan datang tetap ada dan mengusahakan kehidupan ditanah perjanjian (ayat 17). Ini berarti umur panjang bukan hanya berhubungan dengan seseorang saja tetapi juga bagi generasi yang akan datang setelah kita. Saat apa yang kita lakukan saat ini dapat langgen sampai generasi akan datang itulah berkat yang tiada taranya.
Ketiga,berkat yang dimaksud dalam bacaan kita adalah rejeki dari hasil bumi yang keluar dari tanah perjanjian (ayat 10-12). Tentu hasil dan rejeki yang dikeluarkan oleh bumi ditanah perjanjian bukan sesuatu yang otomatis saja sebab diperlukan kerja keras. Tetapi kerja keras saja tidaklah cukup karena ada faktor alam yang juga mempengaruhi hasil bumi itu yaitu hujan dan kemarau. Dalam konteks umat Israel yang biasa menjadi budak di Mesir kemudian harus beralih menjadi petani tentu ini bukan hal mudah. Kebiasaan menjadi pekerja yang melakukan tugasnya dan menadapatkan hasilnya harus berubah menjadi orang yang secara mandiri mengusahakan tanah. Namun toh demikian, keseriusan dan usaha itu akan mendatangkan hasil yang baik jika dilakukan dengan gigih. Hidup kitapun demikian, kita memiliki lahan, pekerjaan atau usaha apapun perlu sebuah perjuangan dan kegigihan supaya dapat menghasilkan rejeki yang berlimpah. Tidak bisa tidak perjuangan itu adalah bagian kita yang harus kita jalani supaya menghasilkan berkat bagi kita. Dan Tuhan menjanjikan berkat itu bagi orang yang berjuang dengan gigih mengusahakannya.
Kunci Berkat Tuhan
Kini mari kita melihat apakah kunci dari berkat Tuhan itu ? Dalam ayat 16-17 disebutkan kuncinya adalah MENGARAHKAN HATI KEPADA TUHAN SAJA. Arah hati kita adalah ibadah kita sebab kepada siapa kita menyembah nampak dari arah hati kita. Jikalau hati adalah pusat dari segala perasaan dan emosi kita maka disanalah nampak kepada siapa atau apa kita sedang menyerahkan atau menggumuli hidup ini. Hati kita mengarahkan sikap hidup kita. Karena itulah ayat 16 mengingatkan kembali jangan sampai hati kita terbujuk kepada allah lain sebab kita bisa menggantikan Tuhan kita dengan allah lain jika hati kita tidak terarah kepada Tuhan Allah.
Mengarahkan hati kepada Tuhan berarti mengisi seluruh kehidupan kita hanya dengan mendengar dan melakukan kehendak Tuhan saja. Ini berarti seluruh hidup kita hanya memuliakan Tuhan saja. Itulah sebabnya disebut sebagai ibadah. Jadi kunci dari berkat Tuhan adalah beribadah kepada Tuhan saja tidak kepada yang lainnya. Sebab jika kita berbelok hati maka Tuhan akan menutup berkat dari kehidupan kita. Ketaatan kita beribadah kepada Tuhan adalah kunci berkat dari Tuhan.
Mari Kita Perkaya dengan Diskusi
Bulan ini kita merayakan masa raya undhuh-undhuh dimana kita bersama seluruh jemaat se-GKJW diberi kesempatan untuk merayakan berkat Tuhan yang sudah kita terima maupun yang akan kita terima. Tentu kesetiaan kita untuk merayakan undhuh-undhuh ini adalah juga kesempatan kita untuk berbagi berkat dengan yang lain sebab jikalau undhuh-undhuh ini dipergunakan bagi pembiayaan pelayanan maka hak istimewa dari jemaat-jemaat dalam wujud dana persekutuan juga memiliki peran bagi pelayanan se-GKJW, persekutuan se Indonesia bahkan persekutuan internasional. Sebagaimana kita tahu bahwa dari dana persekutuan yang merupakan hak istimewa jemaat kepada Majelis Agung juga dipergunakan bagi dana persekutuan kita dalam lingkup nasional maupun internasional. Artinya bahwa persembahan kita termasuk melalui undhuh-undhuh ini memiliki arti yang besar bagi keberlangsungan persekutuan yang jauh lebih besar. Jika umur panjang adalah juga berkat lalu bagimana kita juga mensyukuri berkat persekutuan yang lebih besar itu ? Disinilah mari kita jagongan.
- Persembahan yang kita kumpulkan adalah wujud nyata dari kita mensyukuri berkat Tuhan. Bagaimanakah sikap kita dalam memberikan persembahan kita ?
- Setiap persembahan yang kita berikan juga wujud kita peduli menjaga keberlangsungan persekutuan yang lebih besar. Bagaimanakah wujud kita terlibat dalam keberlangsungan persekutuan itu ?
Pdt. Eko Adi Kustanto
—
MEI II
Bacaan : Lukas 11:14-23
Tema : Roh Kudus Mengobarkan Semangat Bersaksi dan Melayani
Keterangan Teks:
Bacaan kita ini mengetengahkan kehadiran Yesus sebagai manusia dan pada saat yang sama adalah Allah. Dikisahkan, Yesus mengusir dari seorang suatu setan yang membisukan. Akhirnya orang tersebut dapat berkata-kata lagi. Banyak orang yang menyaksikan peristiwa ini. Dari peristiwa ini, reaksi orang-orang beragam. Ada yang merasa heran, tetapi ada pula yang menuduh Yesus bersekongkol dengan Iblis. Bagi mereka, Yesus mengusir setan dengan menggunakan kuasa Beelzebul yaitu Penghulu Setan. Kecurigaan mereka sangat besar sehingga mereka meminta tanda dari sorga kepada Yesus. Untuk apa? Mungkin agar bisa membuktikan kecurigaan mereka.
