JULI I
Bacaan : Yeremia 18:1-11.
Tema PA : “Hidup Berkeluarga yang menyatakan Karya Allah”
Tujuan :
- Agar warga jemaat mengetahui bahwa ‘Pemahaman Alkitab’ dapat membantu setiap keluarga untuk dapat meraih kualitas hidup yang terbaik. Terbaik dalam melaksanakan peran, fungsi, dan posisinya masing-masing.
- Agar warga jemaat memahami bahwa untuk meraih hal tersebut (a), dibutuhkan sikap terbuka dan semangat membangun.
- Agar warga jemaat melatih diri untuk selalu kreatif dan inovatif supaya dapat berfungsi dan berperan positif secara optimal dalam membangun keluarganya sebagai bagian dari penyataan dan wujud nyata Karya Allah.
Keterangan Teks:
‘Tukang periuk dan tanah liat’
Pasal 18:1–19:15: Perumpamaan-perumpamaan dalam pasal-pasal ini mungkin ditulis selama awal pemerintahan Yoyakim, mengilustrasikan kedaulatan Allah atas bangsa Israel. Allah memiliki kuasa atas tanah liat (Yehuda) dan Ia terus-menerus mengolah dan membentuknya untuk membuatnya menjadi sebuah bejana yang berguna. Tetapi Yehuda harus segera bertobat, atau membiarkan dirinya (tanah liat) akan segera menjadi keras? Pilihan terakhir ini merupakan cara yang salah, sebab hal itu tidak akan memiliki nilai apa-apa dan kemudian malah akan dirusak, dihancurkan, dan dibinasakan.
Ayat 3-6: Tuhan dapat mengubah ciptaan-Nya (Israel) dan bahkan menghancurkannya dan mulai membangun atau menciptanya lagi (4), sama seperti seorang tukang periuk/tembikar memiliki kuasa mengubah bentuk barang yang diciptakannya di atas pelarikan.
Ayat 6: Sebagai tukang periuk/tembikar, saat mengolah tanah liat yang lunak dan membentuknya menjadi bejana di atas pelarikannya, kerusakan atau cacat seringkali muncul. Tukang periuk memiliki otoritas atau hak atas tanah liat tersebut, apakah ia akan membiarkan kerusakan atau cacat tersebut tetap ada atau ia akan meleburkannya agar bisa dibuat kembali menjadi sebuah bejana yang baru. Demikian juga Allah memiliki kuasa membentuk bangsa Israel agar sesuai dengan maksud-Nya.
Strategi kita sebaiknya jangan menjadi keras, melainkan lentur atau lembek seperti salah satu aspek yang dimiliki tanah liat, serta rela dan mau menerima otoritas atau hak mutlak Allah atas kita. Apabila kita pasrah diri kepada Allah, Ia akan membangun ulang diri kita menjadi sebuah bejana yang sangat bernilai.
Seperti tukang periuk, Allah mempunyai hak mutlak untuk membentuk kembali bangsa Israel yang sudah rusak itu. Kita tidak bisa menganggap bahwa segala sesuatu tidak akan berubah atau selalu tetap sebagaimana adanya (7-10).
Realitas kehidupan kini dan penerapan:
Keluarga adalah satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat (ayah, ibu, anak; orang seisi rumah). Hubungan antara anggota keluarga perlu dipelihara tetap baik, agar keluarga tetap bahagia. Untuk dapat memelihara hubungan baik di antara anggota keluarga dibutuhkan energi, semangat, dan komitmen yang kuat. Dalam kenyataan, hubungan antara anggota keluarga tidak selalu harmonis. Ada dua (2) peristiwa memilukan di bulan Maret – April 2017. Yang pertama, seorang ibu yang sudah lanjut usianya dituntut ke pengadilan oleh seorang anak kandung dan menantunya (suami dari anak kandung tersebut), karena persoalan uang (utang-piutang). Yang kedua, seorang ibu dituntut ke pengadilan oleh ketiga (3) anak kandungnya karena belum bersedia membagi warisan kepada mereka.
Saya mengutip dua (2) ungkapan yang ada di masyarakat Jawa, dan ungkapan mana yang lebih memiliki nilai positif dan membangun?
- ‘Dadi dalan emoh ngambah, dadi godhong emoh nyuwek, dadi banyu emoh nyawuk’. Artinya: Jadi jalan tidak mau melewatinya, jadi daun tidak mau menggunakannya, jadi air tidak mau mencedoknya. Ungkapan tersebut menggambarkan kebencian seseorang terhadap orang lain, sehingga menjatuhkan semacam ‘kutukan’ tidak mau bersentuhan atau berhubungan lagi dengannya seumur hidup. Sikap antipati bermula dari perselisihan yang bisa menimbulkan permusuhan dan kebencian mendalam. Permusuhan dan kebencian selalu menimbulkan dampak negatif bagi kedua belah pihak, oleh sebab itu perlu dihindari.
