Pemahaman Alkitab Maret 2025

1 February 2025

Pemahaman Alkitab (PA) Maret 2025 (I)
Masa Pra Paskah

Bacaan: Daniel 3 : 19 – 30
Tema Liturgis: Ikut Dikau Saja Tuhan
Tema PA: Iman yang Menggerakkan

Pengantar:
Iman ada dalam setiap perjalanan hidup manusia di dunia ini. Bahkan bisa dikatakan iman merupakan bagian yang penting bagi manusia untuk menjalani hidup di dunia ini. Iman dikatakan menjadi bagian penting karena imanlah yang membuat manusia memperjuangkan banyak hal dalam hidupnya di dunia. Contoh saja, seorang pedangang makanan memasak makananya sebanyak satu kwali besar. Pedagang tersebut percaya bahwa dagangan akan laku dibeli oleh orang. Si pedagang juga berharap bahwa dagangan yang sudah ia siapkan akan benar-benar habis dalam satu hari. Oleh karena ada harapan bahwa nanti dagangannya habis, ia kemudian mengupayakan segala cara sehingga dagangan yang dijualnya bisa habis. Dalam contoh kecil ini dapat dilihat tentang iman yang menumbuhkan pengharapan bahwa dagangan akan habis dalam satu hari, dan dari pengharapan itu muncul suatu upaya menemukan cara supaya dagangan yang dijual bisa habis dalam satu hari.

Demikianlah alur hidup manusia, terkhusus umat Tuhan. Orang Kristen menjalani hidup dengan iman bahwa Allah senantiasa menyertai, memberkati, dan membebaskan. Tuhan menyertai umat-Nya dalam setiap upaya yang dilakukan, memberkati melalui hasil dari setiap upaya yang sudah dilakukan, dan membebaskan dari kekhawatiran yang menghantui. Iman membuat manusia bergerak/melangkah, berani mengambil resiko, berani menghadpi masalah. Seperti halnya yang terjadi pada diri Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dalam teks bacaan pada hari ini, Daniel 3.

Penjelasan Teks:
Daniel 3 menceritakan tentang keputusan Raja Nebukadnezar yang menguji iman umat Allah. Perlu diketahui Raja Nebukadnezar mulai memimpin Babel sejak tahun 605-562 SM. Ketika Raja Nebukadnezar memimpin Babel, ia membuat sebuah patung yang tingginya 60 hasta dan lebarnya 6 hasta. Patung tersebut tidak hanya besar tetapi juga dibuat dari emas. Patung ini dibuat untuk disembah oleh setiap orang yang ada di Babel. Tentunya pada waktu itu bukan hanya orang Babel saja, tetapi juga orang Yahudi yang ada di sana diwajibkan untuk menyembah patung tersebut. Menyembah patung yang telah didirikan tersebut bisa dikatakan sebagai suatu hal yang mutlak bagi orang-orang di Babel. Di sana ada peraturan, di mana seseorang tidak mau menyembah patung tersebut, maka ia akan dicampakkan ke dalam api. Sehingga bagi mereka yang hidup di Babel hanya diberikan dua pilihan, menaati peraturan untuk menyembah patung tersebut, atau mati. Peraturan tersebut dibuat bukan hanya untuk menekan orang-orang di Babel, namun sebenarnya ditujukan untuk meruntuhkan iman orang-orang Yahudi yang ada dalam pembuangan pada waktu itu. Sehingga mereka meninggalkan Allah dan menyembah patung juga dewa Babel. Kepentingan ini bisa dilihat ketika setiap orang di Babel diperhadapkan pada hukuman atas ketidak patuhan. Dimana hukuman yang diterima adalah kematian. Sedangkan kematian adalah hal yang amat ditakuti oleh manusia, bahkan sampai era dewasa ini masih banyak manusia yang takut mati.

Dalam teks ini tampaklah bagaimana iman mayoritas orang-orang yang ada dalam pembuangan. Dari banyaknya orang yang ada dalam pembuangan di Babel, ada tiga orang yang tetap mempertahankan iman percaya mereka sekalipun nyawa menjadi taruhannya, yaitu Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Sedangkan orang-orang lain meninggalkan Allah dan menyembah patung tersebut. Banyak orang yang lolos dari hukuman perapian, namun Sadrakh, Mesakh, dan Abednego harus mengalami ujian berat di mana mereka harus masuk ke dalam perapian untuk mempertanggungjawabkan iman mereka di hadapan Allah dan menunjukkan ketaatan mereka kepada Allah.

