Lahirnya paguyuban petani buah Naga “Ngudi Rahayu” berawal dari Percakapan yang dilakukan oleh Dewan Pembinaan Pelayanan (DPP), Kelompok Kerja Pemberdayaan Ekonomi Warga (PokJa PEW) Majelis Agung GKJW dan para pendeta yang berada di Rayon Selatan (Purwosari, Pesanggaran, dan Sumberagung) Majelis Daerah (MD) Besuki Timur, yaitu Pdt. Trisulo Agus Widodo, Pdt. Joko Hadi Wibowo, dan Pdt. Yosep Endro Prasetyo.
Pada awal percakapan tersebut kami bersama-sama menggumuli tentang nasib para petani buah naga, khususnya yang ada di lingkup pelayanan tiga Jemaat Rayon Selatan – MD Besuki Timur. Saat masa panen raya (bulan November-April), harga buah naga turun hingga mencapai Rp. 1.500 – 2.000/kg untuk kwalitas yang paling baik karena pasokan yang berlimpah. Sementara, buah naga kwalitas rendah tidak akan laku di pasaran dan akan digunakan sebagai pakan ternak atau dibuang.
Tentu hal itu membawa permasalahan cukup serius bagi para petani buah naga di tiga jemaat tersebut terutama bagi mereka yang membudidayakan buah naga dengan cara konvensional (tanpa menggunakan alat bantu penerangan khusus untuk mensiasati pohon tetap berbuah di luar masa panen raya).
Bagi para petani buah naga konvensional, masa panen raya adalah masa yang ditunggu-tunggu akan menjadi sumber penghasilan yang dapat menyambung kelangsungan hidup mereka. Tetapi, ketika harga buah jatuh sampai pada titik terendah, jangankan mendapatkan untung, bisa mendapatkan pengembalian modal perawatan dan operasional saja sudah menjadi berkat bagi mereka.
Menyambut baik rangsangan dari DPP dan PokJa PEW Majelis Agung GKJW yang mengingatkan kembali akan peran dan fungsi gereja yang harus memperhatikan keberadaan warga jemaat yang ada di dalamnya secara holistik (tidak hanya Rohani, tetapi juga jasmani, tidak hanya psikologi tetapi juga fisik) yang di dalamnya juga masalah ekonomi, maka para pendeta yang ada di wilayah pelayanan GKJW MD Besuki Timur – Rayon Selatan dengan sesegera mungkin merapatkan barisan untuk berkoordinasi.
Maka tercetuslah ide model pemberdayaan para petani buah dalam bentuk paguyuban yang diisi tidak hanya oleh para petani buah naga, melainkan juga yang selama ini berperan sebagai pedagang, dan juga yang berperan sebagai penghasil produk turunan buah naga (dodol buah naga, kue-kue buah naga, serta anggur – buah naga) dll.
Ide pembentukan paguyuban ini kemudian kami bawa dan laporkan kepada Pelayan Harian Majelis Daerah Besuki Timur dalam beberapa kali rapat rutinnya. Pada akhirnya, kerinduan kami untuk bisa memiliki wadah persekutuan yang berisi kegiatan pemberdayaan para petani buah naga itu disambut baik oleh PHMD Besuki Timur dan proses pendampingannya diserahkan kepada Komisi Pembinaan Pelayanan Daerah (KPPD).
Tepatnya, pada hari Minggu, 20 September 2020, paguyuban petani Buah Naga GKJW yang ada Rayon Selatan – MD Besuki Timur ini telah terbentuk, yang kemudian diberikan nama Paguyuban Petani Buah Naga “NGUDI RAHAYU”, yang artinya secara harafiah adalah: Berupaya (mencari) Kesajahteraan.
