Pemahaman Alkitab (PA) Januari 2025 (I)
Bulan Penciptaan
Bacaan: Nehemia 2 : 1 – 10
Tema Liturgi: Merangkul Sesama, Merawat Kehidupan
Tema PA: Terlibat Aktif Melestarikan Alam Lingkungan
Pengantar:
Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita tidak asing dengan kata “utusan”. Utusan menurut KKBI ialah orang yang disuruh (ditugasi) menyampaikan sesuatu atau menjadi penghubung. Seorang utusan akan melakukan tugasnya dengan baik ketika apa yang menjadi maksud dan tujuan dari penugasannya jelas. Misalnya: seorang anak SD kelas 6 diutus oleh pihak sekolah untuk mewakili sekolahnya dalam olimpiade sains. Seorang ibu anggota Majelis Jemaat diutus mewakili jemaatnya mengikuti Sidang Majelis Daerah. Seorang bapak mendapatkan tugas dari kantornya untuk bekerja di luar negeri sebagai perwakilan kantornya. Ketiga orang di atas akan melaksanakan tugas yang dipercayakan kepada mereka dengan baik karena ada kejelasan dari tugas yang mereka emban. Sebagai utusan tentunya mereka akan berusaha menjalankan setiap tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan itu dengan baik.
Menjadi pengikut Tuhan Yesus, kita pun dipanggil dan diutus-Nya untuk menjadi saksi-Nya, mewartakan karya kasih Allah kepada dunia. Sebagai saksi Kristus kita diutus untuk memberitakan anugerah keselamatan kepada semua orang, sehingga mereka yang melihat laku hidup kita akan percaya dan mengikut Tuhan Yesus. Demikian pula keberadaan diri kita sebagai warga negara, kita mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk terlibat aktif dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara, mewujudkan kehidupan masyarakat yang adil dan makmur. Kita juga harus peduli terhadap alam lingkungan di sekitar kita. Tugas dan tanggung jawab kita adalah menjaga, merawat, dan melestarikan alam lingkungan di sekitar kita dengan baik. Kita tidak mencemari lingkungan kita dengan sampah, tidak merusak alam di sekitar kita tetapi senantiasa mengusahakan kelestariannya. Dengan tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan pada kita sebagai saksi Kristus dan warga negara, maka semuanya itu harus kita kerjakan dengan sukacita dan penuh tanggung jawab. Kesediaan diri kita menjadi utusan menjadi hal yang baik untuk terus kita lakukan dalam hidup kita sehari-hari.
Penjelasan Teks:
Nehemia tidak menduga bahwa ia mendapatkan perkenan Tuhan Allah untuk menjadi seorang nabi yang membawa bangsa Israel dari tanah pembuangan Babel menuju tanah Kanaan. Saat itu, Nehemia sedang berada di puri Susan, yang letaknya jauh dari kota Yerusalem. Ia bekerja sebagai seorang juru minuman raja Artahsasta, raja Persia. Melalui Nehemia, Tuhan mempunyai rencana untuk memulihkan kembali kehidupan bangsa Israel. Saat Nehemia menghadap Raja Artahsasta, tampak wajah Nehemia mengalami kesedihan yang mendalam (Ay. 1). Hal itu menimbulkan tanya sang raja, “Mengapa mukamu muram, walaupun engkau tidak sakit?” (Ay. 2). Mendapatkan pertanyaan dari sang raja, Nehemia merasa takut, maka segera ia menceritakan kepada sang raja alasan mengapa ia bersedih hati. Nehemia menggunakan kesempatan yang baik itu untuk menceritakan apa yang menjadi pergumulannya dan bangsa Israel (Ay. 3). Ia mengatakan bahwa kota Yerusalem tempat asalnya telah menjadi tempat pekuburan dan reruntuhan. Tuhan bekerja dalam hati sang raja sehingga raja kemudian bertanya kembali, “Jadi apa yang kauinginkan?” (Ay. 4). Nehemia berdoa kepada Tuhan Allah memohon hikmat untuk berani mengatakan harapannya untuk kembali ke Yehuda, untuk kembali membangun kota Yerusalem yang telah runtuh. Sesaat setelah Nehemia menyampaikan permohonannya kepada Raja Artahsasta, sang raja kembali bertanya tentang waktu perjalanan yang dibutuhkan oleh Nehemia untuk kembali ke Yerusalem dan kembali lagi kepadanya. Setelah Nehemia menyebutkan waktu perjalanannya, ia mendapat perkenan sang raja untuk kembali ke Yerusalem dan membangun kota Yerusalem yang runtuh itu (Ay. 6).
