MARET I
Bacaan : Kolose 1:15-23
Tema : Taat Melakukan Kehendak Allah
Pengantar
Surat Paulus kepada Jemaat di Kolose, lazim di antara para ahli Perjanjian Baru, disebut sebagai surat yang ditulis oleh pengikut Paulus. Demi hormatnya kepada gurunya, maka surat yang ditulisnya dinamai khusus, ‘Dari Paulus, rasul Yesus Kristus…’ (Kol. 1:1). Kita perhatikan juga catatan dari sejarah umum. Catatan itu bisa dipergunakan untuk mengenali waktu pelayanan Paulus sebagai seorang Rasul. Kronologi umum ditulis antara lain oleh Prof. Wismoady Wahono, sebagaimana tersurat di bawah ini. Dan, dengan mengenali penanggalan tersebut, kita dapat memahami, bahwa mengaitkan sebuah surat kiriman di dalam Perjanjian Baru kepada Paulus sebagai penulisnya, berarti tidak bisa lebih dari tahun 65 Masehi. Sebab pada tahun 65 Masehi, riwayat hidup Paulus telah berakhir.
“… Tahun 33 Paulus bertobat menjadi Kristen. … Tahun 35 mengunjungi Yerusalem; … perkunjungan ke Yerusalem yang kedua kalinya, yaitu empat belas tahun kemudian, ialah tahun 49. … Perjalanan Pekabaran Injilnya yang kedua mulai tahun 50 dan pada tahun itu juga dia sampai ke Korintus. … Pada tahun 54–57, selama tiga tahun, Paulus berada di Efesus. … Lalu tiba ke Yerusalem untuk ketiga dan terakhir kalinya pada kurang lebih tahun 59. … Dia ditangkap tahun itu juga dan berada dalam tahanan selama dua tahun, sampai tahun 61. … Pada tahun itu juga dia dibawa ke Roma, dan sampai di sana kira-kira permulaan tahun 62. … Penahanannya selama dua tahun berlangsung sampai tahun 64, … dan kira-kira tahun 64–65 ia mati sahid, bersamaan dengan penumpasan terhadap orang Kristen di Roma oleh Kaisar Nero.” (Di Sini Kutemukan, hlm. 425-426.)
Inti pokok kitab Kolose adalah demikian: ‘… surat Kolose melukiskan apa yang telah Yesus Kristus lakukan. Ketika Kristus mati di kayu salib, semua kuasa yang melawan Allah dikalahkan (2:15,20). Dalam surat ini juga terdapat nyanyian pujian yang indah tentang jati diri Kristus (1:15-20). Ia adalah Anak Allah (1:15) dan kepala ‘tubuh, yaitu jemaat’ (1:18). Penulis kemudian mengatakan bahwa Yesus adalah kunci yang membuka rahasia Allah (2:2).’ (lihat: Alkitab Edisi Studi, hlm. 1934)
Adapun teks yang kita bahas kali ini adalah rangkaian ‘nyanyian indah’ layaknya sebait syair pujian yang merdu tentang siapakah Yesus Kristus bagi jemaat-Nya yang sedang mengalami hidup dalam tantangan yang berat: antara tetap bertahan menjadi Kristen ataukah mengingkari Juru Selamat hidupnya itu.
Pertanyaan teks
- Ayat 15: Yesus Kristus disebut sebagai apa?
- Ayat 16-17: Mengapa Yesus Kristus disebut sebagai gambar Allah?
- Ayat 18, 20: Yesus Kristus disebut dengan sebutan lain lagi, sebutan apakah?
- Ayat 19: apakah yang menarik pada ayat 19 yang hanya pendek saja?
- Ayat 21: yang dimaksud ‘kamu’ adalah warga jemaat Kolose; di dalam ayat 21, disebut sebagai apakah warga jemaat Kolose?
- Ayat 22: warga jemaat Kolose didorong supaya apa?
Pertanyaan Refleksi
- Sebutan-sebutan yang dikenakan terhadap Tuhan Yesus Kristus bersifat sangat istimewa bagi orang percaya. Apakah Anda juga menangkap kesan yang sama yaitu bahwa Yesus Kristus adalah seorang yang istimewa? Jelaskan jawaban Anda berdasarkan pengalaman hidup Anda selama ini!
- Pendamaian yang sejati antara Allah dan manusia berada dalam diri Yesus Kristus (ayat 20). Apakah pentingnya pendamaian antara sorga dan bumi? Apakah pendamaian itu penting bagi Anda?
Penerapan
- Apakah Anda selama ini lebih memerankan diri sebagai pendamai? Ataukah Anda lebih sering memerankan diri sebagai pemicu perseteruan di dalam kehidupan bersama?
- Apakah Anda sungguh-sungguh berniat menjalani hidup Anda sebagai pembawa damai dan atau sebagai pendamai di tengah hidup bersama yang berpotensi tidak damai?
Kesimpulan
Lakon utama sedang digelar oleh Tuhan Allah. Pagelaran itu berlangsung di bumi. Judul pagelaran Tuhan Allah di bumi adalah pendamaian (upaya sengaja untuk menciptakan kerukunan, ketenteraman, atau harmoni). Agen pendamaian yang sempurna, atau yang sulung, adalah Yesus Kristus. Orang percaya yang hidup pada zaman sekarang juga menjadi agen pendamaian. Mungkin belum sempurna. Atau, mungkin belum kunjung sempurna. Namun demikian, setiap orang percaya yang telah diperdamaikan dengan Tuhan Allah, berarti dia telah mendapat ketenteraman di dalam hidupnya. Karenanya, orang yang demikian itu pastilah semakin melayakkan dirinya untuk menjalankan peran sebagai PENDAMAI.