Struktur kepengurusan Paguyuban Ngudi Rahayu adalah sebagai berikut:
A. Penasehat
1. PHMD Besuki Timur – KPPD
2. Pendeta Jemaat Purwosari
3. Pendeta Jemaat Pesanggaran
4. Pendeta Jemaat Sumberagung
B. Pengurus Inti (Harian)
1. Ketua I : Bpk. Agus Oribianto
2. Ketua II: Bpk. Adi Nuryanto
3. Sekrt. I : Ibu Dwi Supranti
4. Sekrt. II: Bpk. Twiyanto
5. Bend. I : Ibu Titin Yuniasih
6. Bend. II : Ibu Enyosiani
7. Ko. Lapangan I: Bpk. Sugeng Riyadi
8. Ko. Lapangan II: Bpk. Daryono
9. Ko. Lapangan III: Bpk. Sahono
Dengan terus didampingi oleh DPP Majelis Agung, Paguyuban Ngudi Rahayu akan membangun jejaring pasar yang lebih luas, dengan melibatkan Jemaat-Jemaat yang ada di GKJW, juga dimungkinkan gereja-gereja lintas denominasi yang memiliki kerinduan untuk bisa membantu para petani buah naga yang ada disana.
Pasca dibentuknya Paguyuban Ngudi Rahayu kami terus berproses untuk bisa mematangkan langkah, dengan cara:
- Membuat AD/ART Paguyuban
- Merekrut calon-calon anggota yang memiliki kesamaan visi dan misi yang ingin bergabung.
- Mencari legalitas dari pemerintahan setempat sampai dengan mencapai pemgesahan akta notaris,
- Membuat video dokumenter sebagai sarana promosi keberadaan paguyuban Ngudi Rahayu beserta dengan usaha-usahanya
- Membuat rekening Paguyuban untuk memudahkan dan menciptakan iklim transparansi transaksi keuangan.
Bagian terbesar dari harapan kami adalah nantinya Paguyuban ini juga melangkahkan kaki untuk bisa menjadi sebuah wadah layaknya koperasi, dimana di dalamnya nanti akan ada kegiatan pembinaan dan pendampingan, pemberian bantuan modal atau pinjaman, mengolah produk-produk turunan buah naga, menjadi wadah investasi dan pengembangan bagi seluruh anggota.
Dengan segala kendala-kendala di lapangan yang dihadapi, paguyuban ini tetap ingin hidup pada sebuah harapan bahwa melalui keberadaan Paguyuban Ngudi Rahayu ini dapat benar-benar menjadi simbol kehadiran gereja yang senantiasa mau memberi perhatian kepada warga jemaatnya secara holistik.
Jika harapannya adalah bergerak layaknya koperasi atau bahkan dimungkinkan menjadi koperasi itu sendiri, maka belajar dari apa yang menjadi semangat orang-orang yang berada di balik berkembangnya Koperasi hingga semaju sekarang ini, kembali bahwa Rasa Handarbeni yang hidup dalam diri setiap orang yang terlibat di dalamlah yang menentukan maju dan berkembangnya sebuah organisasi (baca: Paguyuban).
Kalaupun dijangkepi falsafah yang saya sebut diatas menjadi “Mulat Sarira Hangrasa Wani, Rumangsa Melu Handarbeni, Wajib Melu Angrungkebi”. Jika falsafah tersebut coba diejawantahkan dalam sebuah satu kesatuan kalimat kaitannya dengan Paguyuban Ngudi Rahayu, hasilnya adalah: Organisasi ini tidak akan pernah maju dan berkembang tanpa peran serta campur tangan seluruh anggotanya, dibutuhkan rasa ikut memiliki, sehingga tumbuh perasaan untuk membela dan menjaga.
Visi, misi maupun program-program organisasi akan terlaksana dengan sinergitas masing masing anggota tanpa membeda bedakan peranannya. Dan yang paling penting adalah Janganlah setiap anggota hanya bertanya apa kira-kira keuntungan yang akan diperoleh dari paguyuban ini – Meskipun tentu saja itu tetap perlu diupayakan. Tetapi dalam proses perjuangan ini, setiap anggota diharapkan juga turut ambil bagian dalam berpikir bagaimana upaya setiap anggota untuk senantia menghidupi Paguyuban ini, memajukan dan mengembangkannya, sehingga cita-cita dan harapan tersbesar dari lahirnya Paguyuban Ngudi Rahayu ini , benar-benar dapat terwujud.