Pemahaman Alkitab April 2017

28 February 2017

APRIL I

Bacaan: Mazmur  36: 1- 13
Tema   : Bersandar pada Allah Dalam Kesesakan

 

Jenis Sastra

Mazmur ini termasuk dalam kelompok doa permohonan pribadi yang berciri kebijaksanaan. Doa ini tidak merupakan teriakan kecemasan yang dilontarkan oleh orang yang berada dalam penderitaan yang mencekam. Dengan mengambil jarak dan sikap hati-hati, pembaca diajak untuk merenungkan nasib dan tingkah laku orang berdosa. Pemazmur tidak berada dalam keadaan sedang diserang oleh orang jahat. Pada akhir mazmur ini, pendoa mohon agar dia tetap berada di luar jangkauan orang jahat. Memang pengalaman akan kejahatan manusia akhirnya adalah kesempatan untuk merenungkan kebaikan dan kasih setia Tuhan.

 

Gagasan Utama

Ada dua bagian dalam mazmur ini yang dapat dengan jelas dibedakan.

  1. Ay. 2-5: penggambaran memakai bentuk kata ganti orang ketiga (= ia). Yang digambarkan ialah kelakuan orang yang jahat.
  2. Ay. 6-12: dalam bagian ini dipakai kata ganti orang kedua (= engkau). Isi bagian ini adalah doa kepada Tuhan. Pada ayat 13, sebagai penutup ditunjukkan bahwa doa telah dikabulkan.

Kejahatan mempunyai sumbernya dalam hati (ay. 2). Dalam lubuk hati ini benci dan cinta saling berebut pengaruh. Orang jahat telah memilih dosa, dan dosa itu bercokol di sana dan berkata: “Tak perlu takut akan Allah”. Bagi dia, Allah tidak lagi dianggap sebagai Yang Mutlak, yang harus diperhitungkan. Sebagai gantinya, diterima dosa sebagai prinsip, sistem dan garis-garis yang menentukan sikap hidupnya. Orang seperti itu merasa dirinya “bebas”, akan tetapi sebenarnya ia berada di bawah kekuatan yang dahsyat. Ia menjadi budak dari kekuatan itu.

Allah dikeluarkan dari cakrawala hidup manusia sehingga tidak berperan lagi bagi manusia dalam membangun sikap hidupnya. Karena manusia hanya melihat dirinya sendiri melulu dan kebutuhan-kebutuhan jangka pendeknya, seorang pendosa kehilangan pandangan yang lebih luas. Karena itu, dosa merupakan kegagalan akal budi, atau lebih tepat, cermin dari pandangan yang sempit.

Kalau seorang pendosa hidup dalam dunia dirinya sendiri yang tertutup, Tuhan adalah besar, luas dan penuh kasih. Kasih-Nya sampai ke langit dan kesetiaan-Nya menjangkau awan (ay. 6). Hukum-Nya adalah seperti samudera raya (ay. 7). Allah tidak ditundukkan oleh kejahatan, sebaliknya kejahatan, dunia kegelapan berada di bawah kuasa tangan-Nya.

Tuhan yang kebesarannya tidak terbatas, ada dekat di hati orang yang takut kepada-Nya. Perlindungan-Nya merentang seperti sayap induk ayam yang menaungi anak-anaknya. Dia menerima orang-orang yang percaya dengan kehangatan (ay. 8). Dia adalah sumber hidup yang memuaskan kehausan kita dengan berlimah-limpah (ay. 9). Siapakah kita ini, ditentukan oleh hubungan kita dengan Dia. Dia adalah terang, dan kebijaksanaan kita hanya bersinar dalam terang itu.

 

Arti Kristiani dan Aktualisasi

Perjanjian Baru mengenal “rahasia kedurhakaan yang sudah bekerja” (2Tesalonika 2: 7). Si pendurhaka bermegah, membuat rupa-rupa yang ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat (2Tesalonika 2: 9). Istilah-istilah ini juga dipakai untuk mengambarkan karya Yesus dalam Kisah R 2: 22; 10: 38. Kedurhakaan adalah kekuasaan yang melawan Allah, penipuan dan mampu tampil sebagai yang mengambil peran serupa.

Kejahatan ini tampaknya tidak pernah berubah. Jahat berarti menolak kebenaran dan kasih (2Tesalonika 2: 10). Kejahatan juga adalah keadaan terpencil. Tidak ada orang yang lebih terpencil daripada orang yang memikirkan diri sendiri melulu. Seorang egois tidak mencintai siapapun dan dicintai oleh siapapun. Sebaliknya seorang yang percaya sekurang-kurangnya tahu kepada siapa dia harus membagirasakan kebahagiaannya atau kadang-kadang juga penderitaannya. Dalam hubungan dengan orang lain, seorang yang percaya selalu dilahirkan kembali untuk menjadi semakin bebas, dan mengarahkan kebebasannya kepada yang benar dan baik. Secara istimewa, dalam hubungan dengan Kristus, dia menghindarkan diri dari jalan gelap egoisme: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup” (Yoh. 8: 12).

 

Pertanyaan Untuk Digumuli

  1. Bagaimana sikap kita dalam menghadapi dunia yang penuh dengan penderitaan dan tantangan ini?
  2. Apa artinya “berserah kepada Tuhan” dalam hidup ini bagi saudara?

