Pemahaman Alkitab Agustus 2024

1 July 2024

Pemahaman Alkitab (PA) Agustus 2024 (I)
Bulan Pembangunan

Bacaan: Yosua 22 : 1 – 9
Tema Liturgis: GKJW Bersatu Membangun Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema PA: Lakukan dengan Setia!

Pengantar:
Pada saat kita sekolah, setiap semesternya kita akan menerima raport. Raport ini berisikan hasil atau nilai belajar kita selama satu semester berjalan. Yang menarik adalah saat menerima raport, di dalam kolom catatan wali kelas seringkali tertulis kalimat, “Tingkatkan lagi, prestasimu!” Tulisan ini dapat diartikan: pertama prestasi belajar kita tidak mengecewakan, kedua wali kelas tahu bahwa kita sebagai anak didiknya masih dapat meraih prestasi yang lebih baik lagi, karena itu perlu ditingkatkan.

Penjelasan Teks[1]:
Kitab Yosua merupakan kelanjutan sejarah Pentateukh (lima kitab Taurat Musa). Kitab Yosua mencatat peristiwa bangsa Israel menyeberangi Sungai Yordan dan memasuki Tanah Kanaan setelah Musa wafat, dan juga penaklukan dan menetapnya kedua belas suku Israel di Kanaan di bawah pemimpin Yosua. Tanggal alkitabiah untuk masuknya Israel ke Kanaan adalah sekitar tahun 1405 SM. Kitab ini meliput 25-30 tahun selanjutnya dalam sejarah Israel, yang mengisahkan bagaimana Allah memberikan kepada Israel “negeri yang dijanjikan-Nya dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka”. Betapa senang Yosua, seperti hati seorang ayah melihat persaudaraan anak-anaknya. Mereka saling bantu berjuang agar seluruh suku memiliki warisan. Sayang saat ia mengutus pulang dua setengah suku ke timur Sungai Yordan setelah mereka membantu suku lain menduduki seluruh Kanaan di sebelah barat Sungai Yordan (1-3, 1:12-18), tumbuh hubungan yang mengancam persatuan.

Kesatuan dihayati karena kesehatian, kerja sama, satu tubuh, dan saling mempercayai. Sebaliknya perpecahan bahkan gosip bisa mencetuskan perang saudara (12). Gosip mengancam persaudaraan sehingga hal yang paling baik, seperti ikatan janji setia sebagai satu umat, bisa berbalik menjadi perselisihan. Begitu mendengar suku Ruben, Gad dan setengah Manasye mendirikan mezbah lain tanpa izin, suku-suku lain mengaitkannya sebagai pemberontakan terhadap Allah (16). Kekuatiran tentang daya ikatan janji persaudaraan yang melawan kehendak Tuhan seperti yang sudah terjadi pada peristiwa Baal-Peor (16-18; lih. Bil. 25) dan Akhan pun muncul tanpa pemeriksaan teliti, mereka pun mempersiapkan diri untuk maju dalam perang saudara (12). Mereka digerakkan oleh motivasi ingin jadi agen pembersihan mewakili Tuhan! Untung mereka masih mengirim utusan sebelum maju perang menghabisi saudara sendiri (13-14). Ada dua sikap berbahaya mengancam kebutuhan umat Tuhan. Pertama, seperti sepuluh suku Israel, mereka begitu bersemangat menjaga kemurnian doktrin, liturgi, ritual, dsb.

Mereka ambisius tanpa Tuhan dan kebijaksanaan, sehingga langsung menghakimi orang lain yang tidak sama sebagai yang salah dan sesat. Kedua, mereka yang tidak terlalu memusingkan kemurnian apa pun, yang penting bersatu, kerja sama, maju dengan siapa pun dan dengan hanya berapa pun. Kedua sikap ini, sama- sama memecah kesatuan tubuh umat Tuhan.

