Pemahaman Alkitab (PA) Desember 2024 (I)
Masa Adven Dan Natal
Bacaan: Yesaya 40 : 1 – 11
Tema Liturgis: GKJW menjadi Ruang Pemulihan dan Pembiasaan Nilai
Tema PA: Pulih dari Kuasa Dosa, Hidup Berkenan di Hadapan Allah
Pengantar:
Pernahkah saudara berkunjung ke penjara? Apakah yang terlintas di benak saudara-saudara melihat orang yang hidup dalam penjara? Orang yang di penjara adalah mereka yang ditangkap, diadili, dan dihukum penjara karena perbuatan mereka yang melanggar hukum atau merugikan orang lain. Orang yang dipenjara adalah orang yang kehilangan kebebasannya. Mereka tidak bisa berlaku bebas, sesuka hati mereka. Gerak mereka dibatasi oleh tembok-tembok yang tinggi dan jeruji penjara. Makanan mereka ditentukan oleh petugas penjara. Segala tingkah laku mereka diawasi oleh para petugas. Demikian pula keinginan mereka tidak mudah untuk dituruti. Intinya mereka hidup dalam keterbatasan, pengawasan, dan dikendalikan orang lain.
Karena itu, hal yang paling membahagiakan bagi seorang tahanan adalah pembebasan. Setelah sekian tahun dia menjalani kehidupan dalam penjara atau Lembaga Pemasyarakatan, maka saat pembebasan, itu menjadi hal yang melegakan dan membahagiakan sebab kini dia telah bebas dari hukuman. Dia dapat melanjutkan kembali hidupnya dengan bekerja dan melakukan hal yang baik.
Penjelasan Teks:
Yesaya 40 merupakan bagian awal dari Deutero Yesaya (Bagian Kedua Kitab Yesaya). Jika Yesaya 1 – 39 (Bagian Pertama) berisikan tentang nubuat penghukuman Allah kepada bangsa Israel dan Yehuda, maka pada bagian kedua ini berisi nubuat pemulihan dan keselamatan Allah kepada umat-Nya. Ada empat seruan yang menjadi nubuat Yesaya pada perikop Yesaya 40 ini, yaitu:
- Ayat 1 – 2 berisi seruan penghiburan. Pada ayat 1 – 2 ini, Yesaya menyerukan bahwa masa hukuman bangsa Yehuda akan berakhir setelah bangsa Yehuda menjalani hukuman mereka. Allah berkenan mengampuni dan memulihkan kembali kehidupan umat-Nya, Yehuda.
- Ayat 3 – 5 berisi seruan panggilan. Pada ayat 3 – 5, Yesaya menyerukan panggilan bagi bangsa Yehuda untuk mempersiapkan diri kembali ke Yerusalem. Bangsa Yehuda dipanggil untuk mempersiapkan diri bagi proses pemulangan mereka dari tanah pembuangan Babel kembali ke tanah perjanjian. Gambarannya adalah arak-arakan kemenangan Allah dan umat-Nya memuncak pada pernyataan kemuliaan Allah yang disaksikan oleh seluruh umat manusia. Gambaran ini yang kemudian hari digenapi melalui Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan kedatangan Yesus Kristus Sang Juru Selamat di tengah dunia. Yohanes Pembaptis mempersiapkan orang-orang Yahudi dengan cara menyerukan pertobatan dan membaptis mereka dalam menyambut kedatangan Yesus Kristus.
- Ayat 6 – 8 berisi seruan penyadaran. Pada ayat 6 – 8 ini, Yesaya menyerukan penyadaran akan kefanaan hidup manusia dan kekekalan Firman Allah. Inti seruan penyadaran ini adalah mengingatkan bangsa Yehuda bahwa pengampunan dan pemulihan yang mereka terima bersumber dari Allah, semuanya karena kasih karunia Allah semata, bukan karena kebaikan atau perbuatan mereka. Allah berkenan mengampuni dan memulihkan bangsa Yehuda, karena Allah sungguh-sungguh mengasihi umat-Nya.
- Ayat 9 – 11 berisi seruan pengagungan. Pada ayat 9 – 11 ini, Yesaya menyerukan keagungan dan kemuliaan Allah. Tuhan Allah digambarkan seperti seorang Gembala bagi kawanan dombanya. Demikian Tuhan Allah adalah Gembala bagi umat-Nya. Karena itu, bangsa Yehuda dipanggil untuk menyaksikan kuasa dan kasih Allah yang menyelamatkan dan memulihkan mereka. Kuasa Allah dinyatakan dengan membebaskan umat-Nya dari pembuangan di Babel. Allah berkenan memulihkan kembali umat-Nya. Kasih Allah yang besar itu nyata bagi bangsa Yehuda yang mau bertobat dan kembali menyembah kepada Allah. Seperti Gembala yang menggembalakan kawanan domba-Nya, demikian Allah berkenan memelihara, menyertai, dan memulihkan kehidupan umat-Nya.