 

 Pdt. Em. Didik Prasetyoadi Mestaka

 

APRIL II

 

Bacaan: 1 Korintus 15: 1-11
Tema   : Perjumpaan dengan Kristus yang mengubah hidup

 

Penjelasan Teks

Dengan menambahkan pengajaran tentang kebangkitan, Paulus mengandaikan bahwa orang-orang Kristen di Korintus tidak akan mengalami begitu banyak masalah dan konflik, seandainya mereka memahami –atau lebih baik sungguh menerima– seluk-beluk kebangkitan badan. Hampir semua salah paham orang Korintus berkaitan dengan kegagalan mereka untuk menghargai dengan tepat hal-hal jasmani. Seluruh iman Kristen bergantung pada penerimaan realitas kebangkitan (lih. 15: 17). Paulus mengakhiri dan meringkas pesan seluruhnya kepada orang Korintus dengan suatu tinjauan mengenai dasar dan implikasi dari ajaran dasar ini. Pertama, ia mengemukakan unsur tradisional dan mendasar dari kepercayaan kepada kebangkitan Kristus (15: 1-11). Kemudian ia menyinggung hipotesis orang Korintus bahwa tidak ada kebangkitan, tetapi ia menolak omong kosong ini (15: 12-24). Paulus meneruskan usahanya menjelaskan cara kebangkitan (15: 35-58), dan menutupnya bahwa misteri ini hanya diraba melalui iman.

 

Kebangkitan Kristus

Paulus mengingatkan mereka yang menjadi keluarga melalui baptis dan Injil yang mereka dengar diberitakan kepada mereka. Mereka telah menerima bahwa Injil bukan hanya pengajaran atau doktrin. Injil adalah kuasa untuk menyelamatkan, bahkan sekarang itu menyelamatkan orang-orang Korintus bila mereka tetap setia kepada apa yang telah mereka pelajari dari Paulus. Jika mereka tidak bertahan dalam Injil tersebut, sia-sialah mereka ditobatkan.

Dengan menggunakan bahsa teknis untuk tradisi (“… telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri”), seperti yang ia lakukan ketika berbicara mengenai Perjamuan Kudus (1Korintus 15: 3). Paulus mendasarkan Injil pada pondasi yang kuat dari tradisi yang menjangkau kehidupan Yesus di dunia. Pusat ajaran Kristen adalah kematian dan kebangkitan Yesus. Untuk tradisi ini, Paulus meminjamnya dari syahadat iman yang ada, yang ia kutib dalam 15: 3b-5. Syahadat iman mempercayai empat unsur: Kristus mati, ia dimakamkan, dibangkitkan, menampakkan diri. Kitab Suci Perjanjian Lama telah menjanjikan seseorang yang akan menyelamatkan kita dari dosa kita. Inilah yang dilaksanakan oleh kematian Kristus.

Pemakaman Kristus menekankan kenyataan kematian-Nya. Dalam  pemikiran bangsa Yahudi, pemakaman adalah tahap terakhir dari kematian. Tiga hari melambangkan kenyataan kematian dan pemakaman itu. Yesus dikemukakan Paulus bukan sebagai pelaku kebangkitan. Allah adalah hakim orang yang hidup dan yang mati. Kristus dibangkitkan oleh Allah, kata Paulus (lih. Roma 10: 9). Kristus benar-benar hidup. Kemudian, Kristus memperlihatkan diri kepada para murd. Mereka tidak mengalami halusinasi. Orang-orang Kristen mengungkapkan kesadaran mereka bahwa apa yang terjadi adalah sesuatu yang obyektif, yaitu Kristus menampakkan diri, bukan hanya “kelihatan”. Penampakan-penampakan ini yang mendasari iman kristiani.

Paulus meneruskan memberikan daftar penampakan-penampakan kebangkitan yang penting bagi perkembangannya di sini karena mereka ini adalah dasar Gereja. Beberapa penampakan disubutkan Paulus tidak terdapat dalam Injil (misalnya kepada lima ribu orang). Di pihak lain, keempat Injil menceritakan penampakan pertama-tama kepada para wanita, yang tidak disebutkan oleh Paulus. Pilihan Paulus di sini menyingkapkan motifnya untuk menarik kepada penampakan kebangkitan. Paulus menekankan kewibawaan rasulinya sendiri dan menunjuk penampakan kebangkitan sebagai dasar iman yang ia meliki bersama-sama orang Korintus. Penglihatan Paulus sendiri menutup daftar tersebut. Maksudnya ialah bahwa penampakan dari Tuhan yang sudah bangkit memberikan kewibawaan kepada karyanya sebagai rasul. Meskipun ia adalah yang paling kecil dari antara para rasul (Paulus berarti: paling kecil), ia dipanggil bukan berdasarkan atas jasanya, melainkan karena Allah memberi karunia kepadanya. Karunia itu, menghasilkan buah, seperti tampak dalam kegiatan misioner Paulus. Berkat karunia Allah, Paulus memberitakan Injil, dan berkat karunia itu orang-orang Korintus percaya.

 

Pertanyaan Untuk Digumuli

  1. Apakah artinya percaya atau beriman kepada Yesus yang sudah bangkit menurut pandangan saudara?
  2. Apakah betul perjumpaan Anda dengan Kristus itu mengubah hidup Anda? Coba jelaskan!

 

 Pdt. Em. Didik Prasetyoadi Mestaka

Renungan Harian

Renungan Harian Anak