Biasanya Kecurigaan dan keraguan tidak akan hilang apabila sesuatu itu hanya terjadi satu kali saja. “Mungkin hal itu hanya kebetulan”, demikian kata mereka. Kalau ada tanda yang luar biasa terjadi lagi, maka mereka baru bisa dipercaya. Mungkin seperti itulah yang ada di benak orang-orang yang masih sangsi ketika menyaksikan peristiwa pengusiran setan yang dilakukan oleh Yesus. Itulah sebabnya mereka meminta tanda dari sorga kepada Yesus (ayat 16). Tanda dari Sorga yang mereka inginkan adalah kejadian yang luar biasa dan sifatnya ilahi. Tanda itu diperlukan untuk mendukung supaya mereka benar-benar bisa percaya bahwa tindakan Yesus tersebut merupakan pekerjaan ilahidan bukan kuasa setan.
Atas tuduhan tersebut Yesus menegaskan, …“Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kerajaannya dapat bertahan?”… (Ayat 17-18).
Membayangkan keadaan ini, memang sangat ironi. Mengapa? Karena sebenarnya peristiwa pengusiran setan ini hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak tanda yang dihadirkan Yesus kepada banyak orang. Melalui peristiwa semacam Yesus berkenan untuk menyatakan kehadiranNya sebagai Allah sendiri. Tetapi anehnya, mereka masih tidak percaya bahkan menuduh bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul.
Rupanya kecenderungan orang banyak di zaman itu, tidak jauh berbeda dengan kecenderungan orang percaya masa kini. Kecenderungan yang terus menggejala bahkan dilakukan oleh orang yang menyebut diri sebagai “Orang Kristen sejak lahir Lik La ( Cilik Mula). Keraguan dan ketidakpercayaan terhadap Yesus yang adalah Tuhan kerap mewarnai perjalanan hidup orang percaya. Keyakinan dan kepercayaan bahwa Yesus adalah Tuhan sering tergantung pada “Tanda”. Tanda dari sorga yakni mukjizat. Dengan kata lain, kehidupan keimanan orang Kristen sekarang hanya bergantung pada adanya mujizat. Kalau tidak ada mujizat (Kejadian yang luar biasa, yang melampaui keterbatasan akal pikiran dan manusia), maka Tuhan dianggap tidak hadir. Sebaliknya kalau ada mujizat, itu pertanda Tuhan hadir.
Bahkan dalam kehidupan bergereja, orang Kristen saat ini mulai memilah. Gereja yang ada mujizatnya atau mengalami kejadian-kejadian yang dianggap yang luar biasa dalam peribadatan atau dalam kehidupan anggota gerejanya, mengindikasikan bahwa gereja tersebut dipenuhi oleh Roh Kudus dan kuasa Tuhan. Di gereja tersebut Tuhan hadir. Sementara gereja yang tidak ada mujizatnya, dianggap hanya organisasi biasa dan Tuhan tidak hadir di sana. Pendek kata, iman Kristen seringkali hanya tergantung pada adanya mujizat. Adanya mujizat dianggap tanda bahwa iman bertumbuh dan dewasa. Sangat ironi. Padahal kita bisa hidup dan bernafas pun sebenarnya sudah merupakan suatu mujizat dari Tuhan.
Bila kita membaca Lukas 11:29-32 maka kita akan dapati bahwa Yesus menyebut orang-orang yang meminta tanda sebagai Angkatan Yang Jahat.
Firman Tuhan ini mau mengingatkan kita bahwa memang keraguan dan ketidakpercayaan sering melanda perjalanan hidup keimanan kita. Namun kita diingatkan hendaknya kepercayaan kita kepada Yesus Kristus yang adalah Tuhan tidak bergantung pada tanda.
Jika kita percaya hanya kalau ada tanda saja maka kita tidak ubahnya seperti orang Kristen yang dewasa namun sifatnya kekanak-kanakan. Orang Kristen menggantungkan iman hanya pada tanda-tanda. Iman yang dewasa sesungguhnya adalah iman yang bertumbuh secara wajar dalam segala bentuk kehidupan yang dijalani. Iman seperti itulah yang langgeng dan bertahan. Realita menyaksikan kepada kita betapa banyak orang Kristen yang jatuh hanya karena merasa tidak mengalami kejadian yang dianggap luar biasa dalam perjalanan kehidupannya. Padahal Tuhan Yesus pernah berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yohanes 20:29).
Biarlah perjalanan hidup kita dengan segala dinamikanya terus mengokohkan iman kita. Iman yang menguatkan kita untuk mempercayakan hidup ini kepada Dia, Yesus yang adalah Tuhan.
Tuhan kiranya memberkati dan memampukan kita. Amin.
Pertanyaan untuk digumuli.
- Ada pendapat yang mengatakan bahwa satu-satunya ciri gereja yang dikaruniai Roh Kudus adalah terjadinya mukjizat-mukjizat di gereja tersebut. Bagi saudara apakah pernyataan itu tepat? Berikan alasannya!
- Menurut anda bagaimana bentuk karya Roh kudus yang bisa kita rasakan dalam hidup kita? Apakah hal tersebut tergolong mukjizat ?
Pdt. Kristian Handoyo Murti