- ‘Wani ngalah luhur wekasane’, permusuhan bisa diredam sedini mungkin. Demikianlah orang Jawa mencoba membangun kehidupan harmonis.
Metode:
Untuk memenuhi harapan dan tujuan di atas (a, b, dan c), maka perlu sebuah percakapan dinamis dalam PA ini, dengan menjawab dan menjelaskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Apa cita-cita atau harapan yang ingin anda raih bagi keluarga anda? Menurut anda, apakah cita-cita dan harapan tersebut yang terbaik bagi anda, terbaik bagi anggota keluarga (misalnya: istri, suami, anak-anak), terbaik bagi sesama, dan terbaik bagi lingkungan anda? Bagaimana anda hendak meraih cita-cita dan harapan tersebut?
- Tema PA adalah: “Hidup Berkeluarga yang menyatakan Karya Allah”. Apa kriteria (ukuran yang menjadi dasar) keluarga yang menyatakan Karya Allah?
- Apa komentar anda tentang:
- Perceraian?
- Perselingkuhan?
- Anak menuntut ayah-ibu kandungnya ke pengadilan, dengan berbagai alasan, misalnya warisan, hutang, dan lain-lain.?
Pdt. Em. Sri Hadijanto.
—
JULI II
Bacaan : Matius 13:10-17.
Tema PA : “Menyatakan Karya Allah dengan Kekuatan Cinta Kasih”
Tujuan :
- Agar warga jemaat mengetahui bahwa ‘Pemahaman Alkitab’ dapat membantu kita untuk mengenal ‘Karya Allah’.
- Agar warga jemaat memahami bahwa usaha meraih kualitas hidup yang terbaik dalam melaksanakan peran, fungsi, posisi, dan profesinya masing-masing merupakan cara menyatakan Karya Allah.
- Agar warga jemaat melatih diri untuk selalu kreatif dan inovatif, dengan kekuatan Cinta Kasih, supaya dapat berfungsi dan berperan positif secara optimal dalam membangun kehidupan dengan kualitas terbaik.
Keterangan Teks
Ketika mengajar dengan berbagai perumpamaan, Tuhan Yesus tidak bermaksud menyembunyikan kebenaran makna yang sesungguhnya tentang isi pengajaran-Nya, dari mereka yang sungguh-sungguh mencari dan ingin mendapatkan kebenaran itu. Bagi mereka yang mau menerima kebenaran spiritual (rohani), merekalah yang dapat memahami perumpamaan atau ilustrasi tersebut (10). Barangkali ada pihak yang memahami perumpamaan atau ilustrasi tersebut hanya sebagai cerita tanpa makna. Hal ini dimaksudkan oleh Tuhan Yesus untuk memberi makanan rohani bagi mereka yang lapar akan hal itu, disamping untuk mencegah para musuh-Nya yang selalu ingin menjebak-Nya.
Perumpamaan tentang seorang penabur. Tuhan Yesus menggunakan banyak perumpamaan jika berbicara atau mengajar kepada orang banyak. Hal itu menolong kita untuk mengerti kebenaran rohani dengan menggunakan obyek atau benda yang berhubungan dengan hidup kita sehari-hari.
Bagian ini (ayat 12) mengingatkan kita bahwa kita harus bertanggungjawab menggunakan secara baik apa yang kita miliki. Jika manusia menolak Tuhan Yesus, kekerasan hati mereka akan membuat pengertian mereka sia-sia, sekalipun hanya sedikit pengertian yang mereka miliki.
Realitas kehidupan kini dan penerapan
Kita perlu sadar bahwa setiap hari/ saat kita ini menaburkan benih/ nilai-nilai: kepribadian, disiplin, perilaku, iman, ilmu, pelayanan, kejujuran, keuletan, kemandirian, moral, belas kasihan, cinta kasih, dst. Untuk itu kita perlu waspada dan bijaksana dalam berkata-kata dan berperilaku. Ingat, kita tidak dapat menghapus kekeliruan baik kata maupun perbuatan. Yang bisa kita perbuat adalah menyesalinya. Ya, untuk apa?
Kita perlu memiliki optimisme dan pengharapan, bahwa benih itu akan jadi, sebab setiap orang itu bisa belajar dan bertumbuh. Hal ini membuat kita tidak cepat berputus asa.
Kita perlu realistis: tidak semua benih dapat tumbuh dengan subur, sebab ada yang jatuh di tanah yang keras dan berbatu, ada pula yang jatuh di tanah yang gembur/ subur. Oleh sebab itu untuk mendapatkan hasil yang optimal, lahan/ tanah perlu diolah dan disuburkan. Benih akan tumbuh subur jika lahannya kondusif (mendukung, memberi peluang untuk hasil yang mau dicapai).