Penulis kitab Daniel berhasil menggambarkan dengan baik tentang situasi mencekam yang dialami oleh Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Bisa juga dikatakan penggambaran ini disampaikan dengan cukup dramatis. Dimana ketika waktu pengukuman tiba, kepada Sadrakh, Mesakh, dan Abednego digambarkan bahwa perapian itu dipanaskan tujuh kali lipat dari biasanya (Ay. 19). Gambaran tentang tekanan yang hebat juga digambarkan dari orang-orang yang kuat yang mengikat tiga orang itu (Ay. 20). Kisah ini menjadi tambah dramatis ketika orang-orang yang dipandang kuat di antara jajaran tentara Raja Nebukatnezar yang kemudian melempar Sadrakh, Mesakh dan Abednego justru menjadi korban atas perapian yang sudah dipanaskan dengan luar biasa (Ay. 22). Melui terbakarnya orang-orang kuat tersebut, dapat dilihat bahwa orang yang memiliki kemampuan fisik melebihi yang lain tidak bisa lepas dari kematian, mereka hanya mendekat saja di perapian itu tidak sampai masuk ke dalamnya. Sehingga bagian ini ingin menggambarkan bahwa Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tidak akan selamat karena mereka adalah orang biasa, terlebih kemampuan fisik mereka jauh dari pada orang-orang yang mengangkat mereka dan memasukkan mereka ke dalam perapian.

Jika kita bayangkan situasi yang sedang dialami oleh Sadrakh, Mesakh, dan Abednego memang tidak ada peluang bagi mereka untuk selamat dari keadaan itu. Tetapi semuanya berubah ketika Allah berkarya. Dimana dalam proses tersebut Nebukadnezar melihat ada sosok yang berjalan dengan bebas di tengah perapian yang menyala panas selain Sadrakh, Mesakh, dan Abednego (Ay. 24-25). Orang keempat ini yang berjalan bebas di tengah perapian yang panas tersebut adalah perwujudan malaikat Tuhan yang diutus untuk menolong hambanya yang sedang mengalami pencobaan luar biasa. Teks ini ingin menunjukkan bahwa Allah senantiasa menolong umat-Nya yang setia mengikut Dia sepanjang hidupnya. Sekalipun banyak tantangan berat yang harus dialami, tetapi Allah selalu menolong umat-Nya yang setia.

Relevansi:
Hal tentang iman yang menyelamatkan ditunjukkan secara nyata dalam kisah Sadrakh, Mesakh, dan Abednego. Iman yang akhirnya membuat mereka mampu menghadapi segala tekanan, bahkan hukuman yang sangat berat, yang tidak bisa dilalui oleh mahluk hidup. Iman membawa semua harapan baik, dimana Allah tidak pernah membiarkan umat-Nya dipermalukan. Allah yang setia menyertai dan menolong umat-Nya dalam kesesakan, membuat ketiga tokoh ini berani mengambil resiko yang luar biasa besar. Bahkan tidak ada ketakutan di antara mereka karena mereka sungguh percaya akan pertolongan Tuhan atas diri mereka. Oleh karena iman mereka selamat, dan oleh karena iman yang penuh dengan pengharapan mereka bisa melewati segala rintangan dan tekanan yang sangat berat dalam kehidupan mereka.

Untuk itulah iman kepada Allah harus ada dalam perjalanan hidup manusia. Iman yang membuat kita memiliki pengharapan yang baik atas kehidupan kita. Iman yang membuat kita terus memperjuangkan banyak hal di tengah dunia ini. Sehingga banyak hal yang bisa kita lalui dengan baik, seperti melewati pergumulan dan tantangan yang berat dalam hidup. Iman menumbuhkan pengharapan, dan pengharapan menumbuhkan usaha yang tiada henti yang membawa kita pada kelegaan dan suka cita. Semua kita lakukan sebagai bentuk iman percaya kita kepada Allah yang menyertai, membebaskan, dan memberkati kita.

Pertanyaan Untuk Didiskusikan:

  1. Mengapa banyak umat Tuhan dalam pembuangan di Babel berani meninggalkan Allah dan menyembah kepada patung yang dibuat oleh Raja Nebukadnezar?
  2. Dari pemaparan bahan pendalaman alkitab ini, pernahkah saudara mengalami kondisi di mana iman menjadi sumber dari sebuah upaya terjadi dalam kehidupan saudara? Ceritakan pengalaman saudara. [Roge].