Relevansi:
Perbuatan dosa, tindakan jahat, dan pikiran yang kotor dalam kehidupan kita akan mendatangkan hukuman Allah kepada kita. Karena itu, Tuhan berkenan memanggil kita untuk bertobat dan kembali kepada-Nya. Jika kita mau bertobat, mengakui dan menyesali dosa-dosa kita, maka Tuhan Allah berkenan mengampuni dan memulihkan kehidupan kita. Pengampunan dan pemulihan Allah itu adalah anugerah Allah. Karena itu, kita yang sudah ditebus, diselamatkan, dan dipulihkan oleh Yesus Kristus harus senantiasa mengucap syukur dan hidup berkenan seturut dengan kehendak Allah.
Pertanyaan Diskusi:
- Apakah makna hidup yang dapat saudara temukan dari Yesaya 40 selain 4 seruan Yesaya?
- Masa Adven adalah masa perenungan dan introspeksi diri dalam menyambut kedatangan Tuhan Yesus. Dia yang telah datang sebagai Juru Selamat dunia akan datang kembali untuk kedua kalinya sebagai Raja dan Hakim. Persiapan apakah yang saudara lakukan di masa Adven ini, dalam menyambut kedatangan Yesus Kristus yang kedua?
- Bagaimanakah menjaga hidup yang berkenan di hadapan Tuhan itu? Berikan contohnya! Selamat ber-PA! [AR].
Pemahaman Alkitab (PA) Desember 2024 (II)
Masa Adven Dan Natal
Bacaan: Ibrani 10 : 32 – 39
Tema Liturgis: GKJW menjadi Ruang Pemulihan dan Pembiasaan Nilai
Tema PA: Iman Bertumbuh di Tengah Penderitaan
Pengantar:
Berabad-abad lalu, lahir seorang komponis besar bernama Ludwig van Beethoven. Meskipun dia sudah meninggal tanggal 26 Maret 1827, tetapi dunia musik masih mengenal namanya, bahkan karyanya dibahas di ruang-ruang akademik. Beethoven adalah anak tertua dari Johan dan Maria Magdalena yang berasal dari Flemish. Kakeknya seorang penyanyi paduan suara dari keuskupan agung di Cologne. Sementara ayahnya juga seorang penyanyi paduan suara. Seperti kebanyakan musisi abad ke-18, Beethoven dilahirkan dalam dunia yang tidak jauh dari musik. Setelah kematian sang kakek, keluarga Beethoven menjadi miskin, padahal dulu mereka cukup makmur, ditambah lagi, sang ayah menjadi seorang alkoholik. Maka pada usia 11 tahun, Beethoven harus meninggalkan sekolah. Dan menginjak usia 18 tahun, ia menjadi pencari nafkah bagi keluarganya.
Terlepas dari itu, sang ayah mengamati bahwa Beethoven memiliki bakat dalam bermain piano dan bertekad menjadikan anaknya seperti Mozart. Sampai pada usia remaja, Beethoven mulai menarik perhatian, berkat kemampuannya bermusik. Pada tahun 1783, melalui seseorang bernama Gottlob Neefe, Beethoven menerbitkan karya pertamanya. Beethoven mulai membuat kemajuan pada tahun 1787, sehingga uskup agung Maximilian Francis dibujuk untuk mengirimkannya ke Wina, untuk belajar bersama Mozart.
Dalam dunia musik, Beethoven adalah inovator yang memperluas ruang lingkup sonata, simfoni, konser, dan kuartet. Sementara di Simfoni Nomor 9, ia menggabungkan dunia musik vokal dan instrumental dengan cara yang belum pernah dicoba sebelumnya. Ada satu titik tekan yang membuat Beethoven berbeda dari komposer lain, yakni ia harus berjuang melawan tuli. Bahkan, beberapa karyanya yang paling penting digubah selama 10 tahun terakhir hidupnya, tepat ketika dia tidak dapat mendengar lagi. Beethoven pertama kali menyadari bahwa ia kesulitan mendengar sekitar tahun 1798, tepat ketika dia berusia 28 tahun. Namun dia benar-benar tuli saat berusia 44 – 45 tahun, bahkan tidak bisa berbicara dan harus memberikan catatan tertulis kepada rekan-rekan, pengunjung, dan kawan-kawannya.
Ketika Simfoni Nomor 9 ditayangkan secara perdana pada tahun 1824, ia harus berbalik untuk melihat penonton bersorak dan dia tidak bisa mendengar tepuk tangan meriah dari penonton. Belum diketahui secara pasti penyebab Beethoven mengalami gangguan pendengaran. Namun beberapa teori menyebutkan beberapa kemungkinan seperti keracunan timbal, tifus, dan kebiasaannya menceburkan kepalanya ke air dingin agar dirinya tetap terjaga. Ia meninggal pada 1827 di usia 56 tahun.