Relevansi:
Ketika berbicara tentang kehidupan tentu tidak akan pernah ada habisnya topik yang akan dibicarakan. Bahwa kehidupan bersama dalam bersekutu tentu dalam perjalanannya mengalami pasang surut (dinamis), dalam menjalani setiap peran yang Tuhan percayakan kepada kita. Setiap proses tersebut tentu menjadi momen bagi kita untuk menguji sejauhmana semangat kebersatuan kita sebagai gereja dapat tetap utuh dan bertahan. Retak, renggang, berjauhan sesaat itu lumrah karena kita manusia yang penuh dengan kerapuhan. Tetapi di saat yang sama kita perlu merenungkan bacaan di atas, bahwa kesetiaan menjadi landasan kuat bersatunya suku-suku yang sempat terserak. Sama hal dengan gereja, sebagai wadah persekutuan tentunya kesetiaan itu tidak hanya dibangun secara personal dengan Tuhan saja melainkan hal itu juga menjadi semangat untuk tetap bersama-sama dengan sesama membawa keutuhan agar tetap lestari dari masa ke masa.

Pertanyaan Diskusi:

  1. Melihat secara historis, kitab Yosua adalah kelanjutan dari kitab- kitab yang mengisahkan tentang Musa bahwa sisi kepemimpinan menjadi hal yang begitu menonjol. Bagi Yosua sendiri apakah yang menjadi keutamaan dalam memimpin umat Tuhan yang dipercayakan kepadanya?
  2. Menurut saudara apakah model kepemimpinan Yosua dapat menjadi contoh dalam menjawab tantangan masa kini?
  3. Upaya apakah yang perlu kita lakukan untuk membangun GKJW sebagai gereja yang mandiri dan menjadi berkat? [cito].

Pemahaman Alkitab (Pa) Agustus 2024 (Ii)
Bulan Pembangunan

Bacaan: Roma 13 : 11 – 14
Tema Liturgis: GKJW Bersatu Membangun Perdamaian dan Keadilan Sosial
Tema PA: Bangun!

Pengantar:
Anthony de Mello menuliskan sebuah cerita dalam buku The Prayer of the Frog (Doa Sang Katak) demikian: Ada seorang pemabuk yang mengalami luka bakar pada kedua daun telinganya. Temannya bertanya tentang luka itu. Kata pemabuk itu, “Istriku meninggalkan setrika masih panas. Ketika telepon berbunyi, aku keliru mengangkat setrika.” Temannya bertanya lagi, “Lalu telinga sebelahnya?” Pemabuk itu menjawab, “Si Tolol itu menelepon lagi!”

Mabuk adalah perbuatan di luar kesadaran atau kondisi lupa diri. Kesenangan, kekuasaan, dan kekayaan dapat menyebabkan seseorang mabuk. Peristiwa pahit dan pergumulan berat juga dapat membuat orang lupa diri. Rutinitas hidup pun dapat menghanyutkan kesadaran seseorang sehingga orang tidak sadar tentang apa yang dikerjakannya.

Penjelasan Teks[2]:
Surat Roma ini merupakan surat Paulus yang paling panjang, paling teologis, dan paling berpengaruh. Di sini kita diajar tentang kesopanan dan kesalehan untuk kita terapkan dalam hidup kita sendiri. Kapan harus bangun: Saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun (Ay. 11), bangun dari tidur dosa (sebab keadaan berdosa adalah keadaan tidur), bangun dari tidur daging yang merasa aman, malas, dan lalai, bangun dari tidur kematian rohani, dan bangun dari tidur kedinginan rohani. Bagaimana kita harus berpakaian. Inilah hal selanjutnya yang harus kita perhatikan, setelah kita terjaga dan bangun: “Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Oleh karena itu, sudah saatnya kita berpakaian. Penyingkapan-penyingkapan yang lebih terang tentang anugerah Injil akan lebih cepat dilakukan daripada sebelum-sebelumnya, seiring bersinarnya terang. Malam kegeraman dan kekejaman orang-orang Yahudi baru saja berlalu. Kekuatan mereka untuk menganiaya hampir habis. Hari pembebasan kita dari mereka sudah dekat, yaitu hari penebusan yang dijanjikan Kristus. Dan hari keselamatan kita yang penuh, dalam kemuliaan sorgawi, sudah dekat. Maka perhatikanlah,”