Pemahaman Alkitab (PA) Maret 2025 (II)
Masa Pra Paskah

Bacaan: Filipi 3 : 1 – 11
Tema Liturgis: Ikut Dikau Saja Tuhan
Tema PA: Ibadah yang Sungguh Wujud Kesetiaan Mengikut Tuhan

Pengantar:
Banyak alasan dan tujuan seseorang pergi ibadah ke gereja. Ada yang pergi beribadah dengan dasar rutinitas dan supaya terlihat Kristen sungguhan bukan Kristal (Kristen pas Natal) “ya kalau orang Kristen Minggu waktunya ke gereja”. Ada juga yang pergi ke gereja untuk mencari jodoh. Ada juga yang pergi ke gereja untuk pindah tidur, dimana masuk ke dalam gereja penuh senyuman dan bersalaman dengan banyak orang, tetapi ketika pujian pertama dinyanyikan mata tinggal 5 watt, dan di pengakuan dosa tertidur sampai berkat. Ada juga yang pergi ke gereja karena ikut-ikutan, dan lain sebagainya. Tetapi anehnya ketika ditanya mengapa pergi ke gereja? Jawaban yang disampaikan adalah jawaban yang baik. Contohnya: ingin memuji memuliakan nama Tuhan, ingin bersekutu dengan Tuhan, dan lain sebagainya. Melalui fenomena ini dapat dilihat bahwa sebenarnya umat Kristen tahu tujuan kenapa mereka harus beribadah. Tetapi sayangnya tujuan itu tidak dihidupi dengan sungguh. Sehingga pada akhirnya ibadah hanya sebagai rutinitas dan ketika keluar dari pintu gereja, setiap firman Tuhan yang sudah diterima seringkali rontok hilang diterpa angin.

Ibadah akan menjadi sia-sia ketika tujuan dan alasan mengikuti ibadah tersebut tidak dihidupi dan tidak disadari dengan sungguh dalam kehidupan keseharian. Tetapi ibadah yang dilakukan dengan kesadaran penuh akan tujuan dan alasan mengapa ibadah itu dilakukan, akan menghasilkan buah yang luar biasa dalam kehidupan orang percaya. Seperti yang disampaikan oleh Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Filipi.

Penjelasan Teks:
Dimana banyak orang menyatakan bahwa iman dan kesetiaan diwujudkan dalam ritual keagamaan, kemudian diikuti dan ditaati dalam hidup. Hal ini terlihat dalam surat Paulus kepada jemaat Filipi. Melalui suratnya itu, Paulus menunjukkan tentang ketaatan kepada Taurat dan segala aturan yang diikuti oleh orang-orang Yahudi adalah kesia-siaan. Ketaatan kepada Taruat dan segala aturan dilihat sebagai bentuk iman dan kesetiaan mengikut Allah oleh orang Yahudi. Namun yang menjadi masalah adalah ketaatan tersebut hanya sebatas ketaatan lahiriah saja, tanpa ada penghayatan iman. Sehingga setiap ketaatan yang ditunjukkan oleh orang Yahudi Kristen di Galatia dan Antiokia hanya sebatas rutinitas tanpa penghayatan makna dari setiap hal yang sedang mereka lakukan. Sehingga Paulus mengatakan dengan tegas bahwa apa yang sudah dilakukan oleh orang-orang di Galatia dan Antiokia ini adalah kesia-siaan, dimana mereka telah menghidupi ketaatan secara buta, fokus mereka hanya sebatas hal-hal jasmani.

Bagi orang Yahudi yang menjadi pengikut Kristus, mereka memandang perlu bagi orang-orang non Yahudi disunat untuk menjadikan mereka bagian dari orang Yahudi. Sehingga seakan-akan ada gambaran bahwa pengikut Kristus harus sama seperti orang Yahudi. Namun jika kita mau melihat kembali, “Yahudisasi” ini berkaitan erat dengan sejarah dan nilai-nilai sosial yang dihidupi oleh orang Yahudi. Orang Yahudi adalah orang yang sangat eksklusif dan taat terhadap Taurat. Kemurnian orang Yahudi dan ketaatan terhadap Taurat menjadi hal yang penting bagi mereka. Pentingnya kemurnian orang Yahudi tampak jika kita mau melihat kembali sejarah dimana orang Samaria disingkirkan oleh karena orang-orang Samaria memiliki darah campuran, yang kemudian dianggap najis oleh orang Yahudi. Sedangkan mengenai ketaatan akan hukum Taurat sangat terlihat jelas dalam perjalanan hidup orang Yahudi, yang tidak bisa lepas dari Taurat. Mungkin kedua hal inilah yang kemudian menjadi dasar dimana “Yahudisasi” yang dilakukan dengan cara menyunat orang-orang non Yahudi dipraktikkan dalam kehidupan jemaat pada waktu itu (Ay. 1-4). Pada akhirnya ritus sunat ini dilakukan hanya sekadar menandai orang tersebut sudah menjadi bagian dari orang-orang Yahudi Kristen dan sudah melakukan Taurat yang dianggap hal yang sangat penting bagi orang Yahudi. Namun praktek ini mendapatkan pertentangan dari Paulus. Bukan tentang praktiknya yang ia tentang karena ia juga telah melakukan sunat dan banyak hal dalam kehidupannya sebagai orang Yahudi. Paulus menentang praktik sunat karena Paulus melihat praktik sunat tersebut hanya dilakukan secara lahiriah saja tanpa ada pemaknaan ataupun penghayatan tentang iman didalamnya, sehingga dilihat sebagai suatu hal yang sia-sia.