Nehemia merespons kesempatan yang diberikan raja itu dengan baik. Dia memiliki rencana dan perhitungan yang matang berkaitan dengan pembangunan kembali Bait Allah di Yerusalem. Dimulai dari ia meminta surat-surat untuk para bupati di seberang sungai Efrat, agar mereka mengizinkannya melewati wilayah mereka dan sampai di Yehuda dengan selamat (Ay. 7). Nehemia juga meminta kepada raja sepucuk surat bagi Asaf, pengawas taman raja, supaya Asaf memberikannya kayu untuk memasang balok-balok pada pintu-pintu gerbang di benteng Bait Allah, untuk tembok kota dan untuk rumahnya (Ay. 8). Sang raja mengabulkan semua permintaan Nehemia itu sebab Tuhan Allah melindungi Nehemia. Melalui surat raja tersebut, Nehemia mendapatkan kemudahan dalam perjalanannya kembali ke Yerusalem, bahkan sang raja memerintahkan para panglimanya dan pasukan berkuda untuk mengawal dan menyertai perjalanannya menuju Yerusalem (Ay. 9).
Kendati demikian semua kemudahan yang didapatkan oleh Nehemia itu mendapatkan tantangan dari Sanbalat, orang Horon, orang Tobia, orang Amon, dan para pelayan raja. Mereka tidak senang dan merasa kesal dengan semua rencana Nehemia itu (Ay. 10). Mereka tidak menyukai Nehemia yang merencanakan pembangunan kota Yerusalem dan mengusahakan kesejahteraan bagi orang Yehuda.
Relevansi:
Tuhan dapat memakai setiap kita untuk menjadi utusan-Nya bagi pemulihan lingkungan yang ada di sekitar kita. Jika Tuhan berkenan mengutus Nehemia untuk membangun kembali Bait Allah dan kota Yerusalem, Tuhan pun mengutus kita menjadi duta pelestarian lingkungan di tempat kita berada. Oleh karena itu, kita harus terbuka terhadap Tuhan yang berkarya melalui diri kita. Kita harus peka dengan situasi dan keadaan lingkungan yang ada di sekitar kita. Kita menyadari bahwa upaya untuk menjaga, merawat, dan melestarikan alam lingkungan adalah tugas dan tanggung jawab kita.
Pada bulan penciptaan ini, tugas dan panggilan kita adalah mengupayakan kesejahteraan dan kelestarian alam lingkungan di sekitar kita. Kita diutus untuk membangun kehidupan yang asri, yaitu tempat tinggal dan alam sekitar kita yang terjaga kelestariannya. Tentu itu tidak kita lakukan seorang diri, tetapi kita lakukan bersama dengan rekan, tetangga, sesama di lingkungan kita. Bersama kita wujudkan alam lingkungan yang terjaga dan terpelihara dengan baik. Bersama kita terlibat aktif membudayakan cinta lingkungan sebagai wujud kesaksian hidup kita yang nyata di tengah masyarakat dan lingkungan sekitar kita.
Pertanyaan Untuk Didiskusikan:
- Teladan baik apakah yang dapat kita contoh dari sosok Nehemia?
- Mengapa kita harus terlibat dalam upaya pelestarian alam?
- Bagaimana sikap kita sebagai seorang utusan yang ditugaskan untuk menjaga, merawat, dan melestarikan alam lingkungan di sekitar kita? [AR].