Perlu tindak lanjut: disiram, digemburkan, rumput dicabut, hama pengganggu disingkirkan, diberi pupuk, dll. Semua itu perlu dilakukan secara teliti, tekun, dan berkesinambungan. Memang perlu berjerih payah!
Perlu sabar, sebab tidak bisa instan, tetapi butuh waktu/ proses panjang.
Sadar ada ‘faktor lain’. Manusia tidak berdaya apa-apa untuk menumbuhkan benih. Sebab itu ada rasa was-was dan cemas. Pertumbuhan benih benar-benar di luar batas kemampuan manusia. Justru karena ada ‘faktor lain’ itulah kita bisa lega, sebab Tuhan Yesus berfirman:… (Markus 4:26-28). Ayat 27: Bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Nah, itulah misterinya pertumbuhan.
Metode
Untuk memenuhi harapan dan tujuan di atas (a, b, dan c), maka perlu sebuah percakapan dinamis dalam PA ini, dengan menjawab dan menjelaskan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Kita percaya bahwa: Tuhan Allah berkarya bersama-sama dengan manusia. Bidang pekerjaan (karya) apa yang menjadi minat dan keyakinan anda, bahwa karya itulah bagian dari karya Tuhan Allah?
- Bagaimana cara anda berusaha meraih kualitas hidup yang terbaik dalam melaksanakan peran, fungsi, posisi, dan profesi anda, sehingga semakin nampak bahwa karya anda itu merupakan wujud nyata Karya Allah?
- Bagaimana cara anda hendak “Menyatakan Karya Allah dengan Kekuatan Cinta Kasih”?
Catatan:
- Dalam PA ini ada baiknya warga jemaat diajak menyanyi lagu ‘Mars Wanita GKJW’.
- Pekan Kebangunan Wanita GKJW.
Pada tahun 1913 di Jemaat Surabaya berdiri perkumpulan wanita gereja dengan nama ‘Retna Maraya’, sebagai wadah untuk menampung aspirasi dan mengatur kegiatan wanita. Kesadaran berorganisasi timbul karena tuntutan untuk menjawab berbagai persoalan masyarakat ketika itu, antara lain pendidikan, perekonomian, kebutuhan khas wanita, pelayanan gereja, dll. Hal yang sama terjadi di jemaat-jemaat Kristen Jawa di Jawa Timur yang lain, misalnya di jemaat-jemaat: Sitiarjo dengan nama ‘Setya Wanita’, di Tambakasri dengan nama ‘Wanita Sedya Rahayu’, di Tunjungrejo dengan nama ‘Tunjungsari’, di Mojowarno dengan nama ‘Mardi Budya Santoso’, di Jombang dengan nama ‘Mardi Rukuning Wanita’, dll.
Sejak tahun 1926 di setiap bulan Juli diadakan konperensi perkumpulan-perkumpulan wanita tersebut sebagai media komunikasi. Pada konperensi ke-4, di bulan Juli 1929 di Mojowarno perkumpulan-perkumpulan ini menyatukan diri dengan nama ‘Wanita Rukun Santoso’ (disingkat WRS) beranggotakan 26 perkumpulan dari jemaat-jemaat Kristen Jawa. Dalam kiprahnya WRS menjalin hubungan dengan wanita Kristen di Jawa Tengah dan kemudian menerbitkan majalah bulanan ‘Mawar’ dan ‘Kumandhang Wadiyo Wanito’.
Setelah Majelis Agung GKJW berdiri pada tanggal 11 Desember 1931, kegiatan WRS semakin meningkat, antara lain dengan mendirikan:
- ‘Pendidikan Pekabaran Injil Estri’ pada tgl. 4 Mei 1939.
- ‘Dana Beasiswa’ dengan nama ‘Retna Wandawa’.
- ‘Pamulangan Bale Griya’ (Sekolah kerumah-tanggaan) di Mojowarno dengan nama ‘Panti Wara’.
Selain itu, mengadakan kerjasama dengan organisasi wanita di dalam maupun di luar negeri serta mengirim utusan untuk memenuhi undangan Konggres Wanita se-Dunia di Kolombo – Srilangka.
Kegiatan WRS terhenti sejak 12 Maret 1942 pada masa penjajahan Jepang. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, bekerja sama dengan Persatuan Wanita Kristen Indonesia (PWKI), antara lain mendirikan Rumah Bersalin ‘Reksa Wanita’ di Mojokerto, menyelenggarakan ‘Dapur Umum’, dll.
Pada tahun 1965 di GKJW Jemaat Surabaya dibentuk wadah kegiatan wanita gereja dengan nama Koordinasi Kegiatan Wanita (KKW). Sidang ke-57 Majelis Agung GKJW pada tgl. 17-18 Maret 1972 di Malang, mengambil keputusan untuk membentuk Komisi Wanita di lingkup Majelis Jemaat, Majelis Daerah, dan Majelis Agung GKJW.
Pdt. Em. Sri Hadijanto.