Selamat meneguhkan diri sendiri bahwa Anda adalah seorang agen pendamai.
Pdt. Suwignyo.
—
MARET II
Bacaan : I Samuel 15:10-21
Tema : Taat Melakukan Kehendak Allah
Pengantar
Ada sesuatu yang menarik di dalam kitab I dan II Samuel, yakni pilihan fokus hidup. Artinya, bangsa Israel sejak memasuki tanah perjanjian dituntun langsung oleh seorang Nabi Tuhan. Atau mereka, pada perkembangan lanjutnya, dipimpin oleh seorang pemimpin bangsa bernama Yosua. Setelah Yosua, pemimpin bangsa Israel beralih pada diri hakim-hakim. Nama hakim yang terakhir adalah Samuel.
Samuel pun, kemudian, diutus oleh TUHAN agar memenuhi permintaan bangsa yang dipimpinnya. Mereka meminta pemimpin yang lain: seorang raja. Mereka ingin menjadi seperti bangsa-bangsa di sekitarnya (I Samuel 8:5, 19-20). Akan tetapi juga ada pandangan yang kontradiktif. Artinya: bangsa Israel jangan sampai menjadi seperti bangsa lain di sekitarnya. Sistem kerajaan tidak boleh diberlakukan di Israel. Sebab, raja yang sejati bagi bangsa pilihan itu adalah Tuhan Allah. Dengan meminta raja manusia, maka sama dengan menolak Tuhan Allah sebagai raja mereka.
Sikap pro dan kontra itu berlangsung di dalam I Samuel. I Samuel 8:1-22 menentang, I Samuel 9:1-10:6 menyetujui, I Samuel 10:17-27 menentang, I Samuel 9:1-10:16 menyetujui, dan I Samuel 11:12-12:25 menentang. Demikianlah pertentangan itu berlangsung di dalam tubuh bangsa itu sendiri. Akhirnya, Allah menyetujui dan membiarkan bangsa itu memiliki seorang raja-manusia. Hal itu akan membawa perubahan besar di dalam sistem kekerabatan dan seluruh bangsa itu.
Meskipun demikian, ditetapkanlah sebuah pembagian ruang lingkup. Seorang raja boleh berkuasa. Namun, seorang raja tidak boleh merangkap tugas sebagai imam. Dengan kata lain, seorang raja di Israel, walaupun berkuasa, tidak diperkenankan raja menjalankan peran mempersembahkan korban. Raja memimpin dalam pemerintahan. Di samping raja, seorang Imam hadir untuk memperingatkan raja pada saat raja berbuat sesuatu yang melebihi kewenangannya. Peran sebagai imam itu dijalani oleh Samuel.
Pertanyaan teks
- Ayat 11: ulangilah membacanya sampai dua kali baca. Lalu renungkanlah: apakah inti ayat 11?
- Ayat 12 dan 13: tindakan apa yang telah dilakukan Saul? Apakah tindakan Saul itu tindakan seorang raja-Israel ataukah tindakan seorang imam?
- Ayat 17-19: apakah perintah Tuhan yang dilanggar oleh Saul?
- Ayat 20: jarahan/ harta telah menjadikan Saul mendua-hati. Apakah Anda setuju jika dikatakan seperti itu?
Pertanyaan refleksi
- Bangsa Israel sedang meletakkan dasar adanya sebuah sistem pemerintahan kerajaan, yakni: bahwa raja mereka adalah raja-manusia. Namun, kewenangan seorang raja dibatasi dengan sangat ketat.
- Apakah syarat kerendahan hati ditetapkan secara mutlak di dalam sistem kekuasaan bangsa Israel? Bagaimana menurut kesan Anda?
Penerapan
- Kekuasaan mutlak pada manusia, dilarang. Tidak boleh kuasa memerintah dijalankan oleh orang yang mengemban kekuasaan mengadili, megampuni. Inilah sebuah penghayatan mendasar bahwa pembagian kewenangan adalah penting. Supaya manusia terhindar dari tindakan sewenang-wenang.
- Sejauh manakah pembagian wewenang itu bisa diberlakukan dewasa ini? Apakah syarat utama pembagian kewenangan bisa berjalan dengan baik?
Kesimpulan
Peringatan berbahasa Jawa demikian: Melik nggendhong lali (hasrat memiliki membuat orang lupa diri). Pada diri Saul tidak dibedakan dengan jelas antara hasrat memiliki dan pembenaran-pembenaran untuk menutup-nutupi hasrat memiliki itu. Hasrat memiliki terhadap sejumlah harta. Itulah muasal persoalan Saul.
Di tangan seorang penguasa, hasrat memiliki sejumlah harta membuat sang penguasa membuat rekayasa, membuat argumentasi untuk membenarkan hasratnya untuk memiliki sejumlah harta.
Umat pilihan yang telah memasuki tanah air perjanjian sedang berada di persimpangan jalan: antara berbakti kepada Tuhan Allah sebagai Raja ataukah berbakti kepada penguasa-dunia; antara berdisiplin dan jujur serta taat kepada Tuhan Allah ataukah mempertautkan hatinya kepada harta.
Syukurlah, bahwa di dalam masyarakat umat pilihan diciptakan mekanisme koreksi secara jelas dan terpilah-tegas.
Pdt. Suwignyo.