Pemahaman Alkitab (PA) Januari 2025 (II)
Bulan Penciptaan
Bacaan: Roma 12 : 9 – 21
Tema Liturgi: Merangkul Sesama, Merawat Kehidupan
Tema PA: Membudayakan Cinta Lingkungan dan Sesama
Pengantar:
Sejak kecil, kita sudah dikenalkan dengan kalimat, “Buanglah sampah pada tempatnya!” Kalimat ini memberi pesan kepada kita untuk memulai sesuatu yang besar harus dimulai dari hal yang kecil. Untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, bersih, dan sehat, dapat kita mulai dari kebersihan diri dan lingkungan di sekitar kita. Dengan membiasakan diri untuk membuang sampah pada tempatnya, tentu harapan akan lingkungan yang nyaman, bersih, dan sehat akan dapat terwujud.
Budaya cinta lingkungan adalah budaya yang baik, yang perlu terus kita tingkatkan. Kesediaan diri kita untuk menjaga kebersihan lingkungan, memiliki dampak yang besar bagi keberlajutan kehidupan umat manusia yang sehat dan berkualitas. Oleh karena itu, budaya cinta lingkungan harus selalu kita lestarikan dan kita hidupi terus.
Penjelasan Teks:
Dalam suratnya kepada Jemaat Roma, Paulus memberikan nasihat yang baik dan menguatkan jemaat Roma yang saat itu sedang menghadapi aniaya sebagai orang Kristen. Roma 1 – 11 memaparkan tentang berita Injil, tentang apa yang telah Tuhan Yesus lakukan bagi umat yang percaya. Sedangkan pada Roma 12 – 15, Paulus menjelaskan bagaimana sikap dan respons umat percaya yang seharusnya. Secara khusus pada bagian perikop kita saat ini, Roma 12:9-21, Paulus berbicara tentang perintah kasih (Ay. 9-10). Hal ini wajar bagi umat percaya, karena Sang Kristus sendiri telah memberikan teladan kasih melalui pengorbanan-Nya di kayu salib.
Kasih itu tidak pura-pura (Ay. 9), artinya kasih itu harus disertai ketulusan tidak semu. Kasih yang tulus harus tampak dalam relasi antara umat percaya dengan sesamanya. Kasih itu menjauh yang jahat dan melakukan yang baik terhadap sesama. Karena itu sebagai umat tertebus, jemaat Roma dikehendaki oleh Rasul Paulus untuk hidup saling mengasihi, saling memberi hormat di antara mereka (Ay. 10). Kasih itu aktif dan penuh inisiatif yang ditampakkan melalui: mendahului memberi hormat, membantu orang yang berkekurangan, memberkati orang lain, merasakan sukacita dan dukacita dengan mereka yang bersukacita dan sedang berdukacita, berdamai dengan semua orang dan berbuat baik.
Rasul Paulus juga mengingatkan Jemaat Roma agar tidak kendor dalam hal mengikut Tuhan. Mereka harus rajin beribadah dan melayani Tuhan dengan penuh semangat (Ay. 11). Mereka juga harus bersukacita dalam pengharapan, bersabar dalam kesesakan, serta bertekun dalam doa (Ay. 12). Itulah yang menjadi kekuatan umat Tuhan dalam menghadapi berbagai macam aniaya yang mereka alami. Lebih dari itu, di tengah-tengah penderitaan, kekurangan, dan aniaya, Jemaat di Roma diminta untuk bermurah hati. Paulus menghendaki agar jemaat Roma bersedia membantu saudara mereka yang kekurangan dan menolong saudara mereka yang tidak memiliki tempat tinggal (Ay. 13). Dalam laku hidup sebagai umat percaya, mereka harus hidup dalam Kristus, dimana kasih Kristus mendasari hidup mereka, sehingga mereka akan mampu mendoakan orang yang telah menganiaya mereka, memberkati mereka yang telah menganiaya mereka (Ay. 14). Ini menunjukkan betapa besar makna kasih itu bagi kehidupan para pengikut Kristus.