Paulus pun menunjukkan mengenai apa yang sebenarnya harus dilakukan oleh para pengikut Kristus. Paulus menunjukkan tentang sikap hidup dan laku hidup yang harus dilakukan oleh pengikut Kristus melalui pengalaman hidupnya secara pribadi (Ay. 5-6). Dimana melalui pengalaman hidup tersebut Paulus mengajarkan tentang keutamaan beriman kepada Kristus dalam kehidupan sehari-hari. Iman yang akan menyelamatkan setiap orang percaya. Iman ini juga ditunjukkan dalam laku hidup dimana umat senantiasa melakukan kehendak Tuhan dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh pengharapan dan kesadaran. Bahwa setiap bentuk ritus(ritual) maupun sikap hidup yang mencerminkan firman Tuhan dilakukan dengan tujuan yang jelas, yaitu untuk mengenal Kristus lebih dalam dan tetap ada dalam persekutuan dengan Sang Kristus (Ay. 10). Setiap ketaatan memiliki dasar dan tujuan yang jelas, dan inilah yang diharapkan oleh Paulus untuk jemaat Filipi, sehingga jemaat Filipi tidak meniru kesalahan yang dilakukan oleh jemaat Antiokia maupun Galatia.

Relevansi:
Melalui pendalaman surat Filipi ini, terlihat bahwa setiap ritus baik dalam bentuk ibadah maupun yang lain memiliki tujuan dibaliknya. Dimana terkadang karena terlalu sering melakukan ritus tersebut seperti ibadah, umat Tuhan melupakan tujuan sebenarnya hal tersebut dilakukan. Realitas yang demikian bisa terjadi karena secara khusus ibadah dilakukan dan dihayati sebagai hal yang rutin. Di mana ketika hari Minggu harus bangun pagi, mandi, kemudian ke gereja, setelah itu pulang dan melakukan aktifitas lainnya.

Pengikut Kristus adalah sekelompok orang yang menjalani hidup dengan makna dan pemahaman, bukan beriman dalam kekosongan. Sehingga kita perlu tetap sadar dan memahami makna dari setiap hal yang kita lakukan sebagai umat Kristen. Seperti halnya Paulus mengajak jemaat di Filipi menyadari bahwa ibadah adalah hal yang penting. Di mana melalui ibadah, kita merasakan bahwa diri kita sedang ada dalam persekutuan bersama dengan Allah, Kristus, dan Roh Kudus. Di dalam persekutuan itu juga dinyatakan tugas tanggung jawab yang harus kita lakukan dalam perjalanan hidup kita. Dengan demikian misi dan karya Allah dapat terwujud melalui hidup kita. Semua ini kita lakukan sebagai bentuk kesetiaan kepada Kristus dan bukti bahwa kita sungguh-sungguh mengikut Kristus. Semua ritus yang dimiliki oleh Gereja Tuhan di dunia menjadi hal yang penting, baik, dan berbuah ketika semua itu kita lakukan dengan pemahaman bahwa setiap ritus membawa kita tetap ada dalam persekutuan dengan Tuhan dan sebagai bentuk kesetiaan kita kepada Tuhan. Tetapi menjadi hal yang sia-sia ketika ibadah kita sekedar rutinitas belaka. Maka lakukan ibadah dengan sungguh-sungguh, dengan pemahaman dan tujuan yang benar, maka hidup kita akan menghasilkan buah yang luar biasa dalam kehidupan keseharian.

Pertanyaan Untuk Didiskusikan:

  1. Mengapa Paulus menegur keras orang Kristen Yahudi melakukan “Yahudisasi” kepada orang yang non Yahudi?
  2. Seberapa pentingkah ibadah bagi saudara? Mengapa?
  3. Bagaimana cara agar saudara tidak terhanyut dalam rutinitas dan tetap melakukan ibadah dengan pemahaman yang benar dan tujuan yang tepat? [Roge].

Renungan Harian

Renungan Harian Anak