“Apa yang harus kita tanggalkan. Tanggalkan baju malam kita, malu jika memakainya di luar: Marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan.” Perbuatan-perbuatan dosa adalah perbuatan-perbuatan kegelapan. Perbuatan-perbuatan itu timbul dari kegelapan kebodohan dan kesalahan. Perbuatan-perbuatan itu menginginkan gelapnya ruang pribadi dan tempat persembunyian, dan akan berakhir dalam gelapnya neraka dan kebinasaan. “Oleh sebab itu, marilah kita, sebagai anak-anak siang, menanggalkannya. Tidak saja berhenti melakukannya, tetapi juga benci dan jijik terhadapnya, dan tidak berhubungan lagi dengannya. Karena kekekalan sudah di ambang pintu, marilah kita berjaga-jaga supaya jangan kita didapati melakukan apa yang akan melawan kita”.

Kenakanlah perlengkapan senjata terang. Orang-orang Kristen adalah para prajurit di tengah-tengah musuh, dan hidup mereka adalah peperangan. Oleh sebab itu, pakaian mereka haruslah senjata, supaya mereka bisa membela diri, yaitu senjata Allah, ke situlah kita dirujuk. Orang Kristen boleh menganggap dirinya tidak berpakaian jika ia tidak bersenjata. Anugerah-anugerah Roh, itulah senjata ini, untuk melindungi jiwa dari godaan-godaan dan serangan-serangan Iblis di dunia sekarang yang jahat ini. Senjata ini disebut senjata terang, yang menurut sebagian orang merujuk pada senjata terang berkilauan yang biasa dipakai para serdadu Romawi. Atau senjata yang pantas kita kenakan di siang hari. Anugerah-anugerah Roh adalah perlengkapan senjata yang pantas dan bagus, yang sangat berharga dalam pandangan Allah.

Relevansi:
Perjalanan pengikut Kristus dalam dunia dari masa ke masa senantiasa diuji berhadapan dengan tawaran atau godaan gemerlapnya dunia. Tentu kita akan sepakat bahwa manusia penuh dengan kerapuhan karena dosa yang kita sandang. Berkaca dalam bacaan kita saat ini, sikap waspada (Bangun) menjadi sebuah sikap yang senantiasa perlu untuk kita hidupi dalam setiap hal yang kita lakukan. Semata bukan karena kita takut kalah, tetapi kita lebih memilih untuk dapat mengantisipasi laku hidup kita sebagai pengikut Kristus agar tetap berkenan di hadapan-Nya.

 Pertanyaan Diskusi:

  1. Melihat perjalanan Rasul Paulus memberitakan Injil ke Roma tentu bukanlah perjalanan yang mudah. Apakah yang menjadi pergumulan terbesar jemaat di Roma sehingga Paulus berani berhadapan dengan cengkraman kuat kekaisaran Romawi pada saat itu?
  2. Kita seringkali tidak sadar bahwa cengkraman dosa membuat kita sering “tertidur” sehingga abai terhadap Firman Allah, menurut saudara strategi apakah yang dapat kita lakukan agar kita tetap “terbangun/ sadar” dalam menghidupi Firman Allah?
  3. Di bulan pembangunan GKJW saat ini, bagaimanakah sikap kita agar kita terus semangat dalam karya dan pelayanan di GKJW? [cito].

[1] Dikutip dari Yosua%2022_1-9%20-%20Tafsiran_Catatan%20-%20Alkitab%20SABDA.html

[2] Diakses dari roma%2013_%2011-%2014%20-%20Tafsiran_Catatan%20-%20Alkitab%20SABDA.html

 

Renungan Harian

Renungan Harian Anak