Kisah inspiratif Beethoven di atas memberi kita pelajaran berharga bahwa keterbatasan, kekurangan dalam diri kita semestinya tidak menghambat kita untuk terus berkarya dan melakukan hal yang terbaik dalam hidup. Demikian dalam hal iman percaya kepada Tuhan, iman selalu diperhadapkan pada tantangan, ujian, cobaan, penderitaan. Ketika kita setia bertahan dalam penderitaan maka iman kita akan semakin kuat dan murni. Melalui PA saat ini mari kita melihat teks bacaan kita yang berbicara tentang iman di tengah penderitaan.
Penjelasan Teks:
Penulis Ibrani mengingatkan kepada para pembacanya agar mereka senantiasa bertekun dalam iman kepada Yesus Kristus. Mengapa demikian? Karena ada pemikiran di antara Jemaat untuk kembali kepada ajaran Yudaisme. Penulis Ibrani tahu bahwa jemaat sedang berada dalam tekanan yang berat saat mereka percaya kepada Yesus Kristus. Karena itu, penulis Ibrani mengingatkan mereka agar mereka tetap bertekun dalam iman kepada Kristus, sebab mereka sudah hidup di dalam terang Kristus (Ay. 32). Penderitaan yang sedang mereka alami adalah ujian yang menunjukkan kesejatian iman mereka. Semua pengorbanan dan penderitaan yang mereka alami, semua karena iman mereka kepada Yesus Kristus (Ay. 32-33). Oleh karena itu, mereka harus senantiasa berpengharapan kepada Tuhan Allah. Sebab pengharapan mereka akan keselamatan di dalam Yesus Kristus adalah tanda kesungguhan iman yang mereka miliki (Ay. 34-35). Mereka sudah ada di bagian akhir perjalanan iman mereka, sedikit waktu lagi, Kristus akan datang menyempurnakan perjuangan iman mereka (Ay. 37-38).
Namun pengharapan dan keselamatan itu akan sia-sia jika mereka menyangkal dan meninggalkan Yesus Kristus. Oleh karena itu, jemaat harus terus bertahan dan bertekun dalam iman, kasih, dan pengharapan. Bagaimana pun kuatnya penderitaan, godaan, cobaan, dan pengaruh ajaran sesat di sekitar mereka, mereka harus siap sedia menghadapinya. Mereka harus percaya kepada Yesus Kristus, percaya bahwa Dia tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya. Dengan bertekun dalam iman kepada Kristus, mereka mampu bertahan dan siap dengan segala hal yang akan terjadi. Karena itu, mereka harus meyakini bahwa pengharapan keselamatan di dalam Kristus jauh lebih mulia dan berharga (Ay. 32-35), dan tidak sebanding dengan penderitaan yang sedang mereka alami. Di sini, penulis surat Ibrani mengingatkan agar jemaat tidak kembali kepada cara hidup mereka yang lama, sebab itu merupakan kerugian dan kesia-siaan. Jemaat perlu mengingat bahwa segala penderitaan dan pengorbanan Yesus di kayu salib adalah demi menyelamatkan manusia berdosa. Karena itu, penulis Ibrani menasihatkan mereka untuk tetap bertahan dan bertekun dalam iman kepada Yesus Kristus, tidak selama-lamanya mereka akan mengalami penderitaan. Sekalipun harus menderita, iman dan pengharapan mereka harus tetap kuat.
Relevansi:
Karya Kristus mampu mengubahkan hidup seseorang berdosa menjadi seseorang yang hidup baru sebagai anak Allah. Seseorang yang hidup dalam Tuhan tentu dia akan bertekun dalam imannya kepada Kristus. Ia percaya kepada janji-janji Tuhan yang selalu menyertai dan menolong umat-Nya. Ia yakin bahwa di dalam Tuhan, dia mampu menghadapi ancaman, cobaan, ajaran sesat, dan penganiayaan. Tuhan Yesus setia menolong dan memelihara hidup umat-Nya, agar mereka setia kepada-Nya (Ay. 39). Roh Kuduslah yang akan memampukan setiap umat-Nya untuk bertahan dalam berbagai-bagai cobaan. Karena itu, tugas kita adalah senantiasa menjaga dan memelihara persekutuan kita dengan Allah agar iman kita terus bertumbuh dan berbuah. Kasih kita kepada Tuhan dan sesama semakin nyata, dan pengharapan kita di dalam Kristus semakin kuat.
Pertanyaan Diskusi:
- Penulis Ibrani menasihatkan jemaat untuk bertahan dalam iman sekalipun harus menderita, teladan iman apakah yang dapat kita pelajari dari kehidupan jemaat yang menerima pesan penulis Ibrani ini?
- Bagaimanakah sikap kita saat mengalami pergumulan berat sebagai umat Allah?
- Pada masa Adven dan Natal ini, ada saudara kita yang kekurangan, sakit, mengalami pergumulan berat dalam keluarganya, langkah konkrit apakah yang perlu kita lakukan sebagai sesama anggota jemaat? [AR].