Dalam relasi umat percaya dengan saudara mereka seiman, rasul Paulus menasihatkan agar mereka bersukacita dengan mereka yang sedang bersukacita, dan menangis dengan mereka yang sedang menangis oleh karena kesedihan dan penderitaan yang mereka alami (Ay. 15). Pesan ini mengandung arti agar jemaat Roma mampu berbela rasa dengan sesama mereka. Dan mereka memiliki kepedulian dengan keadaan yang dialami dan dirasakan oleh saudara mereka yang menderita. Dalam upaya mewujudkan persekutuan, jemaat Roma diberikan penguatan agar mereka senantiasa sehati sepikir dalam hidup bersama. Mereka tidak hanya memikirkan hal-hal yang tinggi tetapi memikirkan hal-hal yang sederhana. Dan tidak menganggap diri mereka lebih pandai atau unggul dibandingkan orang lain (Ay. 16). Nasihat ini memberikan pesan agar dalam persekutuan, kepentingan diri harus diletakkan di bawah kepentingan bersama.
Paulus juga menginginkan agar jemaat Roma hidup dalam perdamian dengan semua orang (Ay. 18), melakukan kebaikan kepada semua orang (Ay. 17). Upaya mewujudkan perdamaian dengan semua orang itu, dapat dilakukan makakala jemaat Roma tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, tidak membalas dendam kepada sesama yang melukai mereka (Ay. 19). Sebaliknya mereka membalas kejahatan dengan kebaikan, mengalahkan kejahatan dengan kebaikan (Ay. 21). Dengan cara demikianlah, jemaat Roma benar-benar menghayati diri mereka sebagai pengikut Kristus yang sejati. Mereka tidak hanya berbicara tentang kasih tetapi mereka melakukan kasih dan menjadikan kasih sebagai pedoman hidup mereka.
Relevansi:
Merefleksikan firman Tuhan hari ini, hidup dalam kasih adalah bagian dari hidup kita. Kita mengasihi Tuhan Allah yang kita wujudkan dengan mengasihi sesama kita. Terlebih kita juga mengasihi sesama ciptaan Tuhan. Kita menyatakan kasih kita itu dengan kepedulian dan kecintaan kita terhadap alam lingkungan dan sesama ciptaan Tuhan yang lain. Kepedulian kita terhadap lingkungan dapat kita wujudkan melalui gerakan lingkungan bersih dan sehat, gerakan menanam kembali pohon (reboisasi), gerakan daur ulang sampah, dll. Tentu semua itu kita landasi dengan semangat cinta akan lingkungan.
Membudayakan cinta lingkungan dan sesama adalah panggilan kita. Panggilan untuk menjadi rekan sekerja Allah demi terwujudnya kehidupan bersama yang sejahtera. Karena itu, pada bulan penciptaan ini, tugas dan tanggung jawab kita adalah membangun kesadaran dan kebiasaan yang positif terhadap lingkungan. Sadarilah bahwa kesediaan kita untuk merawat dan melestarikan alam lingkungan akan membuahkan kebaikan bagi diri kita sendiri dan lingkungan kita. Kebiasaan kita untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menjadikan lingkungan kita hijau akan membuahkan lingkungan yang sehat bagi kita. Maka melalui semangat kasih yang tulus dan kasih yang tidak pura-pura, kita diajak bersama menyatakan kasih itu dengan kesediaan diri menjadi penjaga lingkungan dan pelestari lingkungan di manapun kita berada.
Pertanyaan Untuk Didiskusikan:
- Apakah yang saudara pahami tentang ”kasih itu tidak pura-pura”?
- Dalam hidup bersama, apakah nasihat rasul Paulus dapat kita lakukan? Sebutkan hal-hal apa saja yang telah saudara lakukan dari nasihat Rasul Paulus ini! (Beri kesempatan warga jemaat untuk bersaksi tentang teladan kasih dalam hidup mereka!)
- Apakah upaya saudara untuk membudayakan cinta lingkungan dan sesama dalam kehidupan sehari-hari? [AR].